Jumat, 18 April 2014

Pemuja Rahasia

Kalau misalnya punya pemuja rahasia atau secret admirer itu pasti (meski mungkin cuma dikit) merasa seneng.
Kalau di lagunya sheila on 7 si punya pemuja rahasia kayaknya enak. Ada yang doain, ngasih bunga, dan ada yang jatuh hati.
Tapi ternyata, ndak sepenuhnya enak juga.

Punya pemuja rahasia, atau mungkin lebih enak penggemar rahasia itu pasti akan merasakan penasaran. Selanjutnya kalau penggemar rahasia sudah mulai agak posesif, secara tidak langsung akan mengurangi kebebasan kita.

Seneng sih memang kalau ada yang memperhatikan bahkan sampai hal yang sedetail apapun tentang kita dia tahu, tapi percaya deh, akan ada suatu titik dimana kita akan bilang, siapa sih ni orang, lama-lama serem juga kalau diperhatiin sedetail ini, sampai mau gerak aja takut

Segala sesuatu itu pasti ada kurang dan lebihnya,
tidak ada yang sepenuhnya enak, dan tidak ada pula yang sepenuhnya tidak enak. Kalaupun terasa banyak enaknya, pasti masih ada tidak enaknya, begitu juga sebaliknya.
Kalau senang karena ada yang merhatiin, maka bersiaplah untuk diperhatikan di setiaop gerakan

Perantauan I (Malang)

Satu kata yang saya ndak begitu suka maknanya adalah perpisahan.
Tapi bagaimanapun perpisahan tak bisa dihindari, setiap ada pertemuan, pasti disitu ada perpisahan.
Dulu saya tidak begitu peduli dengan perpisahan, karena saya yakin perpisahan jarak hanyalah sementara, tak seperti perpisahan dunia. Banyak komunikasi yang bisa membuat perpisahan jarak menjadi tak terasa. Tapi beda dengan perpisahan kali ini.
*mendadak melow*

Dulu waktu PKL di Kucur dan saat semua nangis waktu pamitan, saya malah tidak mengeluarkan airmata sama sekali, karena saya tahu Kucur masih wilayah malang, jadi gampang untuk datang kesini lagi.
Begitu juga waktu di RSJ, saya malah senyum saat keluar dari sana.
Bahkan saat mencari sebongkah berlian setelah lulus kuliah dulu, saya masih biasa saja, malang masih jadi tempat untuk pulang.
Tapi kini, terasa beda, malang masih dekat, ada kereta, bis dan pesawat yang bisa membuat malang-bekasi (dan atau jakarta) yang ratusan kilometer itu tak terasa, tapi waktu yang membuat jarak itu ada.
Kalau nanti cuma bisa libur sabtu-minggu, pasti bakal jarang bisa maen ke malang, kalaupun maen pasti lebih enak maen ke rumah lagi
Sudah waktunya kali ya
Saya ingat pertama kali pindah kesini mei 2006, setelah unas, dan sekarang pindah lagi april 2014. Hampir 8 tahun. Tiga generasi 496
Beberapa kelompok teman
Beberapa kenalan
Ah kenapa tetiba melow
:(

Sebenernya masih ngarep untuk bisa disini, tapi sepertinya belum ada kesempatan. Paling tidak selama disini punya banyak pengalaman, pelajaran dan teman. Punya banyak kenyataan yang mampu merubah pemikiran dan sikap, dan pastinya banyak kenangan.
Semoga masih bisa bersilaturahmi dengan baik.
Kita tak akan tahu apa yang terjadi besok, tapi kita pasti punya rencana apa yang akan kita lakukan besok.

Untuk semuanya yang mengenal saya selama di Malang ini, saya minta maaf untuk segala sikap, perilaku, tutur kata dan perbuatan yang (mungkin) menyinggung kalian, sengaja atau tidak, maafkan saya. Terimakasih juga untuk semua yang kalian lakukan untuk saya.
Maaf jikalau belum bisa pamit satu-satu, semoga kita masih bisa bertemu, bersilaturahmi meski tidak bisa mengulang lagi kejadian di masa lalu.

Pindahan

Pindahan kali ini, entah kenapa, terasa berat.
Apalagi waktu pamitan dan yang dipamiti bilang, disana jauh lo
*langsung mbrebes mili*

600an kilo dari kampung, 11jam-an naek kereta malam, jauhnya tidak terasa waktu tes kemarin, tapi kenapa setelah pamit baru benar-benar kerasa jauh?
Ini belum pindah kenapa udah homesick ya?
*nyetel lagunya sherina*

Anak kecil banget kalau masih mikir disana bakal punya temen nggak ya?
Padahal udah mau seperempat abad
Tapi tetep aja kecemasan itu kerasa
Teman pasti ada kok, meski mungkin beda sama teman di kota perantauan sebelumnya
Tak ada orang yang benar-benar bisa sama, tapi orang pasti punya kelebihan dan kekurangannya
*mencoba optimis*

Pasti sama kayak mulai studi 3tahun lalu, awalnya kerasa berat, ujung-ujungnya malah kepengen ngulang lagi
*nyemangatin diri sendiri*

Ah tapi tetep kerasa berat pindahan kali ini

Selasa, 15 April 2014

Keluar Rumah Sakit

Entah karena keturunan atau alasan lain, sebenarnya saya agak takut ada di Rumah Sakit. Ayah saya juga begitu.
Di Rumah Sakit itu rasanya ada banyak sekali harapan yang belum tentu bisa terkabul. Ketika tahu ada harapan yang terkabul itulah yang membuat saya jadi takut ke Rumah sakit.
Harapan yang hampir sama dari tiap yang ada di sana adalah bisa keluar RS dalam keadaan sehat kembali. Dan biasanya setelah keluar dari RS, banyak yang akan menjadi lebih menghargai nikmat sehat, karena saat sakit, selain lemah tak berdaya juga ternyata bikin keluar banyak hal. Keluar RS pun masih harus banyak istirahat agar cepat sehat.

Di RSJ saya belajar, kalau ternyata penyakit yang menakutkan bukanlah penyakit fisik, paru-paru, ginjal, kaki, tangan, mata dan yang lainnya. Jauh lebih meakutkan adalah penyakit psikis.
Biasanya kalau sakit fisik, kita dibawa ke rumah sakit umum, kita sembuh bisa kembali berkumpul dengan orang lain dan beraktifitas kembali
Tapi kalau sakit psikis dan sampai harus dibawa ke rumah sakit, biasanya rumah sakit khusus atau rumah sakit jiwa, saat kita sembuh belum tentu orang lain atau bahkan kita sendiri bisa beraktifitas kembali.

Kalau ingat bagian itu jadi sering-sering Alhamdulilah.
Alhamdulilah masih sehat psikis dan fisiknya.

Jadi suka sedih kalau ada yang sedikit-sedikit bilang stres karena kebanyakan kerjaan, atau suka nyalahin orang lain cuma karena tak sependapat dengannya, atau yang suka meninggikan diri atau kelompoknya.
Karena secara ndak sadar,  kalimat seperti itu menunjukkan kalau psikis sedang tidak sehat.
Oke kesel adalah reaksi spontan yang timbul untuk sebuah kekecewaan, tapi ndak bijak lah kalau keseringen kesel masih ndak bisa mengendalikannya.
Tergantung sih, mau nyembuhin sendiri sakitnya atau kudu dibawa ke RS?
Setiap masalah atau apapun yang terjadi pada kita, pasti sesuai dengan kemampuan kok, jadi jangan mudah menyerah. Usahakan semaksimal mungkin.
Bosen? Refreshing
Capek? Istirahat
Ngeluh? Jangan di tempat umum

Nilai A

Salah satu alasan saya bersyukur pernah ada di RSJ adalah kita sekelompok dapat nilai A. Bukan hanya sekedar nilai sih, tapi lebih ke tentang rasa
#tsaaah

Banyak mahasiswa yang tentunya berharap mendapat nilai A, atau nilai sempurna. Tapi A bukan hanya tentang nilai yang tertulis, tapi juga tentang sikap.
Sejak menjalani PKL, saya menyadari A bukanlah nilai yang cuma tertulis di transkrip, tapi nilai juga tertulis dalam diri penilainya.Nilai A juga bukan hanya nilai kita tapi bisa ngaruh ke adik tingkat kita. Jadi jangan terlalu bangga dengan nilai A.

Saya ingat saya kudu berantem sama kakak tingkat waktu saya ngatain dia gara-gara dia angkatan di bawahnya sudah mendapat pandangan miring dari pegawai RS. Parahnya saya bukan organisatoris, jadi gampanglah ya mereka nyalahin saya, padahal saya cuma bilang, gara-gara Mas kita dipandang sebelah mata!
Ah nggak mau bahas itu, ujung-ujungnya Mas itu juga sudah saya delcon, haha

Waktu di RSJ dulu juga, angkatan sebelum kita yang PKL disana pinjem buku dan bukunya tidak dibalikin. Alhasil saya dan teman sekelompok tidak diperbolehkan meminjam buku lagi
*makasih lo kakak kelas

Awalnya susah untuk merubah pandangan negatif pegawai dengan kelompok kita, namun seiring berjalannya waktu, pegawainya ngerti kok mana yang tanggungjwab mana yang enggak. Mana yang bisa dipercaya mana yang nggak.

Waktu di RSJ dulu, ceritanya ada dua penilai, satu perempuan kita sebut Mama, dan satu laki-laki kita sebut om.
Si Om ini suka banget nyalahin saya, semua tentang kelompok kita yang dianggap salah biasanya saya yang disalahin. .
Pernah suatu saat beliau minta laporan, teman-teman kebetulan belum selesai, saya sudah, gitu saya masih dikatain, katanya kok bisa kamu selesai temenmu belum? pasti kamu yang salah
Pernah juga waktu beliau habis cuti 3 hari, wadah timbangan hilang, waktu itu entah siapa yang bertugas, pokoknya tetiba hilang aja, beliaunya nyuruh saya yang nyari sampai ketemu, padahal teman-teman saya banyak lhoo, huhu.Dicari dimana-mana tak tampak, secara ilangnya juga sudah lama dan sudah dicari ndak ketemu.
Sampai akhirnya beliau bilang, coba kamu lihat dibawah bak air, dan ternyata, di situlah wadah timbangan berada.
Ya kali kalau Bapak tahu ndak perlu nyuruh sama marahin saya Bapak -.-

Satu hal dari si om yang membuat saya tidak terima namun mengajari saya tentang tanggungjawab adalah ketika beliau hanya menjelaskan format laporan ke saya dan saya yang disuruh menjelaskan ke teman sekelompok.
Waktu itu karena kos-kosan ada semacam ruang keluarga yang bisa dipakai belajar bersama, maka kita ngerjain bersama di kos.
Cukup menyita waktu dan tenaga ketika harus menjelaskan dan memastikan kalau format laporan itu sama dan benar. Sayangnya waktu itu ada satu anggota kelompok yang lebih memilih tidur timbang ikut diskusi, alasannya adalah itu jam tidurnya.
Oke karena saya tukang tidur, saya terimalah alasannya, meskipun agak mangkel karena dia sedikit agak tidak bisa kerjasama tim.
Keesokan harinya, saat laporan terkumpul, saya dapet ceramah dari si om, katanya ada format yang salah, yang kebetulan yang salah adalah yang ijin tidur tadi. Herannya beliau marahin saya bukan marahin yang kerjaannya salah.
Ngerti nggak sih rasanya disalahin untuk sesuatu yang tidak dikerjain?
Tapi tidak mungkin juga saya bilang kalau yang salah itu dia ijin tidur waktu saya jelasin
Baiklah, dengan berat hati (sekali) saya nerima disalahin, beliau bilangnya, kalau ada teman kamu yang salah, pasti sa;ah kamu karena kamu tidak memberi tahu dia.
Kalau boleh jujur ya, saya pengen nangis, tapi tidaklah, bener saya yang salah, harusnya saya bisa membuat dia formatnya sama, meski saya kudu jelasin ulang, saya saja yang sudah mangkel jadi ndak mau jelasin ulang.

Lalu ketika laporan selesai, akhirnya dapat nilai A.
Meskipun nilai sempurna, tapi kadang masih kerasa sakit hati karena disalahin
Lebih nyakitin lagi ketika yang ijin itu dengan santainya bilang di socmednya kalau kelompok RSJ itu tidak menyenangkan
*Makasih lo yaa

Akhirnya saya paham, tentang arti nilai A
:)

Rasa Itu

Pilihan ada dimananapun, disetiap langkah saat berjalan, disetiap detik yang berputar.
Terkadang susah menentukan pilihan, tapi saat "rasa itu" sudah ada, maka pilihan sudah pasti ketahuan jawabannya.

Rasa itu, yang apabila terasa bersifat subyektif dan tak bisa dijelaskan mengapanya.
Rasa itu, yang apabila tak terasa, maka kegundahan akan selalu melanda
Rasa itu, yang hanya bisa dirasakan sendiri, mungkin namanya nyaman, atau bagi yang lain menyebutnya tenang, atau definisi yang lain.
Rasa itu, mampu membuat pilihan tetap teguh meskipun ada banyak pilihan yang lebih baru lagi muncul
Rasa itu, yang selama ini menjadi acuan saat memutuskan sesuatu, yang saking subyektifnya, kadang perlu dijelaskan panjang dan lebar agar semua bisa mengerti, namun ada juga yang tak bisa mengerti.
Rasa itu, kini muncul lagi, meski tak tahu butuh logika seperti apa agar orang lain mampu merasa yang sama.

RSJ


Apa yang terbayang ketika mendengar, melihat atau membaca Rumah Sakit Jiwa?
Serem?
Seneng?
Prihatin?

Saya pernah lho sebulan di RSJ
*ambigu

Bukaaaan, bukan sebagai pasien kok, tapi sebagai ngelihat orang kerja, tepatnya orang bagian dapur, belajar dengan mereka dan membantu mereka.

Yang pertama terlintas waktu tahu ada penempatan RSJ adalah WHY? Alias KENAPA?
Why RSJ?
Why me?
Why they?
Dan beberapa why yang lain.
Setelah why muncul perasaan iri pas lihat temen yang lain bisa di RS umum biasa, sedikit esmosi karena 3kali rotasi dan kudu pindah-pindah kos sementara kampus ga ngasih uang kos, ngasih si dulu rotasi awal, dan beberapa temen banyak yang ga kudu pindah kos, males karena merasa kalau bakal percuma ilmunya, ya ga ada bayangan juga bakal kerja di RSJ nanti, takut karena pasiennya berkebutuhan khusus, dan perasaan-perasaan lain yang cukup bikin hati tak tenang.Tapi ternyata saya salah besar sekali.

Setelah dijalani banyak banget ilmu dan pelajaran kehidupan pastinya, yang bisa didapat disini. Saya belajar banyak dan merasa ada perubahan juga dalam hidup saya setelah dari RSJ.
Malah setelah dari RSJ saya bilang, beruntung banget di RSJ.
*kalimat terakhir berasa saya pasien, haha*

Kenapa beruntung?
Karena nilai saya dan kelompok itu A, meski angkatan atas bikin masalah, tapi angkatan kita lumayan bikin seneng para pegawai juga
Karena kerjanya nyantai, pegawainya baik-baik pula, meski ada satu orang yang ngeselin si
Karena menemukan kenyataan tentang pasien. Pasien berkebutuhan khusus pastinya.
Setelah  keluar masih sering main kesana, masih sering sms/whatsapp sama pegawainya juga. Itu fotonya juga dikasih pegawainya via whatsapp *makasih mas andri*
Indahnya silaturahmi.

RSJ itu tidak seseram rumah hantu kok.
Mungkin cuma sugesti atau perasaan atau korban sinetron aja kalau nganggep RSJ serem (like me, red)
Di RSJ kalaupun ada pasien yang jalan-jalan, mereka nggak bakal ngisengin kita, karena memang yang boleh keluar itu berarti sudah 90% sembuh lah ya
Pasien-pasiennya juga masih bisa diajak bicara, lebih mirip orang yang mungkin kurang perhatian sajaIntinya si sepertinya tentang psikologis, banyak orang tampak sehat tapi ternyata psikologisnya sakit, orang yang seperti itu beruntung karena dia tidak harus ke RSJ.
Akan ada banyak pelajaran hidup dari seorang pasien yang membuat kita berucap Alhamdulilah.

Jumat, 04 April 2014

Commuter


Pergi (agak) jauh dan nggak jalan-jalan itu rasanya mubadzir, jadi kemarin waktu ke bekasi, dengan bekal niat dan tekad yang bulat serta kemampuan menanggung risiko nyasar, saya dan adek saya mulai mencoba beberapa transportasi yang tak ada di bojonegoro yang kebetulan ada di bekasi, yaitu commuter dan busway.
Kalau busway, biasa aja kali ya, paling kerennya pas perjalanan ke halte nya, apalagi bagian pas udah sampai atas, ah kereen pemandangan dari atas itu memang. Sayangnya adik ndak mau motoin, jadi ya sudahlah tak ada dokumentasinya.

Saat itu saya dan adik hanya tahu rute pulang ke bekasi dengan dua cara, naik bis mayasari bakti atau naik busway oper aptb. Lalu karena pengen nyoba
commuter yang katanya bisa sampe bekasi, dengan PD saya dan adek saya pergi ke stasiun. Antrian beli tiket commuter panjang, saya dan adik antri sampai sadar kalau semua yang antri bawa kartu dan kami tidak. Antara takut dan malu, adik mencoba tanya ke satpam dan saya tetep antri.
Antrian makin dekat dan adek saya belum balik, baiklah, alamat saya malu sama mbaknya, mau mundur juga malu sama yang antri, nekat deh.
Alhamdulilahnya adek balik pas saya di loket dan bilang kartu dikasih mbak kasirnya.
Akhirnyaa, dapet juga kartu yang sempet bikin galau itu, tapi berasa agak mahal ya dua tiket 15ribu, secara busway aja cuma 3ribu

Setelah masuk, adek saya masih liat papan rute kereta dan saya nyuruh foto biar ga nyasar, eh ternyata commuter udah datang, saya dan adek lari nyebrang rel padahal kereta udah tampak di ujung stasiun, diketawain lah kita sama beberapa penumpang disana.
Naek
commuter enak, alus, ndak sebergetar naik kereta ekonomi atau bisnis.
Sampai bekasi katanya si kita bisa balikin kartunya, tp karna ga tau balikinnya dimana, maka kartu kita bawa pulang, apalagi loket kartu
commuter antrinya subhanallah panjangnyaa
Yasudahlah, anggap aja kartu ini oleh-oleh dari jakarta.

Sampai di rumah saudara, diketawain lah saya dan adik gara-gara nggak balikin tiket. Yasudahlah, biarkan, emang kita tidak pernah jadi ya wajar tidak tahu
#ngeles

Besoknya saat mau pulang, antrian karcis
commuter di stasiun pasar senen sepi, saya coba buang rasa malu dan ngasi tiket saya, eh ternyata tiket ditukar 10ribu.
Haha
Jadi ternyata tiket
commuter cuma 2500, tapi kita kudu bayar harga tiketnya 5000, jaga-jaga kalau tiket ga dibalikin kali ya =D

Kolintang

Kolintang (tapi dulu saya lebih sering menyebut kulintang, red) adalah salah satu alat musik tradisional yang berasal dari sulawesi (kalau nggak salah juga sih)

Dulu waktu masih smp, kelas dua atau tiga, kayaknya si kelas tiga, sekolah saya membeli satu set kulintang dan menambahkan mata pelajaran seni musik khususnya tentang memainkan kolintang. Soalnya angkatan bawah saya seni musiknya belajar angklung, jadi mereka ndak bisa kolintang begitu juga angkatan saya, tidak bisa main angklung. Jadi kelas tiga seangkatan saya, pasti bisa main kolintang.
Meskipun untuk memainkannya butuh minimal 10orang dan satu orang hanya megang satu jenis, tapi secara teori kita paham lah bagaimana memainkannya.

Satu set ada 9 jenis, kata guru saya sih namanya seperti berikut, tapi saat gugling, ternyata ada nama berbeda-beda, karena sumbernya guru musik saya, saya kasih nama sesuai nama yang diberitahu beliau dulu:

1. Melodi,
Melodi ini semacem piano kali ya, jadi dia megang kendali membentuk sebuah lagu. Terdiri dari dua tingkat, kalau di pisno mungkin bagian atas itu yang tuts hitam, tongkat pemukulnya dua, jaman smp dulu, ujung tongkatnya ndak ada semacam bantalnya.
2. Kontra melodi
Kontra melodi ini penguat melodi, jadi melodi lagu yang dimainkan oleh sebuah melodi kolintang   dimainkan pula oleh si kontra melodi ini. Dalam beberapa literatur, kontra melodi sering ditiadakan karena 
suara dari melodi saja sudah cukup



3. Bass
Bass ini alatnya paling gedhe, paling berat juga kayaknya, dia memainkan kunci, jadi mungkin semacam gitar, kunci C 1 5 5 1, dan seterusnya, paling sering sih C, F, G. Alat pemukulnya ada dua dengan ujung alat seperti ada bantalnya
4. Kontra bass
Kontra bass ini fungsinya seperti kontra melodi, menguatkan, namun yang dimainkan beda, kalau kunci C jadi 1 3 5 5 3 5 1, kalau nggak salah sih, saya lupa, selain saya ndak pernah megang kontra bass juga

5. Ritme 1
Semua ritme intinya seperti pemanis, memainkan kunci seperti bass, namun karena pemukulnya ada 3, maka kunci C yang dipukul adalah 1 3 5. Ritme 1-4 ujung pemukulnya ada bantalnya dan diurutkan berdasarkan paling besar untuk ritme 1 dan seterusnya
6. Ritme 2
7. Ritme 3
8. Ritme 4
9. Ritme 5
Ritme 5 ini temponya berbeda dengan ritme yang lain, lebih jarang, tapi kunci yang dimainkan sama dan tongkat pemukulnya tak ada bantalnya.]

Memainkan kolintang minimal 10 orang karena karena dalam memainkan kolintang, juga butuh vokalis.

Kalau saya dulu si mainnya di ritme, padahal pengennya main melodi atau bass, tapi tak apalah, ritme juga keren, tidak semua orang bisa megang stik ritme yang memang 3 stik itu.

Lagu wajib pas maen kolintang dulu ada beberapa, seinget saya sih sarinande, pahlawan merdeka, teluk bayur, rek ayo rek, hitam manis. Lalu kita diberi 1 lagu sunnah, kebetulan waktu itu kelompok saya pakai lagu hidupku kan damaikan hatimu milik caffeine. Herannya, saya lupa semua lagu itu.
Pengaruh umur kali yaa
#ngeles
Dulu saya ngapalin lagunya dengan ganti liriknya dengan kunci, misalnya, lagu sarinande, ngapalinnya gini, sarinanC, putG sarinanC, mengFpa tangis matamu bengC
Itu kalo nggak salah inget si

Dan sebelum ingatan saya bener2 abis, maka saya tuliskan yang teringat, maaf kalau ada salah-sala, mungkin jelasnya bisa baca di sini, sini, atau sini. Gambar-gambar juga ambil di sana

Keren kali ya kalau ada reunian smp lalu tampil main kolintang lagi
*Ah saya masih ingat atau tidak?

Dulu pernah mentas pas perpisahan smp, itu aja latihannya 2 minggu tiap sore dengan 2 atau 3 lagu.
Sekarang kalaumau tampil latihannya berapa bulan ya