Jumat, 25 Januari 2013

Side Story Ujian Proposal Tesis

Tak ada yang sempurna, semua tahu itu kok, tapi kita pasti berusaha untuk sempurna
Ternyata pas grogi itu akan muncul beberapa sikap yang cukup mengagetkan, menurut saya
oia, ga ada niatan nyebar aib disini, dan InsyaAllah bukan aib kok yang diceritakan. Cuma cerita konyol pas menghadapi ujian proposal tesis, side storynya aja.

Pertama, dari solmet tesis saya, sebut saja namanya supermayang.
Hari ini supermayang nemuin dosen pengujinya, namanya juga dosen penguji, ditemuinya kalau mau ujian aja, minta jadwal ujian dan ngasihkan proposal. Nah kebetulannya supermayang dapet jackpot, dia dapet kesempatan untuk konsultasi dengan penguji, kebetulannya saat bertemu penguji, supermayang ini bersama dengan teman lain, sebut saja DC, dokter cantik
Penguji           : Kenapa ambil judul ini?
Supermayang  : awalnya supermayang menjawab secara ilmiah, dan ini kan proyek, kebetulan saya mengambil organ paru jadi saya pakai judul ini
Penguji            : Lalu kenapa parameternya ini? Memang apa saja yang bisa diambil dari paru?
Supermayang  : njawab sedikit ilmiah lagi, dan di paru ini memang banyak yang bisa diambil selain parameter saya ini, bagaimana kalau besok saya bawakan proposal proyeknya Dok?
Hiyaaaaaa
saya diceritain ini sama supermayang ngakak, untung nggak guling-guling, secara ceritanya pas diatas motor di jalanan
Katanya supermayang sih, ini kalau misalnya dijawab secara ilmiah pasti rasanya seperti dia ujian proposal di depan pengujinya itu, makanya dia ingin memutus pertanyaan penguji dengan menawarkan proposal proyek biar pengujinya tahu alasannya kenapa
Ngeles yang cukup masuk akal

Kedua, dari teman yang dulu sering disebut zalkaca
Mirip seperti supermayang, ini cerita ketika zalkaca nemuin pembimbingnya, oia, zalkaca ini juga ketemu pembimbing bareng DC lo
Pembimbing : Sudah, ada lagi?
Zalkaca       : *beresin barangnya* Sudah Prof, Terimakasih
DC              : Dia mau ujian Prof
Pembimbing : oh ayok, mau kapan? senin?
Zalkaca        : Ya ndak senin juga kali Prof, kamis gimana?
Pembimbing :  Kamis Libur
Zalkaca        : Jumat?
Pembimbing : Kecepit
Zalkaca       : Rabu?
Pembimbing : Yawes rabu aja
Hiyaaaaaaaa
Saya ngakak waktu DC cerita tentang ini, apalagi pas zalkaca bilang ya ndak senin juga kali Prof . Ehm, apa ya, meski kalimat ini masih terkesan sopan, tapi rasanya itu ada yang aneh gitu, dan ternyata bener, DC yang menyadarkan kita kalau kalimat itu sering dipakai di sketsa, ya ndak gitu juga kali
Mungkin zalkaca, DC dan pembimbingnya lagi syuting sketsa kali ya.
*peace zalkaca

Ketiga, dari sang Juragan dan istrinya
Ada dua hal si, pas mereka nemuin penguji dan pas mereka ujian
pas nemuin penguji,
Kebetulan penguji mereka itu dari rssa, dan mereka ngakunya si belum pernah ke rssa jadi ngajakin saya, padahal sayanya juga jarang dan ga apal rssa.
Kita parkir di belakang rssa ketika itu, atas rekomendasi saya tentunya dan ketika nanya ke satpam belakang, katanya kalau ke poli, kita salah parkir, harusnya parkir di depan
Juragan : Yawes kita pindah parkir
Me       : Emang yakin pengujimu di poli
Juragan : Endak, tapikan biasanya ahli tulang gitu di poli
Me       : Plis de Mas, udah jalan aja, biar kurusan
Istrinya  : Yawes, kita coba dulu ke smf, siapa tahu disitu
ternyata bener, penguji mereka bukan di poli, tapi di smf, jadi smf ini itu apa ya, semacem ruang dokter spesialis gitu. Setelah nanya ke satpam dikasi tahu kalau ruangan penguji mereka ada di ruangan setelah ruangan bedah, melewati ruangan bedah, saya, istri juragan dan anggota trio wek-wek satunya belok, sementara sang juragan luruuuuuus aja. Istri juragan nelpon juragan tapi ndak bisa, tenyata pulsa istri juragan ini abi.s jadinya saya yang nelpon
Me       : Gan, munduuuuuuur!
Juragan : Salah yan, ruangannya masih di depan
Me       : Disini gan, ini lo ada namanya
Juragan : Aku iku mau wes takok satpam yan
Me       : Sakkarepmu wes gan, pokok aku sama yang lain kesini ya
Masuk ruangan ini ada nama penguji juragan dan istrinya, tapi kita ndak tahu ruangannya dimana, jadi kita berempat seliweran disitu, mau nanya ke loket, loketnya tutupan, jadi kuta berempat ampir aja hopeless dan nunggu 2 jam sampe loket kebuka. Alhamdulilahnya penjaga loketnya terganggu sama kita, jadi mereka yang ngetuk dari dalam loket
Penjaga loket : Ini mau nyari siapa ya?
Juragan          : *nyebut nama penguji*
Penjaga loket : Iya, disini ruangannya, jadi kalian blablabla
*karena saya pikir juragan sudah mendengarkan, saya ndak ikut ndengerin, yang saya denge adalah lurus*
Juragan : ayok kita kesana
Me       : kemana gan?
Juragan : Lhah, mau mbak'e ngomong opo yan?
Me       : Ora krungu mas, tak pikir sampeyan wes krungu
Juragan : Aku ora krungu
dan akhirnya kita nyasar sebelum ketemu penguji
*juragan bisa ngelawak juga*
Pas ujian
Ujian proposalnya juragan dan istrinya ini bersambung, juragan jam 8 istrinya jam 10. Kebetulannya 2 pembimbing dan 1 penguji mereka sama, jadi memang dibikin barengan. Pas abis juragan ujian, istri juragan langsung masuk, tapi penguji mereka yang sama itu malah keluar, alasannya si ada ujian di tempat lain, jadinya beliau ijin sebentar. Sesaat kemudian penguji ini telfon istrinya juragan, jadi ternyata penguji ini hanya tahu nomer istrinya juragan, jadi beliau telfonnya ke istrinya juragan, lebih spesifiknya ke nomer warna merah.
*panggilan masuk dari dosen penguji*
Istri Juragan : Gan, angkaten
Juragan        : Emoh, angkaten wong telfon kamu
Istri Juragan : Emoh, aku sibuk atene ujian
Juragan        : Yawes ga usah diangkat
akhirnya istri juragan ngalah, dia yang angkat telfon, jadi dosennya ini bingung mau parkir dimana, soalnya kampus kan lagi berbenah tu, banyak jalan ditutup, jadi dosennya bingung, di tengah kebingungan itu juragan menawarkan diri untuk menyiapkan tempat parkir di depan perpustakaan. Katanya si pengujinya ini bawa sepeda pancal, go green gitu. Jadi juragan ini bawa hapenya istrinya dengan nomer merahnya yang selama ini dipake hubungin pengujinya, sementara istrinya bawa hape satunya yang pake nomer warna kuning.
Mendekati jam 10, dosen belum datang, juragan juga ndak ada kabar, mulailah panik
Istri juragan : Juragan mana?
Me             : Nyari parkiran Mbak
Istri juragan : Lama, ini boleh dimulai dulu ndak si? aku tak nyoba telpon pengujinya deh, lhoh hapeku mana?
Me              : Dibawa juragan
Istri juragan  :  Lhooo, lha aku gimana telpon pengujinya
Me              : Ni pake hapeku aja
Istri juragan  : Nomernya di hape itu
Semakin panik, istri juragan nyari juragan, dan juragan nyari dosen pembimbing dan dosen pembimbing ndak bisa dihubungi. Akhirnya juragan balik tanpa bawa sang penguji
Juragan : Dosene wes dateng?
Me       : Lhah, ya belum, kan Mas yang nyariin parkiran
Juragan : orange ga bisa dihubungi
*lalu hape yang dipegang juragan bunyi*
Juragan : Lhoh, iki sopo? kok aku telpon hape iki? padahalkan hapeku ga nelpon
Me       : hayo lo Mas, itu selingkuhannya istrimu, dikasi namamu biar Mas ndak curiga *kompor*
Juragan : *masi bingung dengan yang nelpon* ora, sering kok koyok ngene
Me       : Mana mungkin, udah itu selingkuhannya istrimu *semakin memperkeruh suasana*
Juragan : Lhoh, sek to, lha ini nomernya siapa? bukan nomerku
Me       : kan bener, selingkuhannya itu
Juragan : Oh ini nomernya istriku yang kuning, lha lapo dia telpon nomernya yang merah
Me       : Kan nomer merahnya mbok bawa gan, jadi dia itu telpon kamu, bukan telpon nomernya
Juragan : Oh gitu, yawes tak telpone balek
Jadi mereka ini cuma dipisahkan dinding tapi telpon2an untuk memastikan dimana sang penguji. Mna juragan suaranya gede lagi, jadi meski dia nelpon sambil bisik-bisik, saya yakin istrinya bisa dengan jelas denger suaranya
Sumpah mereka konyol, alhamdulilahnya dosen pengujinya segera datang

Terakhir, cerita saya, yang katanya sumber penyakit geje di kelas ini, another judul aja deh ya, ini kayaknya uda panjang banget ceritanya


Sahabat



Ada yang bilang, waktu akan menunjukkan semuanya, sahabat sejati tak akan meninggalkanmu seburuk apapun kondisimu.
Mungkin maksudnya adalah orang yang meninggalkan kita setelah tahu keburukan, kenegatifan atau ketidaksempurnaan kita adalah bukan seorang sahabat yang baik. Tapi pernahkah kita berfikir kenapa mereka pergi dari kita?
Dan apakah orang yang pergi dari kita tidak pantas dianggap sebagai sahabat?

Sahabat tetaplah manusia, yang juga punya hati, tapi pernahkah kita memikirkan hati mereka?
Mungkin sering terlupa
Ketika kita lebih ingin mereka ada di samping kita ketika kita terjatuh, tapi mereka bukan orang pertama yang tahu kita tersenyum
Ketika kita lebih sering menuntut kita jadi prioritas mereka, tapi mereka bukan jadi prioritas kita
Ketika kita ingin mendengar saran dan pendapat dari mereka, tapi kita masih tetap dengan pendapat kita
Sahabat juga punya hati, kalau mereka manusia
Sekali dua kali mereka terluka karena sifat kita, mungkin mereka bisa terima
Puluhan atau ratusan kali mereka telah terluka karena sifat kita, mungkin mereka juga masih bisa terima, kenapa?
Mungkin karena mereka tahu kalau kita memang seperti ini, atau justru mereka yang akhirnya meningkatkan level sakit hati mereka
Jadi apapun yang kita lakukan terhadap mereka, mereka berusaha (keras) untuk memakluminya
Sahabat, bukanlah orang yang sempurna atau orang yang tak punya rasa sakit
Tapi rasa sakit seorang sahabat, sering terabaikan, atau bahkan tak pernah terasakan

Saya banyak kehilangan sahabat
Salah saya juga, saya yang kurang memperhatikan sahabat-sahabat saya
Saya juga banyak kekurangan yang mungkin membuat mereka tak nyaman dengan saya
Saya juga yang terlalu menginginkan kesempurnaan dalam hubugan persahabatan
Jadi kalaupun kini mereka menghilang, saya sadar benar kalau itu salah saya

Sahabat
Terkesan ada hubungan yang sangat dekat di dalamnya
Melebihi kata kenalan atau teman
Terkesan menunjukkan seorang yang sangat mengerti kita dan mau menerima apa adanya kita
Mungkin sama dengan keluarga
Tapi bukankah persahabatan itu tentang saling?
Saling mengerti, saling menerima

Ada seorang teman berkata, bukankah kata saling masih mengandung unsur pamrih?
Saya terdiam, iya, saat kita bilang saling, pasti ada sedikit rasa yang meninginkan kalau kita juga ingin diperlakukan seperti apa yang kita perlakukan kepada siapapun
Semua kembali ke kata ikhlas, tapi jaman sekarang, masih adakah orang yang ikhlas?

Sahabat saya berkata, mana ada orang ikhlas di dunia ini?
Saya (kembali) terdiam, merasa apakah saya termasuk orang ikhlas atau bukan, dan saya langsung menjawab, lalu, untuk apa kamu masih mau jadi sahabatku?
Dia menjelaskan alasan konyolnya, yang membuat saya hampir percaya kalau mungkin sudah tidak ada orang ikhlas di dunia ini
Apalagi ketika saya mencoba introspeksi, bahwa saya juga sering masih mengharapkan sesuatu dari sahabat saya

Tiap peristiwa pasti ada hikmahnya
Meski mungkin meninggalkan luka, tapi tak akan ada yang sia-sia
Mungkin semua sudah terlambat
Beberapa sahabat mungkin sudah meninggalkan saya
Beberapa teman mungkin juga tak lagi di dekat saya
Tapi ini semua membuat saya sadar kalau ada sesuatu yang harus diubah dalam diri saya
Ada sesuatu yang harus saya tambahkan kadarnya dalam hidup saya
Jikalau Allah masih sayang sama saya, InsyaAllah yang hilang pasti akan kembali
Dan yang tersisa juga akan tetap disini

Teman saya itu melanjutkan kata-katanya, sekecil apapun langkah kita, serahkan hasilnya sama Allah
Jadi, saat semuanya sudah berubah, cobalah untuk mengintrospeksi, mungkin semua berubah juga karena kita sendiri, janganlah suka menyalahkan situasi atau kondisi, atau bahkan menyalahkan orang lain, coba untuk membuang egois dan melihat diri sendiri. Jikalau kita salah, coba perbaiki.
Orang yang baik atau orang yang sempurna atau orang yang sukses bukanlah orang yang tidak pernah melakukan kesalahan, tiap orang pasti pernah melakukan kesalahan, yang terpenting adalah mau mengakui kesalahan itu dan berusaha untuk memperbaikinya.
Bukan hanya untuk dirinya sendiri, tapi untuk orang-orang disekitarnya

Dan untuk semua yang mengenal saya,
Saya tahu saya jauh banget dari kata sempurna
Bahkan banyak sekali kekurangan dan sifat menyebalkan pada saya
Dan pastinya banyak yang terluka hati atau fisiknya karena saya
Maafkan saya untuk semua itu, tingkah laku, sikap dan atau perbuatan saya yang membuat sakit kalian semua, maafkan saya
Semoga kita tetap bisa berhubungan baik dan selalu bisa memperbaiki diri.

Teori Hujan

Musim hujan kali ini berhasil bikin saya sering banget doa kalo sore, karena hujannya juga hampir tiap sore.
Pas lagi di jalan, say sering teringat teori hujan yang dilontarkan ayah dan adek saya, herannya ya, mereka punya teori tapi jarang dipake
#kriiik

teori ayah saya,
ketika hujan dan kamu sedang naek motor/sepeda, apa yang kamu lakukan, mempercepat laju kendaraan atau kamu pelan-pelan?
cepet-cepetan dong yah, daripada basah keujanan kalo pelan-pelan
salah, perhatiin ya Nduk, kalo kamu jalannya cepet dan kamu jalannya pelan, sampe rumah basahnya pasti sama, jadi lebih baik kamu jalan pelan-pelan aja, toh basahnya sama ini, jadi daripada nanti kamu jatuh karena jalanan licin,  mending kamu jalan pelan-pelan

saya diam, mikir bentar dan sedikit menyetujui teori ayah saya, ya ga mungkin juga dong saya praktek, pilek nanti sayanya

teori adek saya,
Na, jalannya cepetan dikit dong, deres ni ujannya
Mbak, plis de ya, kalo jalannya cepet, tetesan air ujan itu menghantam tubuh sakit, clekit-clekit tahu, asakit, uda de mending pelan-pelan aja
Adeeeeeem Le, baju uda basah semua kamu jalane pelan-pelan, padahal ga deres ini
Sudahlah, daripada clekit-clekit sakit, mending pelan

saya diem (lagi), ya namanya saya yang mbonceng, manut lah sama supir, tapi emang si, kalo kita cepetan kerasa celekit-celekit juga

Herannnyaaaa
Ayah saya dan adek saya sering khilap, kadang kalo ujan-ujan gitu masi sering cepet aja jalannya, alasannya si ngebuktiin teori mereka, dan menyalahkan teori saya. Padahal saya tahu alasan aslinya adalah pengen cepet sampai rumah.
Makanya kadang kalau sedang kehujanan saya sering senyum-senyum sendiri, karena inget teori yang dibantah sendiri sama yang ngomong, padahal saya setuju lo sama teorinya.


Taken 2-Taken-Jamila dan Sang Presiden

Ini bukan tentang review film-film itu, tetapi sesuatu yang saya rasakan setelah melihat film-film itu. Awalnya saya melihat taken 2, jadi ceritanya pas itu lagi suntuk dan pengen nonton, kebetulan partner nontonnya lebih suka film action, jadi dengan sedikit terpaksa akhirnya milih film ini.
Benerankan, isinya tembak-tembakan semua.
Sereeem, bukan masalah tembak-tembakannya si, masalah segampang itu gitu mati karena ditembak. Ya meskipun mungkin yang ditembak juga jahat si, tapikan serem gitu, bagi saya si serem

Singkatnya, karena ini film sekuel, jadi masih berhubungan dengan film sebelumnya, di film ini, keluarga beberapa orang yang dibantai di film pertama membalas dendam ke tokoh utamanya, mereka menculik tokoh utama dan istrinya, serta mengiris leher istri tokoh utama di depannya, agar si tokoh utama merasakan apa yang dirasakan orang-orang ini. Ya akhirnya tokoh utama dan istrinya si selamat, tapinya jadi banyak yang mati juga. Bahkan sahabat si tokoh utama yang di film pertama tidak membantu tokoh utama juga ikut teraniaya
*pak, nitip doa dong*
*eh?:p

tapi saya suka sama beberapa kalimat yang dikatakan peran utama di bagian akhir, pas adegan hanya dia dan otak pembalasan dendam, kalo ndak salah begini,
Apa kamu memilili anak?
Iya, dua, kenapa
Kalau aku membunuhmu, apa mereka akan membunuhku?
Iya, pasti mereka mengejarmu
Dan aku juga akan membunuh mereka, kamu bisa mengubahnya, aku tidak akan membunuhmu, kamu bisa pulang dan menjalani hidupmu dan menikmati hidupmu dengan anakmu dan cucumu
Tapi anakku Marko sudah kau bunuh, apakah aku harus melupakannya?
Tidak, kau hanya harus menjalaninya, seperti orangtua gadis-gadis yang diculik oleh anakmu
  
Ada dua hal yang saya rasa sesuatu dalam percakapan itu
Pertama saat sang tokoh utama secara ga langsung mengajarkan seseorang untuk menerima hal buruk yang terjadi padanya atau keluarganya dan tidak perlu membalas dendam, karena pembalasan dendam tidak akan pernah berakhir, aku membalasmu, kamu membalasku, aku membalasmu lagi, dan begitulah seterusnya
Yang kedua adalah ketika si tokoh utama menyarankan si pembalas dendam itu untuk menerima kenyataan, bukan melupakannya, kalo saya yang nangkep si, dia harus menerima anaknya dibunuh karena anaknya menyebabkan banyak gadis ilang, yang artinya ada lebih banyak orangtua sepertinya juga. Jadi satu-satunya jalan adalah menerima semuanya dan menjalani kehidupan selanjutnya tanpa mengungkit yang kemaren, karena hidup masih akan terus berlanjut.

Akhirnya meskipun terasa serem karena banyak kematian disini, akhirnya saya bangga dengan kalimat si tokoh utama di bagian akhir itu. Dan jadinya pengen nonton film pertamanya.

Film pertamanya, dengan judul sama, ternyata diputer sekitar 2008, banyak tembak-tembakan juga disini, tapi di film yang pertama ini, menurut saya, lebih sesuatu, mungkin karena saya cewek kali ya.
Taken menceritakan kalau anak si tokoh utama, kebetulan perempuan, sedang berlibur dengan sahabat perempuannya di Paris, dan ternyata di Paris lagi in, jadi turis-turis wanita di Paris diajak untuk patungan naik taksi, lalu setelah tahu tempat tinggal si wanita, komplotan penculik ini langsung menculik wanita-wanita itu, wanita yang sudah tidak perawan disuntikin dengan narkoba dan dijual di sebuah prostitusi terselubung, sedangkan yang masih perawan dijual dengan harga yang lebih tinggi. Di film pertama ini jelas banget bagaimana wanita-wanita ini dipaksa dijual dan juga ada bekas-bekas suntikan di tangan mereka. Mereka sengaja disuntik narkoba biar mau dan mampu dijual. Meski akhirnya anak perempuan tokoh utama selamat, tapi sahabatnya meninggal, kayaknya si overdosis narkoba
Serem ga si?
Niatnya liburan, ketemu cowok ganteng yang mau patungan naek taksi, eh ujung-ujungnya diculik dan dijual, pake disuntikin narkoba lagi.
Keliatan banget kejamnya orang-orang yang nyulik wanita ini dan mencekoki mereka. Jadi serem kalo mau pergi-pergi sendirian. Mereka terorganisir lagi, ada yang bagian nyari alamatnya, bagian nyulik, bagian jual, bagian nyekokin narkoba, bagian jagain jualan dan semuanya, serem.
Dan sebagai penonton cewek ni ya, saya lumayan setuju lah sama apa yang dilakukan tokoh utama, yang bagian nembakin para penculik itu, apa ya, dia udah menghancurkan hidup banyak wanita gitu, daripada dia hidup kemungkinan masi bisa kumat, mending mati aja, toh kalo mereka ga ditembak pasti mereka yang nembakin tokoh utamanya.
*eh?

Lalu, apa hubungannya dengan Jamila dan Sang Presiden?
Sebenernya si ga tahu kalau ternyata taken dan Jamilah ini setipe filmnya, pas itu lagi pengen liat aktingnya atiqah aja, eh tahunya filmnya setipe, yang ini lebih parah sepertinya, lebih bikin saya serem sendiri.
Singkatnya, Jamila adalah sebuah pekerja seks komersial yang secara tidak sengaja membunuh seorang menteri, dia langsung dicap pembunuh dan dihukum mati, ada kata sang presiden di judulnya adalah karena Jamila meminta grasi pada presiden tetapi tidak dikabulkan, Jamila juga dianggap ga bermoral dan semacamnya lah karena pekerjaannya bahkan di demo tiap hari, padahal ni ya, saat diceritakan tentang kehidupan jamilah, kayaknya ga harus de jamilanya dihukum mati.
Jamila ini, masih kecil sudah dijual sama ayahnya, dia sempet bisa kabur, lalu dia dititipkan ibunya ke sebuah keluarga di jakarta, nggak tahunya, entah suami atau anak laki-laki di keluarga ini menyebabkan jamila hamil, dan tetiba mereka mati, entah jamila entah istrinya yang membunuh mereka. Lalu Jamila kabur dan pas kabur ditangkap petugas dan dia ketemu mucikari lagi dan dijual. Jamila ini, bukan dia lo yang pengen bekerja seperti ini. Dan Jamila, punya seorang adik, namanya fatimah, dia bilang ke ibunya saat ibunya menitipkan Jamila ke keluarga di Jakarta agar fatimah dijauhkan dari ayahnya,, Jamila tidak ingin adeknya bernasib sama dengan dirinya. Hingga akhirnya Jamilah menemukan fakta bahwa ada baju berceceran darah milik adeknya, Jamila tahu bahwa adeknya dijual di kalimantan, dan dia sangat amat menyesal karena tidak bisa menyelematakan adeknya. Oia, di salah satu perkataan Jamila, dia juga menyebutkan bahwa wanita-wanita yang dijual, dicekoki oleh narkoba agar mereka bisa tahan samapi pagi.
Lebih serem karena jumlah wanita yang diperdagangkan terlihat jauh lebih banyak di film ini dibanding di taken, dan di film ini, nggak ada tokoh utama seperti di taken, yang mampu membunuh para penculik itu, yang berarti sampai sekarang, perdagangan manusia masih banyak. 
Memang si Jamila membunuh menteri, jadi (mungkin) pantes buat dihukum, tapi kenapa ya ga ditanya dulu, kenapa menterinya ada di hotel bareng Jamila?
Dan disini juga diliatin kalo demo-demo yang ada itu kadang cuma suruhan dan dibayar, jadinya ga perlulah peduliin demo-demo gitu
*eh?

Coba ya tokoh utamanya taken ada di Jamila dan Sang Presiden ini, mungkin perdagangan perempuan bisa lumayan berkurang
*sumpah ini impian geje saya*

Sia-sia

Pernah merasa punya sesuatu atau melakukan sesuatu yang sia-sia?

MANUSIAWI,
yup, karena kita juga manusia biasa dan itu mungkin juga merupakan sifat dasar manusia
Manusiawi saat kita merasa ada sesuatu yang sia-sia, tak berguna dan selanjutnya muncul penyesalan atau kalimat, lalu untuk apa semua?

Masih percaya ada yang sia-sia?
Mari kita coba berfikir ulang,
Ada banyak sangkaan baik jikalau kita mulai mendalaminya
Mungkin itu bukan sia-sia, hanya belum berguna
Mungkin itu bukan sia-sia, tapi sebuah bentuk keberhasilan yang tertunda
Mungkin, we never know, tapi kita bisa selalu bebaik sangka untuk apapun yang terjadi

Kita tak akan pernah tahu apa yang kita miliki sekarang sudah berguna atau belum, jadi kenapa kita harus merasa apa yang kita punya atau kita lakukan sia-sia?
Mungkin saja hanya belum berguna.
Selama kita bisa menyimpannya dan tak menyesalinya, InsyaAllah itu tak akan menjadi sesuatu yang sia-sia
Kita juga tak pernah mengerti kapan kita bisa disebut berhasil. Banyak yang bilang jikalau keberhasilan itu didapatkan dari kegagalan berkali-kali, jadi jikalau kita sekarang gagal, bukan berarti apa yang telah kita lakukan itu sia-sia, tapi ini adalah pelajaran untuk mencapai keberhasilan selanjutnya.

Saat mencoba mengartikan lebih lanjut tentang kata sia-sia, saya hanya semakin menemukan bahwa itu sebuah kata yang menggambarkan tidak bersyukur, tidak mensyukuri apa yang telah diberi Allah pada kita. Padahal belum tentu orang disekitar kita mendapatkannya. Bukankah saat kita mengucap kata sia-sia berarti kita "menyalahkan" jalan yang diberiNya?
Tapi bukan berarti saya menyalahkan pencipta kata sia-sia atau tak akan menggunakan kata itu lagi, saya hanya ingin meminimalisir penggunaannya, mungkin akan lebih menyenangkan ketika menggunakan kata belum berguna atau keberhasilan yang tertunda.
*maaf ya pencipta kata sia-sia*

Seperti apa yang saya rasa sekarang, banyak yang terasa hilang, banyak yang terasa sia-sia dan saya hampir menyerah dan sempat mengucap, lalu untuk apa semua?
Tapi saya masih punya keyakinan dalam hati kecil saya, saya pasti bisa menjalani ini semua, karena apapun yang saya terima pasti sesuai dengan apa yang bisa saya lakukan untuk itu.
Saya juga  percaya jikalau apa yang terjadi pada saya itu karena 2 hal, yang pertama adalah karena ini yang terbaik menurut Allah untuk saya dan yang kedua karena apa yang telah saya lakukan.
Well, ini menurut saya, kalau salah ya Maaf.

Yup, pasti, pasti ini yang terbaik untuk saya, meski mungkin sekarang saya masih belum bisa penuh menyadarinya.
Hidup mungkin akan dihadapkan dengan banyak sekali pilihan, dan pilihan yang kita pilih sekarang pasti yang terbaik, karena meski mungkin terkesan kita yang memilih, tapi saya yakin, Allah yang mengarahkan kita pada pilihan ini. Dan ketika pilihan ini terasa tak menyenangkan, belum tentu pilihan yang tak kita pilih itu jauh lebih menyenangkan dari pilihan yang kita pilih.
Terkadang saya ingin sekali mencari jawaban dari kalimat mengapa seperti ini? 
Tapi saya takut dalam pencarian saya, saya justru semakin jauh dari kata syukur, jadi saya memilih untuk percaya dan meyakini jawaban mengapa itu adalah karena ini yang terbaik untuk saya.
Terkadang dalam kekecewaan saya tentang suatu hal saya teringat akan diri saya sendiri. Kekecewaan yang saya terima terkadang sudah saya alami, bedanya jikalau sekarang saya merasa dikecewakan, dulu saya yang mengecewakan. Mungkin saya ndak sadar saya mengecewakan seseorang, makanya saya disadarkan kalau apa yang saya lakukan itu bisa membuat orang kecewa.

Tiap peristiwa pasti ada alasannya kok, tak perlulah mumet cari apa alasannya, tapi jalani saja, dengan ikhlas, senyum dan semangat
Kalau kita sempat kehilangan semangat, jangan takut, wajar dan pastinya MANUSIAWI,
Boleh kok nangis, boleh berhenti melangkah, sesaat saja tapi
Menangis itu bukan tanda kita cengeng, menangis itu hanya sebuah ekspresi, menurut saya.
Orang yang kuat, tegar, atau semacamnya bukanlah orang yang tak pernah menangis, tapi orang yang mampu berjalan atau bahkan berlari setelah dia menangis atau terjatuh, menurut saya juga
Jadi tak perlulah merasa ada yang sia-sia, karena takutnya apa yang kita rasa sia-sia sekarang besoknya jadi penyesalan karena menganggapnya sia-sia.
 






Rabu, 23 Januari 2013

(rasanya) Hilang


Ada yang Hilang

Ada sesuatu yang hilang
Entah hilang atau masih ketelesut
Yang jelas sekarang sedang ndak ada

Pagi ini, bahkan sampai beberapa menit yang lalu, aku merasa ada yang kurang di hari ini
Aku tahu itu apa, aku tahu tempatnya dimana, dan aku juga tahu kalau itu bukan sedang ketelisut, tapi memang mungkin ga bakal ada lagi
Aku nggak mau cari alasannya, karena semakin aku mencari mungkin akan kerasa sakit, aku mau senyum aja de, karena ada salah satu kenangan yang menyenangkan.
Semuanya berubah, aku tak bisa mencegahnya ataupun melawannya, karena ini bukan tentang aku, tapi tentang kita. Sekeras apapun aku berusaha, jika kamunya ndak mau, ya hasilnya sia-sia.
Ehtapikan ndak ada yang sia-sia ya, ralat, jika kamunya ndak mau ya hasilnya ndak bisa sempurna :)
Realistis
Kalo kamunya begitu, aku tak menyesuaikan saja
Aku tak menerima saja kalau semua ndak bisa seperti dulu.
Tapi, sampe sekarang aku masi ngarep bisa seperti dulu lo, meski mungkin sekarang juga keadaannya baik, tapi masih saja terasa ada yang hilang.
:)

Tapi lagi, sesuatu yang hilang pasti akan ada gantinya kalau kita bisa ikhlas :)

Kamis, 17 Januari 2013

Perubahan



Setiap orang pasti berubah, bukan Cuma si ksatria baja hitam atau power ranger aja yang bisa berubah, manusia biasa juga bisa berubah kok, ga percaya?
Bandingkan aja bentukan fisik kita beberapa tahun kemarin dengan sekarang, beda kan?

Yup, setiap orang pasti berubah
Disadari atau tidak
Dikehendaki atau tidak
Disengaja atau tidak
Perubahan itu pasti terjadi
Biasanya yang (benar-benar) bisa menyadari perubahan kita adalah orang-orang yang benar-benar menyayangi kita
Biasanya sahabat, tapi ternyata ndak semua sahabat juga yang bisa melihat perubahan itu, atau mungkin kalau dia ndak menyadarinya berarti dia bukan benar-benar sahabat kali ya
#apasih
#abaikan

Kalau saya si, ngerasanya perubahan yang terjadi pada saya karena satu hal, lingkungan, dimana saya berada dan siapa yang ada di sebelah saya. Tapi terkadang saya juga merasakan kalau waktulah yang ”memaksa” saya berubah. Meski sampe sekarang saya masih ragu kalau waktu bisa melakukan itu sih

Tiap orang punya keunikan masing-masing, apalagi tiap kelompok.
Saat kita berada dalam sebuah kelompok, kelompok masyarat, kelompok kerja, kelompok apapun lah itu, pasti kita akan menemukan banyak sekali keunikan dari tiap anggota kelompok. Inilah yang saya sebut alasan untuk berubah, lingkungan.
Misal, saat ada anggota kelompok yang suka ngaret, sedangkan kitanya suka on time, suatu saat setelah lama bersama, pasti dua orang ini akan berubah, entaj yang ngaret jadi on time atau yang on time ikutan ngaret.
Ya kan?
Atau misalkan kita berada dalam lingkungan yang ”keras” sedangkan kitanya ndak bisa dikerasi, pasti suatu saat kita akan jadi seorang yang ikutan “keras”

Untuk masalah waktu,
Saya bukan termasuk orang yang percaya kalau waktu bisa merubah sesuatu, karena setahu saya si, waktu cuman bisa berjalan, tanpa bisa berhenti ataupun kembali. Dan kalaupun ada yang berubah dari sikap/perlakuan seseorang seiring berjalannya waktu, itu bukan karena waktunya, tapi memang orangnya yang berubah, dan kalo mereka nyalahin waktu, mereka looser aja, menurut saya lo
Dianya yang berubah tapi nyalahin waktu
#eh

Tapi kini, entah saya juga yang mulai berubah cara mikirnya entah memang pendapat saya yang diatas itu salah, tapi tampaknya memang waktu juga mempengaruhi perubahan, atau mungkin waktu Cuma media aja ya? Untuk tahu ada perubahan atau tidak

Sepuluh bulan yang lalu masih seperti ini
Lima bulan yang lalu jadi seperti itu
Dan sekarang jadi sepeti apa
Karena waktu atau karena memang orangnya berubah?
Entahlah, saya tak bisa menyimpulkan
Orangnya si tampaknya ndak berubah, tapi kenyataannya ada yang berubah, jadi kenapa? Karena waktu?
Abstain boleh

Kalo liatin foto-foto di hape, kadang ngerasa semua terlalu cepat untuk berubah, dulu ada kita, kayaknya sekarang adanya Cuma kamu dan aku
*bukan tentang boyfriend lo*
Katamu kamu ndak berubah, memang si kamu ndak berubah, aku juga ndak berubah kok, tapi sudah ndak ada lagi kita. Kamu sibuk dengan duniamu dan aku tetap disini.
Haha, ini curcol, maafkeun.
Balik lagi ke perubahan

Perubahan itu kadang perlu, kadang juga ndak perlu
Perubahan itu kadang harus dilakukan tapi kadang juga ndak harus
Yang terbaik adalah menyesuaikan diri saja, ndak perlu harus berubah kan? Tapi kalau perubahan itu baik, bisa membuat orang lain lebih nyaman dengan kita, apa salahnya untuk berubah?
Bukan untuk tidak menjadi diri sendiri, tapi untuk memperbaiki diri dan menyamankan orang lain yang ada di sebelah kita.
Kalo mereka ndak nyaman kan berarti kita secara langsung menyiksa mereka kan?
Just be ur self,  tapi saat ada kesempatan untuk memperbaiki diri, kenapa harus menyia-nyikan kesempatan?
Nggak ada orang yang sempurna, tapisaya yakin tiap orang pasti ingin menjadi sempurna dan berusaha untuk itu.