Ini dalah cerita tentang saya dan salah satu sahabat terbaik saya, dan kita tergabung dalam sebuah geng yang kita sebut ELIT
ini adalah foto kita jaman jadul dulu!:D
sahabat saya ini, saya manggilnya bi atau papa, bi ini dari panggilan nama aslinya **bianto dan papa adalah nama pangilan kesayangan saat saya dan dia satu kelompok kkn dulu
saya dan bibi ini jaman kuliah dulu absennya urut, nim dia 0610730046 dan saya 0610730047. Jadi, sejak awal kuliah, saya sering sekali bareng kelompok sama dia
*pas kelompkannya sesuai absen*
saya dan bibi ini, jangan bilangf ndak pernah berantem, pernah saya berantem bahkan sampe ndak mau ngomong lagi sama bibi karena merasa dia ini terlalu sok, dia, karena dia laki-laki menjadi seorang pemimpin di sebuah kelompok yang ada saya dan saya terlalu merasa ndak dia ndak bisa mimpin jadi saya marah sama dia.
Dia sudah minta maaf si saat itu, tapi tetap belum bisa saya maafin, dan teryata, teman-teman sekelompok saya pas itu sampe jadi takut degan "permusuhan" saya dan robi dan akhirnya mereka memaksa kita baikan. Dan saya yang egonya masih tinggi banget pas itu, ndak mau baikan sama si bibi ini, tapi pas ngeliat foto ini, saya langsung senyum dan minta maaf ke bibi
*maafin ya Bi!:)
sahabatan sama bibi ini menyenangkan, kenapa, di tengah susahnya nyari sahabat cowok yang benar-benar sahabat, saya punya biibi gitu, sahabat yang beneran sahabat. Ndak bakal mikir macem-macem alias minta lebih dari sahabat, kenapa? karena kadang antara sama dan dia saja tidak jelas mana yang cewek mana yang cowok!
#eh?
coba, kalo dari foto diatas ini, mana yang cewek dan mana yang cowok?
Oia lupa, maksud nama geng elit ini, bukan karena kita ini kalangan elit yang berarti megah atau mewah itu, elit disini adalah singkatan dari ekonomi sulit, karena saya dan bibi ini memang sering berada dalam situasi ekonomi yang sulit!
:D
contohnya adalah ketika saya dan bibi di RSJ, tenang, kita disana bukan sebagai pasien ko, tapi sebagai calon ahli gizi alias lagi PKL di dapurnya RSJ sana. Namanya juga dapur, jadi kita dibolehkan untuk bekerja pake sendal aja, tapi teman-teman kita memilih untuk pake sepatu, saya dan bibi yang memang berjiwa elit, lebih memilih untuk pake sendal, sendal japit pisan!
pasti bisa ditebak kita yang mana, meski tak tampak kepalanya!:D
itu cuma salah satu ke-elit-an saya sama bibi, ada banyak hal gila lainnya yang sering kita lakukan.
Pernah suatu saat pas kepepet eh ndak sih, pas memang ndak punya uang aja, saat itu kita perlu yang namanya mengumpulkan softcopy laporan atau tugas, intinya sih kita butuh yang namanya tempat cd yang banyak. Dan saya, yang kebetulan tinggal di rumah om yang juga dosen, menemukan tumpukan cd bekas beserta tempatnya yang masih bagus di gudang rumah. Langsung saja saya mengajak bibi untuk nyolong tempat cd itu, daripada harus belui, kan lumayan kerasa kalo beli 1000an kalo dikalikan jumlah soft copy laporan yang harus dikumpul.
Sebenernya sih tempat cd yang polos dan masih bagus jarang ada, hampir semua tempat cd ini ada nama mahasiswanya om, tapi bkarena jiwa elit saya, saya mengambil minyak kayu putih dan menyuruh bibi untuk menghapus nama-nama mahasiswa itu sehingga tempat cdnya kembali polos dan bisa dipake.
*sayang ndak ada fotonya*
oia, waktu itu, saya dan robi sudah ijin ke om lo mau minta tempat cd, sayangnya om l;agi ndak ada di rumah, jadi percuma kita ijin
#eh?
tapi sebulan setelahnya, ijin kita sudah didenger sama om kok, malah om bilangnya, ambil aja semuanya!:p
Bibi ini selalu bisa bikin saya yang lagi manyun jadi seneng, apalagi pas seneng, jadi tambah kayak orang gila.
liat aja tingkahnya!
itu adalah tingkah bibi saat kita lagi sibuk-sibuknya benerin laporan. Disaat kita ingin ngelempar piso ke arah dosen, dia dengan santainya berkelakuan seperti itu, yang bikin kita sekelmpok ngakak dan senang hati benerin laporan yang salah itu!:D
Yang paling saya ingat adalah saat dia ngajarin saya gila dengan dada-dadain eh salah, melambaikan tangan ke orang kita temui di jalan dan kita tidak mengenal dia.
Ancen yo, bibi iki seteres
Tapi lebih seteresan saya yang mau diajarin gila sama dia
Jadi, dulu kita kkn di sebuah pucuk gunung, nah untuk balik ke malang tercinta ini, kita menyebutnya turun gunung. Rute turun gunung kita adalah melewati jalanan dieng.
Saat itu, mungkin bibi ini menyadari ketekukan muka saya, jadi dia, yang saat itu membonceng saya, tiba-tiba melambaikan tangannya di jalanan dieng itu. Saya awalnya ndak ngeh maksud bibi ini, mungkin dia memang kenal dengan orang itu pikir saya, namun pas saya tanyakan, dia hanya bilang,
dhiyan, coba deh kamu lambaiin tangan kamu ke orang yang lewat, dan pas dia noleh dan senyum ke kita, kamunya mlengos (ndak noleh ke dia), seru deh!
saya mencobanya, dan beneran tekukan yang ada di muka saya langsung ilang. Dan di sepanjang jalanan dieng itulah saya dan bibi bergantian melambaikan tangan ke orang yang lewat
*siapa coba yang gila*
Oia, adalagi saat saya ngajarin bibi ini gila, yaitu saat saya dan bibi ini otewe ke lawang dan saya yang menyetir motor. Saat itu adalah saatnya pawai kemenangan arema, jadi macet dimana-mana, dan kita sudah ditunggu teman-teman yang lain di lawang.
Dengan santainya, saya mengarahkan motor saya untuk naik ke trotoar dan jalan di trotoar itu. Saya pikir orang lain sadar kalo saya dan robi ini gila, ndak tahunya, orang-orang lain malah ikut-ikutan kita jalan di atas trotoar.
gila yang jadi trendsetter kayaknya baru ini deh!
*sebenernya da foto trotoar yang kita naiki saat itu, tapi masih nyasar dimana*
Akhirnya, saya menyadari kenapa akhirnya saya dan bibi ini pkl di RSJ. Ndak usah dijelasin deh, kayaknya kalo dengan baca postingan ini, semua juga tahu deh!:D
Bibi, makasih ya untuk senyum yang kau bikin, meski harus dengan cara gila!:p
miss U
Tidak ada komentar:
Posting Komentar