Jumat, 26 Desember 2014

Desember 2014

Jarang banget mikir renungan akhir tahun itu penting, karena mikirnya yang paling penting adalah hasil renungan itu, mau cuma dibiarin atau diperbaiki. Apalagi waktunya, banyak orang pada punya resolusi tahun baru, kalau saya pribadi, ya kalau mau punya resolusi, nggak perlu nunggu tahun baru lah ya.

Tapi akhirnya, tahun ini, kayak nelen ludah sendiri, bikin juga renungan akhir tahun.

Ada teman baik yang menyebut salah satu bulan (saya lupa bulan apa, red) adalah bulan-bulan terberat, karena tiga tahun terakhir, di bulan yang sama dia merasakan sedang dicoba

Kalau misalnya saya harus mengeluarkan statement serupa, mungkin saya menyebut desember 2014 adalah bulan terberat
Atau sekalian 2014 ya? :p

Banyak konflik yang berat rasanya memang,
Sampai berada di keadaan males semalesmalesnya males
*nah loh kayak apa itu*

Tapi perbincangan dengan seorang menyadarkan saya
Alhamdulilaah Allah ngasih saya kesempatan untuk bertemu dia
Alhamdulilaah dia selalu menyediakan waktu untuk mendengar keluhan2 saya
Terimakasih ya kamu
Iyya kamu
#eh?

Satu pertanyaan kepada dia yang dia jawab tanpa perlu waktu yang lama, menyadarkan saya atas "keberatan" bulan ini

Bukan tentang mereka, tapi tentang saya
Yang kurang bersyukur

Kalaupun saya tidak disini, tidak ada yang menjamin kalau saya tidak akan mengalami seperti yang dialami sekarang

Kalaupun saya tidak disini, tidak berarti juga saya akan selalu baik-baik saja

Kalau saya tidak disini, terus saya dimana dong?
#eh?

Kalaupun harus kecewa karena berpisah dengan seseorang,
Tidak perlu menyalahkan pertemuan, atau mengeluhkan kenapa pertemuan harus berakhir dengan perpisahan. Tapi yang harus dilakukan adalah bersyukur, bersyukur karena pernah dipertemukan.
Karena langsung tidak langsung, baik tidak baik, pasti ada pelajaran dari setiap pertemuan.
Ambil saja baiknya, lupakan yang tidak baiknya

Kalaupun harus kecewa karena keegoisan seseorang.
Tidak perlu dicari bagaimana membalasnya, bagaimana menyadarkannya atau bagaimana menghindarinya. Tapi mungkin harus pakai jurus cuek bebek. Cukup tahu sifatnya, jangan diambil hati, apalgi diambil jantungnya. Apapun yang dilakukan seseorang, pasti ada balasannya kok.

Kalaupun harus kecewa karena merasa tidak dihargai. Senyum sajalah, yang paling penting bukan pandangan atau "harga" dari orang lain, yang paling penting adalah melakukan semua dengan baik dan benar, sesuai ketentuan agama pastinya.


Kamu
Iyya kamu
Terimakasih ya
Untuk harapan barunya

Kamu
Percakapan itu
Tempat itu
Dan harapan baru itu
Menutup desember dan tahun ini dengan indah dan penuh syukur

Terimakasih

Kamis, 25 Desember 2014

Kenapa Harus Bekasi?


Kalimat lirik di parodi lagu RAN dekat di hati yang oleh skinny24 diganti judulnya jadi kau di bekasi ini adalah lirik favorit saya

Mungkin karena sekarang saya sedang di Bekasi
Tanpa terasa, sudah sekitar 8 bulan ada disini
Kalau misal bayi, udah mulai belajar merangkak kali ya
Paling nggak si bayi sudah mulai makan, meski masih bubur saring

Tapi ya pindah ke Bekasi ini, masih sering aja nanya, Kenapa harus Bekasi?

Seperti yang sudah tertulis sebelumnya, sampai sekarang saya belum tahu jawaban pastinya, kalau jawaban jelasnya saya sudah tahu, karena memang jalannya disini.

Kalau mau dicari awalnya, awalnya adalah ngefollow akun @lowongandosen, sampai akhirnya akun ini memposting lowongan ini

Karena lamarannya bisa lewat  email, yang notabene berarti ndak butuh banyak biaya, iseng lah ngelamar. 

Dua hari kemudian, dapat panggilan.
Masih bingung seneng atau senep, banyak pertimbangan pastinya waktu itu
Masih panggilan tes saja sudah harus bermodal besar, jakarta cuy, kereta masih mahal saat itu, belum lagi tinggal disananya, mau nginep dimana? Ke kantornya naek apa dan pertimbangan-pertimbangan lainnya.

Ngecek buku tabungan dan ndak berani berangkat, tapi pingin banget.
Nyoba telfon kakak dan mau dimodalin, alhamdulilah, satu jalan terbuka rasanya

Setelah modal ada, nyoba hubungi saudara yang tinggal di bekasi, menanyakan tentang (calon) kantornya.
Saudara bilangnya yang di bekasi kayaknya ndak ada kantor itu, padahal daerah tempat tinggal saudara, sekelurahan sama kantornya.
Mulai rada-rada bingung. Sampai akhirnya dapet pencerahan kalau (calon) kantor ini memang baru mau buka cabang di Bekasi, dan dia masih resmi ada di Jakarta. Tempat nginep sepertinya juga sudah beres, langkah terakhir adalah pamit orang tua.
Karena jauh, sudah yakin kalau misalnya orang tua agak tidak setuju, jadi ya langkah ini di terakhirkan.

Alhamdulilahnya saat itu orang tua langsung setuju, malah mereka juga mau modalin, nyemangatin dan nyediain pelindung selama saya di bekasi, yaitu adik saya.
Ah ketika ingat masa-masa itu, mengharukan.
Kemana-mana dianter adik saya, sampai dia juga harus jatuh dari motor waktu jalan-jalan sama saya
Kebetulannya adik juga sedang menganggur, jadilah dia jadi pelindung saya, saat itu dan saat ini juga sih

Tes demi tes dijalani, galau demi galau dilalui
Tes awalnya maret dan akhirnya diterima adalah april.
Mulai kerjanya mei

Semua terasa indah, indah banget
Teman yang baru saling kenal tapi sudah saling menyayangi
Adik yang menemani di awal-awal pindahan
Rejeki yang memberi kesempatan untuk tetap bisa mudik setiap bulan

Maka nikmat Tuhan mana lagi yang kau dustakan?

Semakin hari mulai tidak betah disini,
Dimulai dari ndak "punya" temen
Temen kerja sih banyak, tapi pas weekend, semua pada sibuk dengan pasangan masing-masing
Dikecewakan beberapa orang yang dipercaya,
Terbukanya beberapa rahasia yang lumayan cukup menyakitkan
Sampai kemarin, saat sakit dan bener-bener lemes, merasakan ngenesnya hidup (merasa) sendiri di kota orang

Pengen gitu teriak, aku pengen pulang
Eh udah teriak juga sih, hahaha
Tapi masih belum puas

Selalu saat mencoba berfikir kenapa, muncul pertanyaan seperti lirik parodi kau dibekasi ini, kenapa harus bekasi?
dan selalu juga membalikkan dengan statement kadang jawaban kenapa hanya perlu dijawab karena.

Saya percaya Allah punya rencana paling baik sehingga saya bisa sampai ada disini
Suka-duka, tangis-tawa, canda-luka, semua yang dirasakan disini sekarang, mungkin saat ini terasa tidak ada manfaatnya, tapi pasti, pengalaman ini akan berguna sekali suatu saat nanti
Pengalaman adalah guru yang terbaik bukan?
Dengan mengalami sendiri, suatu saat jikalau ada yang merasa serupa, pasti bisa berbagi kisah

Agustus kemarin, ada panggilan kerja di Jawa Timur
Sampai HRDnya nelfon berkali-kali untuk merayu saya datang tes, saya masih mantap bilang, maaf ya Bu, saya sudah disini

Seminggu yang lalu, ada panggilan kerja lagi, di Malang
Galaunya terasa, muncul pertanyaan, apa aku terlalu buru-buru mengambil keputusan untuk pindah ke bekasi?

Tidak lah
Apa  jadinya kalau misalnya nganggur mulai mei-agustus, atau justru mei-desember?

Kalau memang akhirnya tidak bisa mengerjakan apa yang dicintai, maka yang harus dilakukan adalah mencintai apa yang dikerjakan.
Apa adanya
Karena tidak ada yang sempurna

Jadi kalau misal ada yang nanya kenapa harus di bekasi?
Salah gue?
Pasti bukan lah, mana ada orang yang mau nyalahin diri sendiri
Salah si admin @lowongandosen?
Bukan lah, malah bersyukur banget pernah tahu akun ini
Salah temen-temen gue?
Nggak lah, buktinya disini masih ada temen yang menyayangi

Nggak ada yang salah, kalaupun ada, adanya orang yang mungkin kurang bersyukur

Minggu, 21 Desember 2014

Zona Nyaman

Akhir masa kuliah, beberapa bulan, atau mungkin sekitar satu tahunan yang lalu, sempat terbesit dalam pikiran, kalau misal keluar dari zona (se)nyaman ini, bagaimana ya?

Ternyata, setelah bener-bener kejadian, zona nyaman memang the best
Hampir nyesel pernah berfikir seperti itu, karena saat kejadian, (lumayan) berat menjalaninya

Seperti akhir kuliah 4 tahunan yang lalu, sempat berfikir, kalau ingin bisa kerja dulu di beberapa bagian baru nantinya lanjut kuliah dan Alhamdulilahnya kejadian

Sebesit pikiran keluar dari zona nyaman itu, sepertinya kejadian juga

Dimulai dari april tahun ini,
Saat akhirnya harus pindah ke tempat baru
Lebih Jauh
Lebih Ramai
dan pastinya BARU

Seperti semua yang baru, pasti butuh yang namanya adaptasi
Seperti semua yang barum pasti butuh yang namanya penyesuaian
Herannya, 25 tahun hidup, dengan segala macam pengalaman, semenjak pindah kesini, berasa baru berumur 15 tahun.
Bukan tentang bentuk fisik usia 15 tahun, tapi tentang pemikirannya

Mulai dari yang sangat cengeng sekali
Sampai sangat rapuh sekali

Entah sejak kapan, saya jadi merasa adik dari adik saya
Karena sekarang, saya jauh lebih sering minta saran ke adik saya, bukan sebaliknya

Entah sejak kapan, saya jadi tidak bisa berfikir ke depan
Kalau ndak ngeluh, isinya nangis

Sampai kalimat saya sendiri saat menelfon seorang teman baik yang baik banget menyadarkan saya,
Sebenernya saya ada di situasi yang memang tidak benar, atau saya yang kurang bersyukur sih Mbak?

dan dia menjawab DUA-DUANYA

Mungkin benar, semenjak disini saya jadi kurang bersyukur
Ada banyak sekali alasan saya mengucap Alhamdulilah, tapi hampir selalu, meskipun sudah mengucap Alhamdulilah, saya melanjutkan dengan kalimat tapi kok gini?

Astagfiruloh

Dia selalu berkata, jangan sesali apa yang telah terjadi, jangan pedulikan apa yang telah terjadi, tapi pikirkan setelah ini kamu mau jadi apa

Saya  masih belum paham sepertinya dengan maksud dia, sampai malam ini
Saat mencoba memahami yang telah terjadi
Khususnya mulai april tahun ini

Saya belum bisa adaptasi dengan zona yang tidak nyaman ini
Saya belum bisa terima jauh dari orang yang sudah saya kenal lama
Saya masih meminta padahal Allah sudah memberi banyak
Saya kurang bersyukur

Bukan lagi tentang menyadari ini zona tak nyaman, tapi tentang bagaimana bisa bertahan di zona tak nyaman ini

Semoga, mulai saat ini bisa untuk jadi orang yang selalu bersyukur, seperti kata dia, kalau kamu dijauhkan  dari sesuatu, pasti karena memang sesuatu itu pantas berada jauh darimu

Terimakasih ya
Menyadarkan kalau 8 bulan ini cukup "aneh"
Semoga masih bisa memperbaikinya
 

Radang

Seumur-umur, baru kali ini merasakan sakit yang sampe lemes, bahkan ngomong aja serasa nggak kuat
Kalau dipaksa sih masih kuat
Masih sempet teriak-teriak malah pas ngajar kemarin.

Kalau dipaksa
Kalau biasa, bener deh ngomong aja rasanya nggak kuat.

Dimulai sejak 2 mingguan yang lalu, dua hari setelah dari Makassar.
Tenggorokan terasa tidak enak, bahkan saat itu, disiang hari sekitar jam 2, tenggorokan terasa kering sekali
Hampir saja mau membatalkan puasa saking keringnya tenggorokan

Mikirnya karena memang mau flu, masih berusaha biasa saja

Dibarengi dengan makin terbukanya beberapa rahasia, entah disambi dengan ketidaksehatan pikiran, "batuk" biasa ini terasa makin parah.

Jumat yang jadwalnya ada presentasi di depan khalayak ramai, saya sudah mulai batu-batuk, belum terasa lemas, jadi saya mikirnya cuma gejala batuk biasa

Jumat-Sabtu-Minggu-Senin
Jadwalnya mudik
Lupa kalau badan not delicious
Malah kerasa sehat karena sudah sampai di rumah

Sambil ngecek keadaan ayah, ngecek sendiri keadaan tubuh
Gula darah normal, tekanan darah juga normal
Tidak ada yang salah kecuali hari sabtu badan kerasa mreteli, tapi minggu sudah kerasa baikan lagi kok

Masuk minggu ini, badan makin not delicious
Setelah melewati rabu , badan makin nggak jelas

Kantor memang sebelahan sama rumah sakit, berobat ke rumah sakit pun gratis
Tapi masih tahan untuk tidak berobat
Bukan karena ndak sayang sama tubuh, tapi karena mereasa hanya butuh istirahat
Ini ya, entah sejak kapan, atau memang karena keturunan, ndak pernah suka yang namanya berobat ke dokter.
Apalagi cuma sakit tenggorokan, masak iya sampe ke dokter?
Tapi bener baru kali ini badan kerasa lemes

Kamis pagi,
Bangun tidur, suara kerasa nggak keluar
Badan kerasa gemeter dan lemes
Kalau misal nggak ada jadwal praktikum saat itu, pasti bolos deh

Niat cuma datang praktikum, malah jadi full day dengan rapatinggenah, eh rapat
Begitu juga hari jumatnya

Badan makin kerasa lemes
Saya masih ingat rabu malam itu, tanpa terasa saya nangis, hahaha
Cengeng

Badan kerasa bener-bener lemes, kuat sih kalau dipaksa, tapi kalau dirasa, lemesnya kebangetan. Di tengah kelemesan badan, masih harus makan dan nyari makan sendiri.
Kalau di malang, pasti masih ada yang bisa dititipin beli makan
Disini, semuanya sendiri
Dan tempat jual makanan, nggak sedeket di malang
Makanya pas nelfon adek waktu itu, tetiba nangis
Atau memang sedang cengeng.

Sabtu berusaha bedrest
Tapi ternyata bedrest di bekasi, tidak seenak bedrest di Malang
Tidur nggak bisa nyenyak, istirahat nggak bisa enak
Alhasil siang malah cabut buat nonton
*maaf ya badan*

Pulang nonton, berasa sangat mendzolimi badan kalau misalnya nggak berobat, akhirnya bener-bener berobat
Sampai rumah sakit, sekitar pukul 19.00 waktu itu
Kata yang nganterin, itu jam-jam dokter istirahat, jadi setelah ambil nomer antrian, saya malah ke atm, transfer
Ternyata pas ke atm sudah dipanggil, dan saya ndak ada, kayaknya gara-gara ini deh mbak admin sama dokternya rada "ngambek" jadi saya agak dijutekin.
Ih ini ni yang bikin kapok berobat.

Masuk ruang dokter tanpa disapa, dokter langsung tembak sakit apa, ah ndak friendly  banget, beda sama cerita teman yang katanya dokternya enak diajak ngomong

Diperiksa ini itu langsung dikasih tahu kalau radang, dan dengan serius saya nanya,
Dok, emang kalau radang sampai badan lemes ya dok? dan saya ini sampai susah ngomong lho dok, berat rasanya
Ya kalau itu bukan karena radang, karena makan
Tapi Dok, dua hari ini saya sudah diet makanannya, kok masih lemes
Ya kalau lemes itu bukan radang Mbak, tapi karena kurang makan
Ih ya Sebeel banget sama dokter ini
Ini badan udah geliyengan mau pingsan  cuma dikatain karena kurang makan
Saya pernah lho Dok ocd 24 jam, 24 jam nggak makan, nggak lemes lho, apalagi selemes ini

Yasudahlah ya, mungkin karena pas berobat saya belum makan, terakhir makan jam 12 lah ya

Periksa cuma radang gitu doang ternyata dikasih resep seharga 599.900
Whaaaaat?
Gratis sih memang, tapi kok ya, iku obat opo sampe sakmunu?

Alhamdulilah gratis
Alhamdulilah ketebus obatnya
Tapi jadi males berobat lagi
Cepet sembuh ya badan
Maaf kalau mendzolimi kamu

Sabtu, 20 Desember 2014

171214

Hari ini, benar-benar full day dan full emotion

Hari ini dimulai lebih pagi dari biasanya
Sekitar jam setengah 5 pagi
Karena sudah janjian mau nganter seseorang, sekalian pulang juga sih, jadi pas bangun jam segitu sudah bingung sendiri
Takut yang dianterinnya kesiangan

Alhamdulilah yang dianterinnya biasa aja, belum siap-siap pulang malahan

Karena sama-sama ndak enak, akhirnya kita berangkat jam 5an
Malam sebelumnya saya menginap di rumah om yang di daerah Jatiasih, karena yang mau dianter ini mau ke Bandung, jadi saya sekalian pulang ke rumah om yang di Pengasinan
Bis ke Bandung melewati daerah sini soalnya

Masih pagi dan masih dalam keadaan batuk-batuk
Yang biasanya tidur lagi sudah harus berangkat
Tapi seneng sih pulang pagi, takut kena macet kalau agak siangan soalnya

Sepanjang perjalanan, seneng sih, ngobrol dengan orang baru itu pasti menghasilkan sesuatu

Sampai akhirnya berhenti di "lewatannya" bis Bandung, Allah masih memberi kesempatan untuk ngobrol lebih lama
Bisnya nggak dateng-dateng
Ngobrol dari pekerjaan, sekolah dan sedikit tentang rencana masa depan masing-masing
Lumayan lah ya, timbang tidur lagi

Meski hari dimulai lebih pagi, tapi malah jadi senyum-senyum sepanjang hari


Sampai kantor,
Entah sudah merasa ndak nyaman atau memang badan yang sedang tidak mau diajak ke kantor, hawa kantor berasa ndak enak gitu pagi ini
Diawali dengan tawaran terakhir berjudul win win solution, saya sudah merasa akan ada ketidak enakan hari ini
Tapi kalau inget kejadian di pagi harinya, obrolan tentang "dunia kerja" saya berusaha senyum

Benar, win win solution ini terasa aneh
Saya tahu saya yang menginginkan solusi ini, tapi entah ya terasa bukan win win
Kalau sebelumnya saya punya posisi dan sekarang posisinya digantikan, saya terima, itu memang win win
Tapi kalau pengganti posisi saya langsung dibuatkan sesuatu yang selama 8 bulan ini saya ndak dapatkan itu rasanya kok sakit ya?
Ah mungkin karena saya masih manusia, masih punya iri, semoga cuma sebentar

Selanjutnya, saat mencoba membuat orang merasa baik, pastinya dengan membuat orang yang tidak baik disebelahnya. Ini bener-bener  bekerja. Agar yang menggantikan posisi saya mau menerima, saya seolah dijatuhkan dulu
Bukan sakit dijatuhkannya sih, tapi sakit cara pandangnya
Saya punya kesalahan, mungkin memang terlihat besar,  saya berusaha memperbaiki kesalahan itu, sekuat tenaga, karena kalau misalnya ditanya dari lubuk hati terdalam, saya ndak akan mau memperbaikinya, karena saya merasa bukan saya yang salah. Tapi saya ngalah, mecoba sekuat tebaga, tapi tetaplah perubahan itu ndak semudah membalik telapak tangan
dan mereka hanya bilang, saya lihat kamu nggak ada usahanya

Subhanalloh ya
Sekuat itu saya berusaha, hanya karena belum ada hasilnya langsung dianggap gagal
Sakit rasanya
Berusaha menergarkan diri dengan segala peguatan dari orang terdekat dan dari diri sendiri

Mungkin ini saatnya pembuktian, apa akan tetap berubah untuk memperbaiki diri, atau berhenti hanya karena merasa tidak dihargai

Tetap berusaha senyum
Di tengah batuk-batuk

Badan ini, sebenernya kalau bisa ngomong, dianya pasti sudah mau istirahat
Tapi apa daya, malah disuruh dinas luar, keliling bekasi, nyamperin 7 sekolah untuk sebar proposal
Kadang merasa miris, ayah yang cuma lewat telfon tahu sedang batuk saja sempat ngomong, kamu itu berobato, suaramu wes kedenger ga enak gitu lho
Tapi orang kantor, udah tahu muka lecek gini, masih dibiarin aja dinas luar
Ah biarkan,  InsyaAllah badannya kuat

Kelilingnya sampai sore, dan saat perjalanan terakhir, saya sempat mengeluh sama teman seperjalanan,
Aku nggak kuat, capek banget rasanya, boleh nggak kita langsung pulang?
Dia hanya menjawab, kamu cuma ngebonceng, aku yang nyetir kayaknya jauh lebih capek-an aku deh
Saya terdiam,
Dia benar
Tapi saya juga benar-benar merasa lelah, mungkin karena memang badan sedang tidak fit

Entah, hanya badan atau juga hati yang sedang tidak fit  

Terlalu Cinta??


Seorang teman baik yang baik sekali pernah menuliskan pendapatnya seperti ini,

Saya setuju dengan pemikirannya
Terasa, sekali
Kalau sudah sayang bisa pakai banget
Bukan hanya pada seseorang, tapi sama barng juga

Banyak barang yang sampai sekarang, saking saya sayangnya, masih bertahan menemani saya
Untung aja barang, jadi mereka nggak bisa protes untuk menemani sayanya
Haha

Apa saja ya?

Sendal, eh sandal

Sandal ini, haha, ketebak lah ya saya belinya karena warnanya yang ungu
Beli di ra**yana malang dulu, kalau nggak salah pas adek baru mulai kuliah, sekitar tahun 2009, sampai sekarang, mulai dari malang, surabaya, jombang, malang lagi sampai kebekasi, masih aja kebawa sendal ini
Mulai dari cantik sampe makin tipis, selama masih bisa dipakai, masih bakal dibawa kemana-mana, meski butut pake banget, haha

HP 3500classic

HP ini jamannya  semester 3 kali yaa, sekitar 2007 atau 2008 gitu
Jadi dulu ceritanya dibeliin HP ini karena bentuk aslinya sekilas kayak loyang, dan jaman itu saat masih seneng bikin roti, jadi sama kakak dibeliinlah HP ini
sampe nggak berberntuk HPnya masih aja dipakai
dan akhirnya sekitar setahun yang lalu, terpaksa memensiunkan HP ini.
Bukan karena sudah tidak sayang lagi, bukan karena punya HP yang lebih baru, tapi sepertinya karena dia sudah terlalu lelah menemani
Sempat 4 harian tidak ada pesan yang masuk, ternyata setelah di hard restart sms pada antri masuk
Sempat pula hanya tahan semenit untuk nelfon, langsung mati total
Dan sekarang, dia sudah beristirahat tenang di lemari
Mungkin sebenernya kalau misal dibeliin baterai dia masih kuat, tapi sepertinya tidak juga, sms 4 hari ndak bisa masuk itu bukan karena baterai yang soak

Laptop 4920


Laptop ini, sejak kapan ya?
Semester 4 atau 5, sekitar tahur 2008 juga
Mulai kuliah-kerja-kuliah-kerja lagi
Dia masih setia menemani
Sampai akhir-akhir ini
Mungkin karena terlalu sering menemani, bahkan disaat weekend masih diajakin kerja, dia sedikit ngambek
Mulai tahun 2008 kabel charger ndak pernah rusak, baru juga 8 bulan di bekasi, sudah ngerusakin 2 kabel charger ori
Tapi kerennya, baterai laptop ini masih awet, bisa lah ya 15 menit dia tahan, padahal teman-teman seangkatannya katanya udah pada ngedrop baterainya
Kamu keren laptop, sekeren yang punya
*muji diri sendiri*
Akhirnya
Ditengah akhir bulan dan akhir tahun, bela-belain beli kabel ori buat si lappy sayang

Setelah dibeliin, dianya masih ngambek, LCDnyaaaa

Subhanalloh yaa
Seblumnya memang sudah merasa ada yang nggak enak, LCDnya sudah agak bergaris, namun saat garisnya muncul, ditekan layarnya dia kembali ke semula

Apa iya kamu juga sudah lelah menemani laptop?
Tapi fungsi yang lain masih bisa lho
Masak iya harus beli laptop baru?
Aku masih sayang banget lho sama kamu
*usap-usap laptop* 

Blackberry 9300

HP ini, belinya pake pendapatan terakhir pas kerja dulu, belinya sekitar agustus 2011, masih lumayan baru lah ya timbang 3 barang lainnya
Jadi tiap kali mau dijual, ngerasa sayang banget
Apalagi barang kayak gini kalau dijual pasti turun banget harganya
Mulai dari baterai ngedrop, casing yang sudah nggak bentuk sampe kudu dibeliin baru, kabel charger yang rusak berkali-kali, ada 2 kabel ori dan 3 kabel abal-abal yang rusak selama 3 tahun ini, terakhir ini, konektor chargernya ada bagian yang patah, jadinya dia nggak bisa langsung di charge.
Tapi fungsi yang lain masih bisa
Bisa BBMan, telfon, sms, browsing, baca pdf, email
Masak iya kamu sudah mau pensiun BB?

Pengen sih memang beli HP yang touchscreen, apalagi kalau ngeliat sekarang semua orang HPnya touchscreen, ponakan aja maenannya tab lho, suka mupeng, tapikan kamu masih bisa dipakai BB, masak iya harus beli HP baru?

Entah ya sejak kapan, tapi memang menyadari kalau sudah nyaman dengan sesuatu, akan menggunakannya sampai dia bener-bener tidak bisa digunakan

Terlalu cinta?
Enggak juga sih

Nggak sanggup beli pengganti?
Fifty-fifty sih
Sanggup tapi belum butuh
Pengen tapi masih bisa make yang lama


Kamis, 11 Desember 2014

Anak Ketemu Gedhe

Punya anak ketemu gedhe itu rasanyaaa
Lucu

Anak ketemu gedhe kali ini maksudnya adalah mahasiswa, eh mahasiswi deng, orang semuanya cewek kok =D
Secara tidak langsung, karena dipanggil "Bu", juga, jadi akhirnya menyebut mereka dengan sebutan anak-anak.

Salah satu alasan juga buat bisa betah disini, janji sama mereka, tepatnya 3 orang dari mereka untuk menemani sampe mereka pake toga
Ah ndak tega rasanya kalau misal kudu pergi sebelum ngeliat mereka sukses lulus.

Sekarang kalau kemana-mana, jadi inget anak-anak, semisal, oh iya mereka belum dibeliin oleh-oleh.
Mungkin karena masih sedikit juga, bersebelas, jadinya makin terasa deketnya.

Itu kalau misalnya pergi, sekarang kalau bikin jadwal kuliah saja juga ikut memasukkan faktor anak-anaknya capek ga ya?
Hahaha
Pernah jadi mahasiswi juga sih, jadi merasain rasa capeknya "kuliah yang padet"

Kalau sudah sampe jadwal, pas masih penentuan mata kuliah yang dibutuhin aja sudah sampe mikir, anak-anak bisa bersaing ga ya kalau mata kuliahnya kayak gini?
Ah, jadi merasakan jadi "orang tua" tu gimana, haha

Kemarin sudah uts, jadwalnya sebagai pembimbing akademik, harus melihat progress dari anak PAnya, semoga saja anak PAnya tidak terbebani dengan serbuan pertanyaan dari saya, tapi saat dia membalas, Terimakasih Bu itu rasanya sesuatu, haha
Rasanya jadi sedikit males buat pergi dari sini, haha

Sempet kesel juga si waktu mereka ini semacem manja, apa-apa menunggu disuruh, bukan inisiatif. Mungkin itu proses kali ya, toh mereka juga baru sesaat yang lalu keluar dari sma.
Sampe sekarang si meski sering diomelin kadang mereka masih suka senyum kok ngeliat muka saya.
Kata beberapa dari mereka yang wawancaranya sama saya, mereka memang lebih suka dimarahin biar tahu salahnya dimananya, daripada didiemin.
Katanya sih.

Anak-anak ketemu gedhe itu, semoga kalian sukses ya ke depannya, ambil segala sesuatu yang bersifat baik disini, dan lupakan yang tidak baik.

Selasa, 02 Desember 2014

Best Hero

Hari ini, mulai sekitar jam 07.23, sesaat setelah absen saya jadi orang cengeng.
Penyebabnya adalah telfon dari AYAH

Hari ini, jadwalnya saya berangkat keluar kota
Dari awal sekali, saya tidak ingin untuk berangkat, tapi saya juga tidak bisa menolak
Posisi saya membuat saya secara tidak langsung diharuskan untuk berangkat.

Berusaha menolak dan terbantahkan dengan kalimat, kalau nggak kamu, siapa lagi?
Ah, saya benci sifat saya yang ini, NGGAK TEGAAN!!!!
Berulang kali diingetin sama teman baik yang sangat baik, kamu itu, selalu mikirin orang lain! tapi tetep aja, saya masih memikirkan orang lain

Sering kali diomelin teman seperjuangan, kamu itu, lapo seh merhatiin orang lain? pikirin itu kamu sendiri dulu, ojo wong liyo ae. Dan tetep aja MENTER

Aaaarrrrgggghhhhhh!!!!
Kenapa si suka nggak tega
*nyakar2 tembok*
*padahal nggak punya kuku*
*ujung2nya sakit sendiri*

Dalam posisi yang menurut saya, saya sudah tidak punya pilihan, ayah  memastikan kalau saya masih bisa memilih
Dan ayah ingin memastikan saya untuk tidak pergi

Bukan karena konsekuensinya, tapi karena caranya

Sebenarnya, selain karena tidak tega, akhirnya saya menerima tawaran untuk pergi karena ayah mengingatkan, status saya disini sebagai apa, jadi seharusnya memang saya "manut" sama perintahnya. Namun saat tahu caranya, ayah langsung menarik kembali restunya

Ayah, jauh lebih lama berkecimpung di dunia ini
Ayah, jauh lebih punya banyak cerita tentang dunia ini
Ayah, tahu bagaimana saya akan diperlakukan kalau saya tetap berangkat

Entah ini termasuk jebakan batman, superman, catwoman atau apa, tapi konsekuensi dari kepergian ini baru diperjelas sesaat sebelum keberangkatan
Ada sih kesempatan buat nolak, tapi
Semuanya sudah siap? Masak iya ndak jadi?
Nggak tega lah
Yang nyiapin banyak orang lho
Masak iya ngebiarin kerjaan banyak orang itu sia-sia?

Ayah masih ngotot untuk membuat saya bilang ndak jadi pergi
Dan saya juga ngotot untuk pergi

Ayah, ini sudah sejauh ini
Maaf kali ini (lagi-lagi) aku "melawan"mu
Ayah, restuilah perjalanan kali ini
Biar tenang nantinya disana
Ayah, ijinkan
Kali ini saja
InsyaAllah selanjutnya akan jauh lebih bisa tegas dari kali ini
Terimakasih untuk tetap berusaha jadi best hero
Namun maaf kali ini aku melawan perlindunganmu :(

Minggu, 30 November 2014

Hujan (II)

Indonesia sepertinya sekarang sudah kompakan untuk masuk musim hujan, termasuk di BEKASI

Dari dulu, suka banget sama yang namanya hujan,
Meskipun pernah juga sakit karena seneng ke-hujan-an.
Saat itu, saat harus kerja praktek, dan saat cari data, 2 atau 3 harian gitu kehujanan, keesokan harinya, tepar sehari cuma bisa tidur dan nggak kuat ngapa-ngapain.
Alhamdulilahnya temen sekelompok praktek baik-baik, dijagain, dirawat sampai akhirnya sehari kemudian sudah sembuh.





Hujan itu,
(menurut saya)
Menenangkan

Tiap kali ngeliat air yang turun dari langit atau dari langit natap genteng dan baru sampai ke tanah itu rasanya gimana gitu
Suka kagum, bagaimana air itu bisa turun dengan "cara" yang menurut saya indah, teratur gimana gitu
Suka susah menuliskannya
Tapi tetep aja suka ngeliatin air yang jatuh saat hujan

Ada rasa tenang dan kagum tiap kali melihatnya

Biasanya kalo udah ngeliatin hujan gitu, ditengah rasa kagum dan tenang, pasti sambil memikirkan kejadian di masa lalu sambil introspeksi diri
Lalu, nambahin doa, doa untuk bisa memperbaiki diri dan doa-doa yang lain.

Mungkin hujan bisa menyebabkan bajir atau menyusahkan orang, tapi bagi saya, hujan tetaplah sebuah anugrah
Ya kalau akhirnya banjir, bukan salah hujan deh
Ya kalau akhirnya orang susah kemana-mana, bukan salah hujannya juga deh

Kresek Bekas

Weekend itu, bagi beberapa orang adalah waktu beberes kamar
Saking banyaknya barang, kadang suka bingung mau mengawali beberes kamar darimana
*antara banyak barang dan berantakan*

Tapi yang pasti, dalam kegiatan beberes kamar, akan selalu menemukan bagian ini
Tiap kali belanja atau beli sesuatu dan dapet kresek gratis, selualu menyimpan kresek itu. Kalau lagi kumat malesnya, kresek-kresek akan menumpuk dan berbentuk seperti itu. Tapi kalau lagi rajin atau beberes, kresek-kresek itu akan berbentuk seperti ini

Melipat kresek dalam bentuk segitiga itu salah satu ajaran ayah, kata Ayah, suatu saat pasti akan dibutuhkan lagi si kresek ini, selain itu, kan katanya kresek susah di daur ulang, jadi kalau masih bisa dipakai, disimpen saja.
Biar nggak makan tempat dan keliatan rapi, mending dibentuk segitiga

Kalau lagi inget pasti semua kresek bentuknya segitiga
Kalau lagi nggak inget pasti bentuknya nggak jelas, hahaha


Tapi beberapa teman sudah tahu, kalau misal ada kresek bentuk segitiga biasanya saya yang langsung di-kambinghitamkan

Bener kok, membentuk kresek jadisegitiga itu bikin rapi dan nggak  makan tempat

Yang Katanya Tugas Akhir

Hampir setahunan, atau mungkin sudah lebih dari setahun, deskripsi blog ini menyebutkan kata tugas akhir

Sebenarnya tugas akhirnya sudah terbit beberapa bulan yang lalu, 3 bulan yang lalu kalau ndak salah (ini antara pikun atau memang tidak  merasakan perjalanan waktu, red), tapi deskripsi belum diganti.

Nah, katanya kan tak kenal maka tak sayang, makanya mau mengenalkan sesosok eh sebuah tugas akhir yang akhir-akhir ini tertulis di deskripsiny
(sambil sedikit sombong, red)


Alhamdulilah tugas akhirnya keluar juga
Alhamdulilah perjuangannya bisa terasa juga
Semoganya tugas akhirnya bisa berguna bagi orang lain

Semoganya masih bisa nulis lagi, tugas paling akhir mungkin =D

Rabu, 26 November 2014

Melambaikan Tangan

Sudah cukup lama
Mencoba bertahan
Menyesuaikan
Menurunkan
Menguatkan

Namun ketika semua terasa tak berarti
Ketika perubahan tak terjadi
Bolehkah melambaikan tangan?

Sia-siakah pengorbanan?
Atau hanya diri yang tak sabar menanti?

Ngomong Itu Gampang

Sering sekali saat menasihati seseorang, terlontar kalimat,
Ngomong mah gampang, ngelakuin yang susah

That's true, haha
Jadi malu sama diri sendiri
Tapi alhamdulilah, dapet tamparan yang bisa bikin lebih baik lagi

Ceritanya, saat ada seorang teman baik yang sangat baik sedang ragu dengan seseorang
#tsaaah
Dengan santainya saya bilang,
Sudahlah, kalau dia serius sama kamu, jarak itu nggak bakalan jadi penghalang.
Kalau dia bilang jarak itu halangan, means dia nggak nganggep kamu itu sesuatu yang dia harus perjuangkan
Untuk apa mikir atau memperjuangkan seseorang yang nganggep kamu penting aja enggak

Kalau nggak salah sih bilangnya seperti itu
Abisnya nggak segera didokumentasikan si, jadi suka lupa-lupa inget sama omongan sendiri

Sepertinya teman baik yang sangat baik ini menjadi berusaha keras untuk mendamaikan apa yang sedang dia rasakan dengan apa yang saya katakan, sampai akhirnya, pastinya dengan banyak sekali pertimbangan, dia akhirnya sudah tidak ragu lagi

Kalau dibaca-baca lagi, kasar sekali memang perkataan saya saat itu. Maaf ya teman, abisnya kalau nggak kasar suka masih nggak rasional si, makanya perlu dikasarin
#eh?

Kini, giliran saya ada di kejadian yang serupa
Saya benar-benar lupa kalau pernah berkata seperti itu
Bahkan teman baik yang sangat baik ini sampai ndak tega ngebalikin omongan saya waktu itu ke dia, karena saya memang terlihat masih terpukul, masih denial dan masih meratapi kesedihan.

Untungnya
Sama teman baik yang sangat baik ini, kita sering saling merasionalkan
Saat dia nggak rasional, saya mencoba untuk kembali membuat dia rasional
Begitupun saat saya sedang tidak rasional, sadar sih kalau sedang tidak rasional, namun saya butuh dia untuk membuat saya benar-benar rasional
=D

Dari beberapa hari denial dan meratapi kesedihan, akhirnya saya mampu benar-benar berdiri, benar-benar mengacuhkan rasa sakitnya, dan benar-benar sadar kalau memang ini yang terbaik, dengan satu kalimat dari dia, coba ingat kata-kata yang pernah kamu kasih ke aku dua atau tiga tahunan yang lalu, aku nggak tega bilang sendiri ke kamu, jadi inget-inget sendiri

Mungkin setelah ini harus sering mendokumentasikan omongan
Biar kalau ada kejadian serupa, ndak perlu nyari tiang buat pegangan, baca saja dokumentasi

Kalau mau ngomong juga harus difikir, biar nanti pas dibalikin omongannya nggak sensi =D