Sabtu, 23 Februari 2013

Ada yang Hilang



Aku hanya bisa terdiam
Melihat kau pergi dari sisiku
Dari sampingku
Tinggalkan aku seakan semuanya
Yang pernah terjadi
Tak lagi kau rasa
Masih adakah tentang aku
Di hatimu yang kau rasakan
Coba kau rasakan
Mudahkah bagimu untuk hapuskan
Semua kenangan bersama denganku
Tak pernah sedikit pun
Aku bayangkan betapa hebatnya
Cinta yang kau tanamkan

(I)
Hingga waktu beranjak pergi
Kau mampu hancurkan hatiku

Reff :
Ada yang hilang dari perasaanku
Yang terlanjur sudah
Kuberikan padamu
Ternyata aku tak berarti tanpamu
Berharap kau tetap di sini
Berharap dan berharap lagi

Lagu ini kereeeeen
*menurut saya*
*subyektif*

denger lagu ini pertama pas nonton realita, cinta dan rock n roll, lagu ini jadi backsoundnya pas peran utama yang kebetulan sahabatan berkonflik gitu, dan langsung jatuh cinta sama lagu ini

lagu galau unyu-unyu yang dikemas dengan musik rock itu keren ternyata

Dimana letak kesedihanmu?

Pengkhiatan, atau mungkin lebih manis saat disebut ketidakjujuran pasti menyakitkan
Tapi apa iya sesakit itu hingga membuat ga bisa sembuh dari sakit itu?
Dan terpaksa harus menyerah pada ketidakjujuran itu?

Sedih pasti
Tapi mau sampai kapan?
Saat kau tahu ada seorang yang tidak jujur padamu, bukannya saat itu pula kamu tahu kejujuran yang sebenernya?
Eh namanya jujur itu pasti sebenernya ya?

Tiap orang pasti pernah tidak jujur, bahkan pada dirinya sendiri
Tiap orang pasti punya pandangan dan pendapat sendiri, yang terkadang tak peduli dengan yang lain

I’m fine, semoga
Aku tahu aku sedang tidak dalam keadaan baik, tapi aku juga tahu aku bisa mengkondisikan diriku dalam keadaan baik, lalu, dimana letak kesedihanku itu?
Aku tak tahu

Rasanya terlalu sakit saat melihat orang yang kita sayangi ternyata tak pernah menyayangi kita
Rasanya terlalu sakit saat melihat orang yang kita sayangi tak pernah mencoba melihat kehadiran kita
Dan rasanya terlalu sakit jikalau melihat orang yang kita sayangi itu tersakiti oleh orang lain
Apa yang bisa kita perbuat?
Kita pasti akan melindungi dia semampu kita
Tapi saat dia tak pernah peduli dengan perlindungan kita, apa kita juga akan (masih) melindungi dia?
Jikalau kita ikhlas, maka kita akan tetap melindungi dia, bukankah sesama muslim bersaudara?
Saat saudara kita sakit, pasti kita akan merawatnya dan di setiap saat, kita akan selalu berusaha untuk melindungi saudara kita
Menyanyangi seseorang tak semata-mata agar dia juga menyanyangi kita kan?

Baikan-musuhan, Musuhan-baikan

Baikan-musuhan atau musuhan-baikan?

Dalam berhubungan dengan seseorang pastinya dan memang idealnya ikut pola baikan-baikan. Artinya saat awal hubungan dalam keadaan baik, akhirnya juga baik.
Tapi, bukannya keadaan ideal itu sulit ya? Kalo akhirnya di-adep-kan dengan keadaan baikan-musuhan atau musuhan-baikan, pilih mana?

Kalo saya si milih baikan-musuhan, tapi sebelum berakhir jadi musuhan saya mati dulu, jadi saat mati masih dalam keadaan baikan
#kok jadi agak serem ya?

Ndak sih, jujur ya, saya lebih milih musuhan-baikan daripada baikan-musuhan, makan atinya kayaknya banyak yang baikan-musuhan de.

Baikan-musuhan
Terlalu ekstrim kali ya kalo saya milih kata musuh, mungkin lebih tepatnya menjauh kali ya.
Saya punya temen, baik banget dulu, sering debat, diskusi, curhat, dan semacemnya. Karena saya masih sering ketemu dia, saya anggap dia sahabat terbaik saat itu. Saat itu, iya, sekarang mah uda enggak. Bukan dia yang mutusin bukan saya juga yang mutusin. Katanya si waktu yang bikin semua gitu, kalo kata saya si kemauan aja.
#eh?
Sekarang, jarang komunikasi, bahkan ketemupun ga saling nyapa.
Padahal saya segedhe ini, #eh?
Ya memang harusnya kalo dia tidak memulai saya yang memulai, tapi saat saya memulai dan ga ada respon baik, saya cukup tahu diri lah kalau mungkin saya malah jadi pengganggu dia.
Jadi cukuplah saya punya pengalaman baikan-musuhan.
Ngenesnya dapet, apalagi pas inget jaman baikan dulu, jaman ngerasa dia terbaik, ah kenangan itu bikin mewek kadang

Musuhan-baikan
Banyak yang bilang jangan terlalu benci sama seseorang, karena bisa aja jadi cinta. Percaya sama kalimat itu?
Kalo penerawangan saya si, itu bisa saja terjadi. Karena saat kita membenci seseorang, secara tidak langsung dan sedikit tidak sadar, kita akan memikirkan orang itu setiap saat, entah sedang berwaspada atau kenapa, tapi secara ndak langsung kita memikirkan orang yang kita benci itu. Dan saking seringnya mikirin, kita jadi jatuh cinta sama orang itu, karena kita terbiasa memikirkannya.
Lagipula ada seseorang yang bilang kalau musuh itu adalah sahabat terbaik, karena kadang musuh itu memperhatikan kita sampai ke hal terkecil yang ada pada kita.
Tapi ini bukan tentang cinta kok.
Mungkin benar kalimat bahwa saat ada yang pergi/hilang maka Allah akan mengantikannya.
Jadi saat orang yang baik itu pergi, saat itulah ada yang menggantikannya. Ya meskipun bukan penggantinya bukan seperti yang digantikan.

Jadi beberapa waktu yang lalu, saya ketemu lagi sama orang yang jaman dulu susah untuk kerjasama dengan saya, jadinya saya sering makan ati, padahal saya ndak begitu suka ati lo
#eh?
Ya mungkin intinya beda prinsip aja antara saya sama dia
Eh ternyata sekarang dianya baiiiiik pake banget ke saya. Entah kesambet setan eh kesambet jin entah kenapa, saya aja sampe heran sama perubahan sikapnya.
Mungkin kepentok pohon toge kali ya dia, apapun itu, saya bersyukur karena orang yang baik sama saya nambah jumlahnya =D


Dua kejadian itu membuat saya belajar dan kalau boleh memilih, saya lebih memilih yang musuhan-baikan daripada  baikan-musuhan
Musuhan disini ga berarti yang tiap hari perang, tiap hari berantem atau apapun
Maksud saya disini adalah sudah tidak baik aja, ndak berarti ”musuh” yang berarti negatif itu kok.
Tiap pertemuan pasti akan berakhir dengan perpisahan, sama seperti tiap kehidupan akan berakhir dengan kematian.
Ini sih intinya, keadaan saat kita berpisah dengan orang itu, keadaan baik atau tidak baik.

Karena menurut saya, lebih sakit hati saat kenangan manis teringat namun kenyataannya sekarang ndak manis, jadi saya lebih senang kenangan pahit yang teringat namun sekarang kitanya sudah manis

Ini Cuma kisah saya sih, semoga nggak sampe mengumbar rahasia orang

Kenyataan

Kemanapun kita mencoba berlari menjauhi kenyataan yang tak sesuai harapan, usaha kita akan sia-sia, karena kenyataan itu akan selalu mengejar kita, kemanapun kita pergi menjauhinya
Kenyataan, tak bisa kita atur bagaimana kejadiannya
Tak bisa kita ubah seperti apa yang kita rencanakan
Sesempurna apapun rencana kita itu
Karena rencana paling sempurna, hanya milikNya

Sepahit apapun bagi kita kenyataan itu, sesakit apapun rasa kita karena kenyataan itu, kita hanya bisa menerimanya, dan pastinya menjalaninya dengan baik

Bukan maslah pesimis, bukan masalah hanya bisa menerima, tapi hanya tentang bagaimana menjalani kenyataan ini dengan baik, karena tiap kenyataan pastilah sebuah rencana terbaik dariNya untuk kita.
Allah melihat semua sisi dari tiap kenyataan, bukan hanya satu atau dua sisi seperti kita melihatnya.

Dan berlari dari kenyataan itu, bukanlah pilihan yang tepat

Kenyataan paling pahit yang saya rasakan akhir-akhir ini adalah tentang perpisahan
Saya tahu, saat saya bertemu dengan seseorang, saat itu pula saya meningkatkan risiko sakit karena kehilangan seseorang. Karena dimana ada pertemuan, pasti disitu akan terjadi perpisahan, dan setiap perpisahan, pasti akan membuat kita kehilangan. Dan kehilangan itu sakit.
Intinya sih saat kita bertemu seseorang, kita harus siap sakit karena suatu saat kita akan kehilangan dia.
Jadi, jangan pernah menggantungkan seluruh hidupmu pada orang, karena orang tak ada yang abadi, termasuk orang tua ataupun orang-orang yang kita sayangi
Bukan berarti mengajarkan untuk egois atau ga peduli dengan orang lain, tapi apa ya
Ehm, gini, saat kita merasa kita punya keluarga dan orang-orang yang menyayangi kita sehingga kita menggantungkan hidup kita pada mereka, bahkan sampai kita tak bisa melakukan apa-apa karena kita rasa mereka akan selalu bisa ada dan membantu kita, lebih baik, jangan pernah lakukan itu. Usahakan kita bisa melakukan segalanya, meski kita yakin ada yang bisa membantu atau menemani kita seperti apapun keadaan kita.
Mereka, akan meninggalkan kita, atau mungkin kita lah yang akan meninggalkan mereka, kita tak pernah tahu, yang pasti adalah kita pasti akan berpisah dengan mereka.
Jadi saat perpisahan itu ada, kita masih bisa bertahan
Bukan mengajari untuk tak peduli orang lain atau tak sedih karena kepergian orang lain, hanya ingin menunjukkan bahwa jikalau kenyataan memaksa kita menerima bahwa perpisahan itu terjadi, maka yang harus kita lakukan bukan berlari menjauh agar tak merasakan perpisahan, tapi yang kita lakukan adalah menerima kenyataan bahwa perpisahan itu terjadi, dan yang penting kita masih bisa melanjutkan hidup setelah perpisahan itu, karena hidup bukan hanya tentang dia yang berpisah dengan kita, tapi jugta tentang kita dan Allah dan orang lainnya.
Okeh, semakin mbulet

Misalkan saya harus berpisah dengan sahabat saya, dia harus pergi jauh dari kehidupan saya, bukan karena apa-apa, karena lebih baik kita tak lagi bersama
Mungkin saya bisa mencari sahabat yang lain, tapi itu hanya salah satu cara saya berlari dari kenyataan, kenyataan bahwa saya sebenarnya merindukan sahabat saya itu dan mencari sesosok orang lain yang seperti dia.
Kemanapun saya pergi dan berusaha untuk melupakan sahabat saya itu, saya hanya akan menemukan kenyataan bahwa saya kehilangan sahabat seperti dia.
Tapi jikalau itu kenyataannya, saya hanya bisa ikhlas, ikhlas kalau memang yang terbaik adalah tidak lagi bersahabat dengan dia, dan tak perlu mencari orang yang mirip seperti dia, karena tiap orang punya kekhususan sendiri-sendiri, dan biarkan mereka menjadi diri mereka sendiri
Saya memang kehilangan sahabat saya itu, tapi jikalau sahabat saya lebih senang untuk berpisah dengan saya, maka saya juga harus menghargai keputusannya.  Saya hanya bisa mendoakan dia selalu bahagia dan sukses dalam hidupnya, kalaupun ada kesusahan, InsyaAllah dia bisa melewatinya, dan saat butuh saya, saya akan berusaha untuk tetap disampingnya.