Selasa, 26 Juni 2012

Seneng Ga Liat Temenmu Bahagia?


Kalimat singkat dari ”tempat sampah” saya
Yang menyadarkan saya kalo saya masih egois.
Selama ini, seringnya saya jadi tempat sampah, mungkin membuat saya capek, dan saat capek itulah mulai deh ego saya meninggi.

Maafkeun saya

Akhir-akhir ini, mungkin memang waktunya aja yang barengan dengan tugas dan ujian kuliah yang seabrek dan dengan masa-masa sensitif saya, akhirnya semuanya berasa berat, bagi saya.

Saya terkadang heran dengan teman-teman saya, mereka seringnya mencari saya saat ada masalah atau mungkin sedang gundah gulana atau berduka cita. Mengajak saya untuk melepas ketidakenakan yang mereka rasakan. Dan saya, karena mungkin memang lebih suka melihat orang tersenyum daripada tertekuktekuk mukanya, saya mengiyakan ajakan mereka. Berusaha membuat mereka tersenyum dan melupakan, atau minimal mengesampingkan pemikiran yang membuat mereka bersedih.
Melihat senyum mereka, ato minimal tidak lagi melihat muka lecek  mereka itu sudah berasa sesuatu banget bagi saya, kenapa?
Karena saya juga pernah merasakannya, merasa seneng saat saya menekuknekuk muka saya ada yang bisa membuat saya tersenyum.

Ya mungkin ini cara Allah mengajari saya tentang keikhlasan kali ya, apa saya ikhlas membuat mereka tersenyum atau saya juga mengharapkan pamrih dari perbuatan saya itu.

Akhir-akhir ini, ndak tahu kenapa juga barengan kejadiannya, teman-teman saya ini, yang rasanya baru kemaren ngajakin saya nangis gara-gara patah hati, kini mereka sudah menemukan kebahagiaan mereka, dan saya bukan orang pertama yan tahu itu.
Kecewa? Iya
Sakit hati? Pasti lah
Entah, rasanya itu berasa bener jadi tempat sampah, dicarinya pas ada sesuatu yang ingin dibuang aja, yaitu rasa ga enak. Giliran ada rasa enaknya, saya ada pun bakal dianggap ga ada, karena mungkin rasa enak itu kalo dibagi esaya bisa berkurang kali ya, entahlah.
Tapi sumpah saya kecewa berat sama mereka, bahkan saya sempet terdiam dan menghindari mereka sesaat.

Saya waktu itu pernah cerita sama teman lakik-laki saya, katanya memang nasib saya, diinget pas ada masalah saja
Saya juga pernah bercerita ke teman perempuan yang lebih dewasa dari saya, jawabannya, ya memang kamu itu cocok dari tempat pembuangan, empuk kalo buang ke kamu
Jedieng!
#tepok jidat

Sebenernya sakit hati saya pas itu kebangetan lo, banget2 sakitnya, tapi setelah mencari tempat sampah juga, saya sadar kalo sakit hati yang saya rasakan itu sepertinya ndak harus ada.

Saya berfikir agak lama untuk melawan ego saya sendiri
Melawan rasa sakit hati dan menggantinya dengan kebanggaan
Keras lo itu mikirnya
Pergolakan batin banget
Saat yang diinginkan itu berbeda dengan kenyataan dan harus mengalahkan keinginan.
Dan saya bener-bener harus melewatinya sendiri, iya sendiri, karena orang-orang di sekitar saya ndak ada yang nguatin saya, kalo bukan malah nyalahin saya mungkin juga menyemangati saya hanya sebatas kata sabar
#curcol

Coba masi ada kau disini, pasti ndak berat-berat banget
#ngarep

Dan akhirnya saya menyadari
Sakit memang saat kita hanya dibagi kesedihan tapi hampir dilupakan saat dia bahagia
Tapi, bukankah itu lebih baik?
Mungkin dia merasa hanya kitalah yang bisa membuatnya tersenyum
Hanya kita yang mampu membuat mereka tenang saat gundah gulana
Dan bukankah saat seseorang menceritakan kenapa mereka menangis kepada kita, berarti orang itu percaya pada kita?
Dan kepercayaan itu, sesuatu yang sulit didapatkan dari orang lain
Seorang teman bilang pada saya, menceritakan kesedihan sama saja dengan membuka aib sendiri, jadi saat kamu dijadikan tempat sampah oleh dia, harusnya kamu seneng dung, dia percaya kamu
#Iya sih, percaya, tapi sumpah, ngeselin
#eh?

Dan kalo bener begitu adanya, bukankah berarti kita harus bangga?
Bangga karena mampu menghadirkan senyum, tenang dan kepercayaan di hati orang lain.
Lalu saat mereka bahagia, dan kita bukan orang pertama yang tahu, kesel itu pasti, Cuma,,,
Ada beberapa berita bahagia yang akan lebih baik dibagikan saat dia sudah pasti adanya
Ada juga beberapa berita bahagia yang akan lebih baik dibagikan saat bertemu langsung
Atau kemungkinan-kemungkinan positif yang lain
Dan kalau bagi saya,
Mungkin, teman-teman saya ini takut membagi kebahagiaannya dengan saya karena takut saya over bahagia hingga masuk RSJ.
Ya mungkin karena teman-teman saya itu tahunya saya selalu membawa kebagiaan di tas saya, jadi kalau saya dikasih kabar gembira lagi, bisa-bisa saya over bahagianya,
Eh tapikan saya juga sudah sering ke RSJ
#maen ke bagian dapurnya maksudnya

Berbagi itu baik sebenernya, tapi berbagi hal yang mungkin tidak membuat kita bahagia akan lebih menyenangkan, karena saat hal yang tidak membahagiakan itu kita bagi-bagi, bisa saja habis dan akhirnya kita tidak merasakan lagi hal yang tidak membahagiakan itu, tapi untuk berbagi bahagia, mungkin akan susah, selain mungkin karena kita masih terlena dengan kebahagiaan itu, bisa jadi kita sendiri yang takut bahagia itu berkurang saat kita membaginya.
Apapun itu, akan lebih baik saat kita tak hanya mencari teman kita hanya ketika kita sedang tidak berbahagia, ndak ada salahnya kan berbagi kebahagiaan?
Toh kalau memang kita berteman, ndak akan kok kita akan mengambil sesuatu yang bahagia itu dari teman kita, lalu kenapa harus ndak mau berbagi kebahagiaan?

Mukamu yang sedang ditekuk-tekuk ndak enak dipandang dan senyummu itu, jauh enak dipandang.


Geng Elit

Ini dalah cerita tentang saya dan salah satu sahabat terbaik saya, dan kita tergabung dalam sebuah geng yang kita sebut ELIT

ini adalah foto kita jaman jadul dulu!:D

sahabat saya ini, saya manggilnya bi atau papa, bi ini dari panggilan nama aslinya **bianto dan papa adalah nama pangilan kesayangan saat saya dan dia satu kelompok kkn dulu

saya dan bibi ini jaman kuliah dulu absennya urut, nim dia 0610730046 dan saya 0610730047. Jadi, sejak awal kuliah, saya sering sekali bareng kelompok sama dia
*pas kelompkannya sesuai absen*

saya dan bibi ini, jangan bilangf ndak pernah berantem, pernah saya berantem bahkan sampe ndak mau ngomong lagi sama bibi karena merasa dia ini terlalu sok, dia, karena dia laki-laki menjadi seorang pemimpin di sebuah kelompok yang ada saya dan saya terlalu merasa ndak dia ndak bisa mimpin jadi saya marah sama dia.
Dia sudah minta maaf si saat itu, tapi tetap belum bisa saya maafin, dan teryata, teman-teman sekelompok saya pas itu sampe jadi takut degan "permusuhan" saya dan robi dan akhirnya mereka memaksa kita baikan. Dan saya yang egonya masih tinggi banget pas itu, ndak mau baikan sama si bibi ini, tapi pas ngeliat foto ini, saya langsung senyum dan minta maaf ke bibi
*maafin ya Bi!:)

sahabatan sama bibi ini menyenangkan, kenapa, di tengah susahnya nyari sahabat cowok yang benar-benar sahabat, saya punya biibi gitu, sahabat yang beneran sahabat. Ndak bakal mikir macem-macem alias minta lebih dari sahabat, kenapa? karena kadang antara sama dan dia saja tidak jelas mana yang cewek mana yang cowok!
#eh?
 

coba, kalo dari foto diatas ini, mana yang cewek dan mana yang cowok?

Oia lupa, maksud nama geng elit ini, bukan karena kita ini kalangan elit yang berarti megah atau mewah itu, elit disini adalah singkatan dari ekonomi sulit, karena saya dan bibi ini memang sering berada dalam situasi ekonomi yang sulit!
:D

contohnya adalah ketika saya dan bibi di RSJ, tenang, kita disana bukan sebagai pasien ko, tapi sebagai calon ahli gizi alias lagi PKL di dapurnya RSJ sana. Namanya juga dapur, jadi kita dibolehkan untuk bekerja pake sendal aja, tapi teman-teman kita memilih untuk pake sepatu, saya dan bibi yang memang berjiwa elit, lebih memilih untuk pake sendal, sendal japit pisan!


pasti bisa ditebak kita yang mana, meski tak tampak kepalanya!:D

itu cuma salah satu ke-elit-an saya sama bibi, ada banyak hal gila lainnya yang sering kita lakukan.
Pernah suatu saat pas kepepet eh ndak sih, pas memang ndak punya uang aja, saat itu kita perlu yang namanya mengumpulkan softcopy laporan atau tugas, intinya sih kita butuh yang namanya tempat cd yang banyak. Dan saya, yang kebetulan tinggal di rumah om yang juga dosen, menemukan tumpukan cd bekas beserta tempatnya yang masih bagus di gudang rumah. Langsung saja saya mengajak bibi untuk nyolong tempat cd itu, daripada harus belui, kan lumayan kerasa kalo beli 1000an kalo dikalikan jumlah soft copy laporan yang harus dikumpul. 
Sebenernya sih tempat cd yang polos dan masih bagus jarang ada, hampir semua tempat cd ini ada nama mahasiswanya om, tapi bkarena jiwa elit saya, saya mengambil minyak kayu putih dan menyuruh bibi untuk menghapus nama-nama mahasiswa itu sehingga tempat cdnya kembali polos dan bisa dipake.
*sayang ndak ada fotonya*
 oia, waktu itu, saya dan robi sudah ijin ke om lo mau minta tempat cd, sayangnya om l;agi ndak ada di rumah, jadi percuma kita ijin
#eh?
 tapi sebulan setelahnya, ijin kita sudah didenger sama om kok, malah om bilangnya, ambil aja semuanya!:p

Bibi ini selalu bisa bikin saya yang lagi manyun jadi seneng, apalagi pas seneng, jadi tambah kayak orang gila.
liat aja tingkahnya!


itu adalah tingkah bibi saat kita lagi sibuk-sibuknya benerin laporan. Disaat kita ingin ngelempar piso ke arah dosen, dia dengan santainya berkelakuan seperti itu, yang bikin kita sekelmpok ngakak dan senang hati benerin laporan yang salah itu!:D

Yang paling saya ingat adalah saat dia ngajarin saya gila dengan dada-dadain eh salah, melambaikan tangan ke orang kita temui di jalan dan kita tidak mengenal dia.
Ancen yo, bibi iki seteres
Tapi lebih seteresan saya yang mau diajarin gila sama dia
Jadi, dulu kita kkn di sebuah pucuk gunung, nah untuk balik ke malang tercinta ini, kita menyebutnya turun gunung. Rute turun gunung kita adalah melewati jalanan dieng.
Saat itu, mungkin bibi ini menyadari ketekukan muka saya, jadi dia, yang saat itu membonceng saya, tiba-tiba melambaikan tangannya di jalanan dieng itu. Saya awalnya ndak ngeh maksud bibi ini, mungkin dia memang kenal dengan orang itu pikir saya, namun pas saya tanyakan, dia hanya bilang,
dhiyan, coba deh kamu lambaiin tangan kamu ke orang yang lewat, dan pas dia noleh dan senyum ke kita, kamunya mlengos (ndak noleh ke dia), seru deh!
saya mencobanya, dan beneran tekukan yang ada di muka saya langsung ilang. Dan di sepanjang jalanan dieng itulah saya dan bibi bergantian melambaikan tangan ke orang yang lewat
*siapa coba yang gila*

Oia, adalagi saat saya ngajarin bibi ini gila, yaitu saat saya dan bibi ini otewe ke lawang dan saya yang menyetir motor. Saat itu adalah saatnya pawai kemenangan arema, jadi macet dimana-mana, dan kita sudah ditunggu teman-teman yang lain di lawang.
Dengan santainya, saya mengarahkan motor saya untuk naik ke trotoar dan jalan di trotoar itu. Saya pikir orang lain sadar kalo saya dan robi ini  gila, ndak tahunya, orang-orang lain malah ikut-ikutan kita jalan di atas trotoar.
gila yang jadi trendsetter kayaknya baru ini deh!
*sebenernya da foto trotoar yang kita naiki saat itu, tapi masih nyasar dimana*

Akhirnya, saya menyadari kenapa akhirnya saya dan bibi ini pkl di RSJ. Ndak usah dijelasin deh, kayaknya kalo dengan baca postingan ini, semua juga tahu deh!:D

Bibi, makasih ya untuk senyum yang kau bikin, meski harus dengan cara gila!:p
miss U

Kamu sudah Move on?

*tulisan ini sebenerya sudah lama nangkring di draft, baru sempet keposting aja*
*dan ini postingan yang panjang*

Coba move on dari seseorang itu segampang bayar makan di kantin perpus pake uang pecahan berapapun
*perumpamaan yang aneh*

Kalau banyak orang bilang aku nggak mau move on, sebenernya salah
Aku berusaha kok
Berusaha keras malah
Sekeras-kerasnya, bahkan mungkin lebih keras dari yang mereka pikirkan
Tapi aku masih belum berhasil

Move on, bukan hanya berhenti memikirkan seseorang atau sesuatu, tapi juga mampu mengalihkan pemikiran dari seseorang atau sesuatu yang lama ke seseorang atau sesuatu yang baru, yang jauh lebih baik dari yang lama.
Jadi menurutku, move on bukan hanya tentang melupakan, tapi menemukan yang baru.
Mungkin banyak yang tak sependapat, tapi, itulah pendapatku.

Aku sudah berusaha, berusaha untuk melupakannya, melupakan semua kebaikan dan mengingat semua kesalahan yang mungkin pernah dia lakukan
Tapi itu sulit
Saat semua orang menyuruhku untuk membuka hatiku untuk orang baru
Jangan bilang aku tak pernah menyobanya
Meski berat, aku pernah menyobanya
Kenapa aku bilang berat? Karena orang terakhir yang menyuruhku membuka hatiku yang masih terluka kala itu, juga kamu
Jadi tiap aku berusaha membuka hati, yang ada aku semakin teringat tentangmu
Tapi aku tetap berusaha untuk berjalan ke depan, bukan kekanan dan kekiri
*berasa jadi mrs. Crabs*

Move on
Apa memang berarti harus melupakan semua tentang seorang?
Apa memang berarti kita ndak boleh temenan lagi sama seorang itu?
Jika iya, mungkin memang aku belum bisa move on

*Siap-siap dapet jeweran dari dua sahabat ekstrem saya*
*Kabur ah*

tapi yang harus juga diingat oleh orang-orang yang mengaku sudah move on adalah, kisahku berbeda dengan kisahmu
yang kurasakan berbeda dengan yang kau rasakan
mungkin kamu bisa bilag realistis, tapi yakia a kamu juga realistis?

kisah dan perasaan
mungkin ini yang bikin orang gagal move on
tapi ndak berarti kalo tiap ketemu dia kita selalu mojokin dia suruh move on juga kali
sama kayak belahar matematika, mungkin bagi orang yang memang pintar dan gampang belajar, dia akan bilang soal logaritma itu gampang, tapi bagi orang lain, bisa aja itu adalah soal tersulit yang pernah ada
ingatlah hukum kalau orang hanya ahli dalam satu bidang saja
ya mungkin bagi seorang yang berhasil move on, move on itu gampang, tapi ndak berarti gampang juga dilakukan oleh semua orang
iya kalo kisahmu ndak sedalam isah orang itu, saayangmu ke orang ndak sesayang mereka ke orang itu
just look from another point of view
mereka yang masih gagal move on bukan mereka yang ndak bisa move on kok,. tapi mereka yang masih berusaha untuk move on tapi belum berhasil
jadi jangan mojokin orang yang masih berusah move on itu dan memaksa mereka move on dengan caramu, karena meski mungkin kamu berhasil dengan caramu, belum tentu mereka juga berhasil dengan cara itu
dengarkan dulu kisah mereka, rasakan dulu yang mereka rasakan, barulah paksa mereka move on dengan cara yang mungkin bisa lakukan.
terkadang ada cara simple yang bisa bikin orang move on kok
intinya sih biarkan dia menenangkan diri dan temani dia pas dia merasa bener2 masa lalu membayanginya, ingatkan dia bahwa dia hidup bukan untuk memperbaiki masa lalu, tapi untuk merencanakan masa depan yang indah.
saat dia masih saja belum bisa move on, sadarkan dia bukan hanya untuk mengajaknya berfikir kalau masa lalunya sudah punya masa depan yang indah tanpa dia, tapi ajak juga dia menikmati kehidupan yang sekarang, yang juga indah tanpa masa lalunya.
yakikan dia kalau masa lalu yang pahit itu bukan untuk dilupakan, tapi untuk dikenang dan dijadikan pelajaran agar tidak terjatu lagi di tempat yang sama
dan saat dia masih ingin berenang dalam kegalauannya sendiri, biarkanlah, bukan menyetujui orang bergalau lama-lama, tapi orang punya waktu tersendiri dan beda2 untuk galaunya itu.
nanti toh jikalau dia sudah menemukan orang atau hal baru yang bisa ngalihin perhatiannya dari masa lalunya, dia juga move on sendiri kok
jadi, nikmati aja peran kita untuk membuatnya tersenyum di tengah ke-galau-annya, bukan membuatnya berhasil move on.
move on itu pilihan dia kok, jadi ya biarkan dia yang memilih untuk move on atau tidak.
Kita hanya perlu menepok jidatnya saat ketidakmoveonnya dia itu bikin dia ga jalan, itu paksaan kita harus menegurnya sekeras-kerasnya!
bahkan mungkin sampe dia musuhin kita
biarin wes dia musuhin kita karena teguran kita yang terlalu keras, tapi suatui saat dia akan sangat berterimakasih pada kita karena kita membuatnya tidak berhenti di tengah jalan.

Yang paling penting adalah jangan maksain orang untuk move on secepat kita bisa move on, kita itu beda satu sama lain dan jangan salah ngartiin move on. Move on itu berarti bergerak, iya, dia tetap bergerak setalah pengalaman pahit di masa lalunya karena seseorang, bukan dia melupakan orang yang telah membuat masa lalunya pahit.

 

Aku yang Tersakiti?


Pernahkah kau merasa
Jarak antara kita
Kini semakin terasa
Setelah  kau kenal dia
Aku tiada percaya
Teganya kau putuskan
Indahnya cinta kita
Yang tak ingin kuakhiri
Kau pergi
Tinggalkanku
Tak pernahkah kau sadari
Akulah yang kau sakiti
Engkau pergi dengan janjimu
Yang telah kau ingkari
Oh tuhan tolonglah aku
Hapuskan rasa cintaku
Akupun ingin bahagia
Walau tak bersama dia
Memang tak kan mudah bagiku tuk lupakan segalanya
Aku pergi, untuk dia
Tak pernahkah kau sadari
Akulah yang kau sakiti
Engkau pergi dengan janjimu yang tlah kau ingkari
Oh tuhan tolonglah aku
Hapuskan rasa cintaku
Aku pun ingin bahagia
Walau tak bersama dia

Suka banget sama lagunya judika yang ini, makanya lagu ini masih tetep bertahan di playlist saya sejak februari dulu. Karena itu juga kali ya saya masih galau-galau aja!:D

Ndak kok, lagu ini emang bagus, dan kalopun saya (masih) galau, bukan karena lagu ini, tapi karena emang sayanya aja yang belum bisa bener-bener membuang galau dari tas saya. Masih aja nyimpen hal-hal yang bikin galau. Ya maap si, saya Cuma menghargai pemberian orang aja kok, bukan niat galau berlama-lama juga.

Jangan ditanya berapa orang yang marahin saya karena saya (masih) seperti ini, jangan ditanya berapa orang yang ngatain bodoh karena saya (masih) menunggu orang itu. Jangankan mereka, saya saja sebenernya capek dengerin ceramahan mereka, tapi emang sayanya masih pengen galau aja!:D
*kabur sebelum dilempar piso

Dan saat saya mendengarkan lagu ini bersama sekumpulan orang, ada dua orang langsung nyeletuk
Lagu ini kamu banget ya?
Whaaaaaaaat???
Sebelah mananya?

Kejadian pertama saat saya jadi kernet dan seseorang itu adalah penumpang yang tepat di belakang saya, pas lagu ini muter sendiri, eh diputer, penumpang ini langsung aja nyeletuk
Mbak, ga pengen ganti lagu, aku ga tega dengerin lagu ini, kayaknya mbak banget gitu. Tuh dengerin tiap syairnya, kayaknya mbak banget ya?
Jedieng, ga salah a arek iki?

Kejadian kedua saat saya cari kesibukan di kampus dan seseorang kenalan muterin lagu ini via hape yang baru dibelinya dari seorang anak muda, maksudnya saya yakin kalo aslie lagu ini bukan selera mas2 ini, tapi seleranya pemilik hape sebelumnya
*lagu diputer*
Me : ini lagunya judika ya? Aku suka lo lagu ini
Masnya : iya ta?
*hening dan mendengarkan seksama*
Masnya: ini lagu kamu banget ya?
Me: hah?
Masnya: diem sesaat, saya pikir dia masih melanjutkan kerjaannya, lhoh iyakan, ini liriknya kamu banget lo!
Glodaaaaak, ini orang-orang kenapa begitu si pemikirannya?

Saya suka lagu ini, suka juga sama judika, suaranya itu lo bagus, dan diantara sekian banyak teman sejebolan tempat dengan dia, kayaknya Cuma dia deh yang masih eksis, ato mungkin yang saya tahu masih eksis kali ya, secara kan saya jarang tahu.
#eh?

Wiiiiih, saya ndak sesakit itu kok, ndak se”tragis” itu juga kok
Memang abis ditinggalin, memang masih banyak janji yang dilupain, dan memang belum bisa ngelupain, tapi ndak sebegitunya kok, sama sekali ndak merasa disakitin. Kalo memang sakit, memang saya yang mau sakit kok, bukan dia yang nyakitin.
Dan saya paling suka sama lirik yang terakhir itu,
Aku pun ingin bahagia
Walau tak bersama dia
Iya, saya juga masih ingin bahagia walau tak bersama dia, bukan karena terlalu cinta atau apa, tapi memang kalo ketemu ato ngobrol sama dia itu, pasti ada rasa seneng, pasti dia bisa bikin saya tersenyum dengan caranya sendiri, dan saya suka caranya itu.

Lagu ini, menurut saya, mungkin terkesan ngenes di awal, tapi di akhirnya dia menyemangati diri dan berdoa untuk masa depannya. Jadi lagu ini berasanya lengkap gitu, setelah menunjukkan down  gara2 ditinggalin seseorang, akhirnya dia sadar kok kalau dia ga bisa dalam keadaan seperti itu terus, dan mau ndak mau, akhirnya dia harus ngelupain orang yang ninggalin itu dan berdoa untuk kebahagiaannya sendiri.

Saya suka lagu ini!:)

Perlu Kaca?




Sumpah ya, kayaknya cewek itu perlu kaca yang lebih banyak deh!
Kenapa?
Mereka itu sering ngomong sesuatu tentang suatu kondisi, tapi pas dihadapkan dalam kondisi itu, mereka tak bisa melakukan seperti apa yang dilakukan, mereka cenderung menyuruh orang, tapi mereka sendiri tak melakukannya
Mereka sering sok tegar atau sok bijak di depan orang, padahal aslie di belakang ndak seperti itu
Mereka sering bilang kalo mereka punya sifat pemaaf, tapi saat ada yang menyakiti mereka, mereka bisa sampe tujuh turunan ga maafin orang itu
Mereka sering bilang lebih suka mengatasi masalah dengan cara mereka, tapi saat ada yang bermasalah dengan mereka dan ingin menyelesaikan dengan cara yang dia suka itu, dia masih aja nggerundel
Perlu kaca?
*nyodorin kaca

Ga peduli seberapa banyak orang yang kontra dengan pendapat saya ini, tapi saya yakin mereka yang kontra malah mereka yang ngelakuin!
*kabur sebelum dilempar batu

Kondisi pertama, ngomong sesuatu tentang suatu kondisi, tapi pas dihadapkan dalam kondisi itu, mereka tak bisa melakukan seperti apa yang dilakukan, mereka cenderung menyuruh orang, tapi mereka sendiri tak melakukannya
Kita ambil kondisi sabar pas temen kita nyebelin, saat ada teman bercerita tentang temannya yang lain sedang dalam keadaan nyebelin, maka pastinya cewek itu akan bilang, sabar, mungkin aja teman kamu yang itu lagi khilaf, toh kalian kan sudah lama berteman dan mengerti satu sama lain, mungkin dia lagi dalam keadaan yang komplikated yang membuatnya akhirnya berlaku menyabalkan
Tapi apa yang terjadi saat dia sendiri dalam kondisi itu?
Pasti yang ada dia juga tidak akan sabar!!!
Dia juga pasti akan ngomel dengan sendirinya
*retweet bila setuju
*eh?
*ngelempar kaca

Kondisi kedua,
Mereka juga sering sok tegar atau sok bijak di depan orang, padahal aslie di belakang ndak seperti itu
Mungkin di sosial network atau di depan kita atau dimanapun dia berada, cewek akan menunjukkan dia tegar atau dia bisa melewati masalah yang sedang dia hadapi, tapi sebenarnya, pasti dia tidak begitu.
Pasti dia akan guling-guling di kasurnya atau marah sama bonekanya atau ngomel sendiri karena dia ndak terima masalah ini menimpa dia!!!
Tapi karena ingin dicap bijak atau tegar atau semacamnya, dia berusaha senyum
*maketin kaca
Biasanya, cewek seperti ini akan kelihatan “asli”nya hanya di depan orang-orang yang dipercayainya
Mungkin cewek yang seperti ini itu yang ndak mau kelihatan lemah, tapi ni ya, menurut saya, cewek bukan orang lemah kok, Cuma mungkin lembut dan sensitif aja, jadi ga salah kok kalo misal mudah tersakiti

Kondisi ketiga,
Mereka juga sering bilang kalo mereka punya sifat pemaaf, tapi saat ada yang menyakiti mereka, mereka bisa sampe tujuh turunan ga maafin orang itu
Ini paling sering terjadi, kalo menurut saya sih karena keegoisan cewek itu sendiri, misalnya ada yang salah sama cewek, anggap aja kesalahannya adalah datang terlambat. Di mulut, pasti cewek itu bilang kalo dia maafin kesalahan terlambat itu, tapi dalam hati, dia akan kehilangan kepercayaan kalo yang bersalah itu bisa ontime. Bahkan mungkin kali dalam kondisi lebay, cewek ini akan nganggep kalo sampe tujuh turunan, orang yang bersalah ini ga akan bisa ontime
Iya saya tau cewek itu lembut hatinya, sensitif juga, tapi ya kalau memang belum bisa maafin apa ndak sebaiknya bilang begitu? Daripada sok-sokan manis tapi aslinya asem juga?
*bagi-bagi kaca gratis

Kondisi terakhir,
Yang paling menyebalkan menurut saya,
Mereka sering bilang lebih suka mengatasi masalah dengan cara mereka, tapi saat ada yang bermasalah dengan mereka dan ingin menyelesaikan dengan cara yang dia suka itu, dia masih aja nggerundel
Kadang saat bermasalah dengan orang, cewek cenderung akan mendiamkan orang itu sampai orang itu sadar akan kesalahannya. Tapi ada juga cewek yang bilang dia kalo punya masalah lebih senang kalo bisa membiacarakan dengan baik dan dicari solusinya bersama-sama. Tapi ni ya, saat yang bermasalah dengan dia mencoba menyelesaikan masalah dengan cara yang dia mau, kadang tetap aja si cewek ini marah dan tidak mau menyelesaikan masalahnya. Katanya sih udah terlanjur sakit ati
*kirimin kaca via pos

Saya juga cewek si, tapi saya ndak sebegitunya deh
Mungkin memang awalnya sulit untuk melakukan apa yang kita sarankan, tapi saya berusaha menyarankan apa yang bisa saya lakukan saja, jadi tiap saya menyarankan sesuatu, saya akan bilang kalo menurutku si kalo ga gitu saya hanya akan memberikan another point of view saja, bukan memaksa mereka melakukan sesuatu. Saya ngerti aja kalo saya bukan dia, yang merasakan apa yang dia rasakan.
Dan saya jarang sok tegar ato sok bijak, bukan karena apa, tapi memang muka saya ini ndak bisa kalo diajak sok-sokan. Kalo saya ndak bisa ya masio saya bilang bisa, muka saya menunjukkan kalo saya ndak bisa.
Setelah berbagai terpaan yang saya terima, saya sadar kalo sok tegar atau sok bijak itu ndak baik, karena namanya juga sok-sokan, sama aja membohongi diri, dan bohong itu ndak akan bikin hati tenang, menurut saya.
dan memang, cewek itu susah ditebak dan diketahui maksud hattinya, apalagi saat bermasalah dengan orang, mungkin pengaruh hormon juga kali ya, jadi terkadang terasanya mereka itu ndak konsekuen, dulu ngomongnya pemaaf dan ingin menyelesaikan masalah dengan baik, tapi pas bermasalah, bisa jadi orang yang ga mau maafin dan menghindari masalah dengan cara mereka sendiri.

Bukan mau menyalahkan, hanya ingin mengajak bersama-sama untuk mengurangi sifat itu. Nanti keenakan penjual kaca kalo kita beli kacanya kebanyakan
#eh?
Cobalah untuk melakukan sesuatu sebelum kamu menyarankannya, dan cobalah menyarankan sesuatu yang bisa kau lakukan
Jangan asal nyablak, dan jangan sok-sokan kuat
Cobalah untuk tetap apa adanya, mengeluakan yang ada di hati tanpa harus menutupi atau melewati jalan berputar alias mbuletisasi dalam menyampaikan apa yang kamu rasakan.
Meski sesama cewek, tapi terkadang kita tak bisa saling memahami apa yang dimaksudkan hatimu tanpa kamu sendiri yang bilang.

Dan sayapun, sepertinya butuh lebih banyak kaca setelah nulis postingan ini!
*nyari penjual kaca