Selasa, 26 Juni 2012

Seneng Ga Liat Temenmu Bahagia?


Kalimat singkat dari ”tempat sampah” saya
Yang menyadarkan saya kalo saya masih egois.
Selama ini, seringnya saya jadi tempat sampah, mungkin membuat saya capek, dan saat capek itulah mulai deh ego saya meninggi.

Maafkeun saya

Akhir-akhir ini, mungkin memang waktunya aja yang barengan dengan tugas dan ujian kuliah yang seabrek dan dengan masa-masa sensitif saya, akhirnya semuanya berasa berat, bagi saya.

Saya terkadang heran dengan teman-teman saya, mereka seringnya mencari saya saat ada masalah atau mungkin sedang gundah gulana atau berduka cita. Mengajak saya untuk melepas ketidakenakan yang mereka rasakan. Dan saya, karena mungkin memang lebih suka melihat orang tersenyum daripada tertekuktekuk mukanya, saya mengiyakan ajakan mereka. Berusaha membuat mereka tersenyum dan melupakan, atau minimal mengesampingkan pemikiran yang membuat mereka bersedih.
Melihat senyum mereka, ato minimal tidak lagi melihat muka lecek  mereka itu sudah berasa sesuatu banget bagi saya, kenapa?
Karena saya juga pernah merasakannya, merasa seneng saat saya menekuknekuk muka saya ada yang bisa membuat saya tersenyum.

Ya mungkin ini cara Allah mengajari saya tentang keikhlasan kali ya, apa saya ikhlas membuat mereka tersenyum atau saya juga mengharapkan pamrih dari perbuatan saya itu.

Akhir-akhir ini, ndak tahu kenapa juga barengan kejadiannya, teman-teman saya ini, yang rasanya baru kemaren ngajakin saya nangis gara-gara patah hati, kini mereka sudah menemukan kebahagiaan mereka, dan saya bukan orang pertama yan tahu itu.
Kecewa? Iya
Sakit hati? Pasti lah
Entah, rasanya itu berasa bener jadi tempat sampah, dicarinya pas ada sesuatu yang ingin dibuang aja, yaitu rasa ga enak. Giliran ada rasa enaknya, saya ada pun bakal dianggap ga ada, karena mungkin rasa enak itu kalo dibagi esaya bisa berkurang kali ya, entahlah.
Tapi sumpah saya kecewa berat sama mereka, bahkan saya sempet terdiam dan menghindari mereka sesaat.

Saya waktu itu pernah cerita sama teman lakik-laki saya, katanya memang nasib saya, diinget pas ada masalah saja
Saya juga pernah bercerita ke teman perempuan yang lebih dewasa dari saya, jawabannya, ya memang kamu itu cocok dari tempat pembuangan, empuk kalo buang ke kamu
Jedieng!
#tepok jidat

Sebenernya sakit hati saya pas itu kebangetan lo, banget2 sakitnya, tapi setelah mencari tempat sampah juga, saya sadar kalo sakit hati yang saya rasakan itu sepertinya ndak harus ada.

Saya berfikir agak lama untuk melawan ego saya sendiri
Melawan rasa sakit hati dan menggantinya dengan kebanggaan
Keras lo itu mikirnya
Pergolakan batin banget
Saat yang diinginkan itu berbeda dengan kenyataan dan harus mengalahkan keinginan.
Dan saya bener-bener harus melewatinya sendiri, iya sendiri, karena orang-orang di sekitar saya ndak ada yang nguatin saya, kalo bukan malah nyalahin saya mungkin juga menyemangati saya hanya sebatas kata sabar
#curcol

Coba masi ada kau disini, pasti ndak berat-berat banget
#ngarep

Dan akhirnya saya menyadari
Sakit memang saat kita hanya dibagi kesedihan tapi hampir dilupakan saat dia bahagia
Tapi, bukankah itu lebih baik?
Mungkin dia merasa hanya kitalah yang bisa membuatnya tersenyum
Hanya kita yang mampu membuat mereka tenang saat gundah gulana
Dan bukankah saat seseorang menceritakan kenapa mereka menangis kepada kita, berarti orang itu percaya pada kita?
Dan kepercayaan itu, sesuatu yang sulit didapatkan dari orang lain
Seorang teman bilang pada saya, menceritakan kesedihan sama saja dengan membuka aib sendiri, jadi saat kamu dijadikan tempat sampah oleh dia, harusnya kamu seneng dung, dia percaya kamu
#Iya sih, percaya, tapi sumpah, ngeselin
#eh?

Dan kalo bener begitu adanya, bukankah berarti kita harus bangga?
Bangga karena mampu menghadirkan senyum, tenang dan kepercayaan di hati orang lain.
Lalu saat mereka bahagia, dan kita bukan orang pertama yang tahu, kesel itu pasti, Cuma,,,
Ada beberapa berita bahagia yang akan lebih baik dibagikan saat dia sudah pasti adanya
Ada juga beberapa berita bahagia yang akan lebih baik dibagikan saat bertemu langsung
Atau kemungkinan-kemungkinan positif yang lain
Dan kalau bagi saya,
Mungkin, teman-teman saya ini takut membagi kebahagiaannya dengan saya karena takut saya over bahagia hingga masuk RSJ.
Ya mungkin karena teman-teman saya itu tahunya saya selalu membawa kebagiaan di tas saya, jadi kalau saya dikasih kabar gembira lagi, bisa-bisa saya over bahagianya,
Eh tapikan saya juga sudah sering ke RSJ
#maen ke bagian dapurnya maksudnya

Berbagi itu baik sebenernya, tapi berbagi hal yang mungkin tidak membuat kita bahagia akan lebih menyenangkan, karena saat hal yang tidak membahagiakan itu kita bagi-bagi, bisa saja habis dan akhirnya kita tidak merasakan lagi hal yang tidak membahagiakan itu, tapi untuk berbagi bahagia, mungkin akan susah, selain mungkin karena kita masih terlena dengan kebahagiaan itu, bisa jadi kita sendiri yang takut bahagia itu berkurang saat kita membaginya.
Apapun itu, akan lebih baik saat kita tak hanya mencari teman kita hanya ketika kita sedang tidak berbahagia, ndak ada salahnya kan berbagi kebahagiaan?
Toh kalau memang kita berteman, ndak akan kok kita akan mengambil sesuatu yang bahagia itu dari teman kita, lalu kenapa harus ndak mau berbagi kebahagiaan?

Mukamu yang sedang ditekuk-tekuk ndak enak dipandang dan senyummu itu, jauh enak dipandang.


Tidak ada komentar: