Rabu, 28 November 2012

Kucur Kita Kala Itu #Season 2 #Part1

Season 2 ini adalah saat kita mulai tinggal di pucuk gunung ini!:)

Ada dua rumah tempat tinggal kita
Satu rumah yang juga basecamp kita, rumah ini ada tiga kamar, dua kamar untuk anggota perempuan dan satu kamar untuk yang punya rumah. Yang punya rumah kebetulan sudah tua, kita menyebutnya Mbah Min, Mbah Min ini adalah janda yang tidak kebetulan tidak punya anak, sehingga rumahnya sering digunakan untuk tempat tinggal mahasiswa yang kkn disana.
Dan satu rumah lagi, tempat ketua kita tinggal, dia mah enak, satu kamar dipake sendiri, eh ndak si, sama anaknya yang punya rumah, kebetulan masih SD
 ini foto kita sama Mbah Min!:)


Kesepakatan kita adalah tiap malam melakukan rapat evaluasi dan rencana esok hari, dan rapat dilaksanakan di basemcamp alias tempat tinggal perempuan.
Oia, disini kita mulai pake panggilan kesayangan, ada papa, mama, mami, tante1, tante 2, idi dan pije.
Papa, adalah ketua kelompok ini, satu-satunya cowok, jadi dipanggillah papa
Mama, adalah orang yang paling sabar menghadapi kita semua, dia juga yang selalu bangun pagi belanja dan masak untuk kita semua
Mami, singkatan dari mami tiri, adalah orang yang paling nyantai, jadi terkesan seenaknya sendiri, dan kurang mau bersosialisasi
Tante, singkatan dari tante girang 1 adalah orang yang kebagian ngurusi peijinan dan diplomasi dengan laki-laki yang lebih tua, oia, tante 1 ini merangkap sebagai mikora alias miss korah-korah, karena seringnya dia korah-korah (cuci piring, red)
Tante, singkatan dari tante girang 2 adalah orang yang kebagian ngurusi peijinan dan diplomasi dengan anak-anak sekolah
Idi, adalah anak dari mama dan papa, singkatan dari, ehm, biar anggota kucur mania aja de yang tahu
Dan pije, singkatan dari Pembantu Jenius, dia sebenernya pengen diangkat anak sama mamapapa, tapi karena mamapapa sudah punya anak, jadi dia dianggap pembantu saja

Oia, selain anggota kucur mania, kita punya nama kesayangan juga buat dosen pembimbing, yang kita sebut papi, kepala desa yang kita sebut pak kei, sapinya mbah min yang kita sebut dona dan sandi.

Resminya, kita harus ada di kucur tanggal 23 November 2009, jadi kita pindahannya minggu, 22 Novembernya.
Pindahan kali itu diiringi ujan deres, mulai dari malang sampe kucur.
eh tapikan kucur masih malang ya?;p
Malem pertama di kucur dimulai dari saya yang tidur di lantai, bukan karena apa-apa si, tapi tahu diri. Kebetulan saya sekamar dengan idi dan mama, dan kita capek pindahan hari itu, kalo kita tidur bertiga, susah selonjorannya, jadi saya mengalah untuk tidur di bawah agar kita bisa menyelonjorkan kaki dengan tenang.
Dan ya, kucur ini pucuk gunung lo, tidur di bawah ini cukup kerasa dinginnya!T_T
***

Ternyata selain disambut dengan hujan, kita juga disambut dengan air yang tidak mengalir. Jadi di Kucur ini kalo ndak salah ndak ada PDAM, sumber airnya adalah mata air di tengah gunung yang dialirkan melalui pipa-pipa ke rumah, dan entah kenapa pas kita dateng airnya ga mengalir. Jadinya kita terpaksa nimba air dari sumur. Untungnya yang punya sumur itu rumahnya dekat, tapi masio dekat, arahnya menurun dari rumah, jadi saat kita membawa seember air itu butuh perjuangan!=D
*lebay*
Saya baru menyadari saat saya males mandi di rumah dan ayah bilang, wong sekarang mandi tinggal mandi aja males, gimana dulu, jamannya mandi harus nimba dulu, pasti kamu ga bakalan mandi.
Ternyata mandi yang harus nimba air dulu itu bener-bener perjuangan ya, apalagi pas kita ang nimba dan orang lain yang mandi. Dan ini kejadian lo, pagi-pagi uda ada yang ngajak berantem gara-gara make air hasil nimba orang lain!=D

Tapi, disetiap kesusahan pasti ada yang menarik. Pagi itu, dinginnya mmemang masih terasa, saking terasanya saat kita ngomong, seperti ada udara yang keluar dari mulut, jadi lucu gitu, berasa di kutub.
Sayangnya seminggu pertama ini, ndak ada yang bawa kamera digital, jadi sayang nggak ada foto-foto yang bisa diaplot, kalopun ada, masi pake hape 3500classic saya.

Hari pertama dan kedua masih banyak adaptasi, karena kita belum memulai satu kegiatan pun sebelum MMD atau Musyawarah Masyarakat Desa. MMD sendiri dilakukan rabu, karena jadwal Pak Kei hanya bisa hari rabu.
Sebenernya, kita menyepakati tugas harian, ada yang nyuci piring, masak, belanja dan beresin rumah, tapi ujung-ujungnya, karena yang pinter masak Cuma mama, jadi urusan dapur mama yang urus, dan saat mama belanja seringnya semua masih tidur
*ini anak perempuan males-males ya!:p*
Jaman dulu, yang bawa laptop Cuma dua orang, saya dan papa, kita menyepakatinya karena memang ndak takut kalo listrik di basecamp tidak cukup kuat. Dan dibasecamp ini nggak ada tipi lo, ndak ada hiburan, kalopun ada hanya lagu-lagu dari laptop ini, dan kita punya lagu wajib lo, yang mesti di dengerin tiap pagi, dan lagu wajib minggu pertama adalah lagunya po3three, ku tak laku-laku dan lagunya BCL, karena kucinta kau
Jaaaaan, lagunya galo!=D
Oia ampir lupa, pas kita tinggal di Kucur ini, ternyata ada juga mahasiswa dari UM yang kebetulan juga sedang kkn, jadi lumayan lah buat gebetan, eh salah, kenalan

Dan beginilah (rencana) jadwal kita selama di Kucur

Padet ya?
Emang!
Jadi di seasaon dua ini tugas utama kita adalah membuat 8 kegiatan ini:
1.     MMD
Atau akronim dari Musyarah Masyarakat Desa. Sekilas kita menganggapnya adalah semacam pertemuan dengan kepala desa, kepala dusun dan perangkat desa untuk perkenalan, permohonan izin dan penjelasan program-program yang akan kita lakukan, tetapi ternyata, menurut papi, bukan hanya tentang itu, tapi tentang semua usaha mendekatkan diri dengan warga desa. Kebetulannya selain MMD secara resmi yaitu perkenalan dan perpisahan, ada pula kegiatan lomba takbir keliling dan lomba masak
2.     Penyuluhan
Kalo kata papi si, kita mesti melakukan penyuluhan individu dan penyuluhan kelompok. Nah kitanya mikir individu dan kelompok ini adalah penyuluhnya, jadi saat papi bilang 4x penyuluhan individu dan 4x penyuluhan kelompok, kita si mikirnya 4x seorang harus menyuluh secara sendiri dan 4x secara berkelompok, kalo seorang 8, berarti akan ada 56 penyuluhan.
*wauw*
Tapi ternyata salah, bukan penyuluhnya, tapi yang disuluh. Ya tetep si penyulhan dilakukan 8x, tapikan kalo yang disuluh perseorangan, lebih mudah, mudah melakukan dan ga kerepotan!=D
3.     Penjaringan dan Penanganan
Adalah kegiatan untuk menjaring balita yang mengalami masalah gizi dan menanganinya
4.     Intervensi
Intervensi adalah ikut terlibat dalam kegiatan gizi yang ada disana
5.     Refreshing Kader
Memberikan refreshing kepada kader tentang ilmu-ilmu ”pergizian” yang baru
6.     TTG (Teknologi Tepat Guna)
Adalah kegiatan mencari dan memanfaatkan sumber daya alam disana dan merubahnya menjadi sumber penghasilan baru bagi masyarakatnya
7.     Kerjasama lintas sektor dan lintas program
Program-program yang melibatkan banyak sektor dan banyak program dan membutuhkan kerjasama lintas sektor dan lintas program.
8.     Monitoring dan Evaluasi
Memonitor dan mengevaluasi program-program yang telah dilakukan
Jadi ga salah kan kalo jadwal kita padet?
Berasa artis ajah
Niatnya si pengalaman seminggu dijadiin satu part gitu, tapi kayaknya terlalu panjang de, readers, maaf ya

Ada tiga kegiatan besar di minggu ini, dan kita belum mulai penyuluhan, tahu kenapa? Karena posternya belum jadi
*alasan ga tepak blas*
Semua kegiatan kebetulan tentang MMD
Kegiatan pertama adalah acara perkenalan dengan kepala desa, kepala dusun dan perangkat desa
Kegiatan kedua adalah takbir keliling, jadi takbir keliling ini adalah sebuah lomba takbir yang dipenuhi dengan lampion-lampion untuk menyambut Idul Adha, ini adalah kegiatan rutin desa yang biasa bekerjasama dengan mahasiswa yang sedang kkn
Dan ketiga adalah penanaman pohon dalam rangka ulangtahun siapa gitu
#eh?

Di kegiatan pertama, ada hal menarik apa ya?
*inget2*
Oiaaaa
Jadi pas itu, kita memastikan untuk pesan konsumsi ke warga desa, kita ngundang sekitar 60an orang lo, kades, kasun, perangkat, kader, pak RT, pak RW dan semuanya.
Ternyata konsumsinya Cuma kue 1 biji, kecil dengan kotak yang besar, jadinya mama dan idi langung turun gunung dan mencari makanan, kata idi si mama pas itu ngebut banget naek motornya, dan saat mereka beli roti goreng di daerah dieng, roti gorengnya pas tinggal 60. Wauw banget ga sih pas itu?
Dan saat kita berada di desa, SDN Kucur sedang direnovasi, jadi balai desanya kalo pagi dipake sekolah SD makanya jarang bisa dipake pagi balai desanya, kalupun mau make balaidesa juga harus beberes kursi, beberes kursi dengan 6 perempuan dan 1 laki-laki, seru kan?
Paling seru ada;ah ketika yang datang MMD bisa diitung pake jari, jari tangan malah, hayo salah siapa?
Hayo konsumsinya mau diapain? Dijual juga ndak bakal ada yang laku
Ya dimakan bareng-bareng lah malemnya, lumayan ngirit biaya makan
*ngirit katanya*

Kegiatan kedua, lomba takbir keliling
Jadi selain jadi juri, kita ikut merencanakan kegiatannya, kebetulan yang ikut dalam acara-acara rapat adalah saya dan papa.
Dan pas takbir keliling, subhanallah, ini bukan bermaksud lebay si, tapi memang seru sekali acaranya
Ada banyak lampion, sura takbir yang enak didengar, semua tentang keceriaan dan kegembiraan.
Oia, sudah ada kamera lo, kamera digital milik saya yang ternyata baterainya ngedrop dan kameranya mami.
Jadi ketika tante 2 dan pije membawa kamera dan mencoba memotret, mereka mencari tempat yang pas, dan setelah mendapat tempatnya, baru aja mau motret, baterai kamera abis, haha, sumpah ga tepak banget ni baterai matinya.
Saya kebetulan jadi juri bersama teman-teman UM, hamsyong? Pasti lah, secara saya masih belum kenal dengan teman-teman UM, mereka asyik ngobrol dan saya sok jadi pendiem, dan kita dengan pedenya duduk di depan sebuah rumah yang ternyata di dalem rumah itu ada orangnya.
*Glodaaaaak*
*memalukan*
Dan yaaaa, kita semua sepakat kalo ini malam adalah malam yang indah



Mumpung inget, jadi temen-temen UM ini memiliki ketua yang disebut kordes kalo ga salah, namanya Dedi, dan dia lah yang paling sering saya ajak berantem.

Acara sholat ied kurang begitu berkesan, karena idi dan pije sudah turun ke malang saat shubuh, mama pulang ke kediri, mami ilang entah kemana, mami ini paling sering ijin, katanya si sakit, jadi yang sholat ied Cuma saya dan tante 2 serta papa, abis sholat kita turun, dan sorenya baru balik lagi ke atas.

Kegiatan ketiga adalah penanaman pohon. Sebelum menanam pohon, kita upacara dulu lo, setalah lama ga upacara kita upacara, serukan?
Abis upacara satu orang diberi satu bibit pohon, dan saat yang lain-lain foto-foto, saya dan mama pulang ke basecamp untuk mengambil buku 7 format posyandu pesanan bu bidan.
Jadi ya, di Kucur ini, saat semua desa di kecamatan Dau sudah punya buku 7 format posyandu, kucur belum punya, dan kita dimintai tolong bu bidan untuk membuatkannya. Cerita menariknya adalah ketika saya dan idi meminjam contoh buku 7 format posyandu ke desa sebelah, ternyata bu carik desa sebelah adalah orang yang suka cerita, beliau cerita mulai anaknya, posyandunya, kadernya dan berbagai macemnya, hingga akhirnya saya dan idi ”betah” sekali ada disana!=D
Oke, kebali ke pohon.
Sebenernya sampe sekarang saya ndak tahu lo, 7 bibit yang diberikan ke kita kemana perginya, katanya si dibawa dan ditanem sama saudaranya Mbah Min, jadi kita ndak perlu nanem sendiri. Jadi yasudahlah, semoga pohon tertanam dengan baik.
Seharian ini, kita ngelembur bikin poster buat penyuluhan, karena ada sekitar 56 penyuluhan, kebayang kan berapa poster yang harus dibikin?
Sebelum berangkat si kita pamit ke papi kalo poster uda selesai semua, padahal ya belum lah, posternya masi kurang banyak, belum soal pre dan pos tesnya, intinya masih banyak yang belum dikerjakan, jadi malem minggu ini kita lembur
Horeeeeee
*salah bangga*
Tamu rutin di Kucur adalah calon suami, eh suaminya mami, sebut saja papi dan seorang yang lagi ngejar tante 2, sebut saja bang mir. Mereka berdua ini cukup eh sangat membantu lah, secara kita memang butuh tenaga cowok.

Sabtu itu kita bener-berner berantakan, mana kita bikin poster dengan cara manual lagi, bukan ngeprint bentuk poster, jadi ada banyak guntingan kertas di sana-sini, mulai siang sampe malem kerjaan hanya bikin poster dan ngerusuhi rumah dengan guntingan kertas, sampe saat magrib tiba, mulai muncul ketegangan.
Saat itu ada mobil berenti di depan basecamp kita. Idi dengan santai nyeletuk, jangan-jangan itu papi, papikan mobilnya kijang kan?
Saya menjawab, masak si? Lagian demi apa papi kesini
Lalu ada yang nambahi, siapa tahu beliau lagi malemmingguan sambil maen kesini
Oh yasudah kita terima saja lah, ngapain takut si? Jawabku
Woey2 sadar, kalo itu papi, apa yang akan kita lakukan, kita pamitnya sudah ngerjakan poster lo, tapi liat apa yang ada di basecamp!! Teriak Idi
Kita langsung panik, berusaha menyembunyikan semuanya, dan menata basecamp serapi mungkin.
Ternyataaaaaaaaaaaaaaaa
Yang datenga dalah si bang mir, katanya si dia lagi ulang tahun , jadi bawain kita makanan, dan saat dia masuk rumah, kita sekelompok langsung nyeletuk
Lain kali kalo datang jangan bawa mobil ya, bikin kita deg-degan saja!
Si Bang Mir hanya nyengir

Malam minggu kita ini, meski tak ada tipi tapi full hiburan ya, paling sering hiburannya adalah papa konser, entah dia yang nyanyi dengan gaya lebaynya atau dia fashion show, cukup lah membuat kita tersenyum di tiap malam minggu.

Dari sini saya belajar, lebih banyak belajar syukur si
Mensyukuri kalau saya selama ini mandi ga harus nimba dulu, jadi harus rajin mandi
Mensyukuri kalau meski di pucuk gunung gini, kita tidak kekurangan bahan makanan, karena memang ada seorang yang tiap pagi berberlanja di pasar dinoyo dan menjualnya diatas
Mensyukuri kalau hiburan bukan hanya dari tipi
Dan mensyukuri mendapatkan teman-teman yang bisa saling membuat tersenyum
Belajar juga tentang masyarakat dan hubungan baik dengan mahasiswa kampus lain
Dan belajar saling menghormati dan menghargai sesama
Di Kucur ini, tiap keluar kita sering pake jas almamater, dan tiap ketemu warga kita saling mengucapkan kata monggo (mari, red). Dan kalo ketemu anak kecil, pasti mereka mengucapkan dan menyapa dengan kata ka ka, yang akhirnya baru diketahui kalo ka ka itu dari kata ka ka en (kkn, red)
*gedubrak*
Ada banyak pelajaran berharga disini
Jika kita mau belajar
Dan belajar itu, bisa dimana saja

Minggu, 25 November 2012

Kucur Kita Kala Itu #Season 1


WARNING: Ini cerita agak panjang, jadi kalo males mending jangan baca!=D

Season 1 ini, isinya lebh banyak konfliknya daripada seru dan bahagianya, makanya saya banyak lupa, karena memang males mengingat konflik-konflik itu

Dalam mata kuliah ini, terutama season 1, kita diberi tugas untuk
1)     Membuat kuesioner yang nantinya hasilnya bisa digunakan untuk menyimpulkan keadaan kesehatan balita, khusunya usia 6-36 bulan di desa ini
2)     Mengisi kuesioner itu, dengan cara wawancaralah pastinya, kebetulan sampel yang dibutuhkan 111 balita
3)     Mencari data sebanyak-banyaknya tentang desa ini, letak geografis, batas desa, demografi dan lainnya
4)     Mencari kebiasaan dan keadaan desa, kalo ini tugas tambahan dari papi (panggilan sayang kita pada dosen pembimbing)
5)     Membuat kuesioner tentang pengetahuan sikap dan perilaku kader dan mengisinya lah tentunya
6)     Palpasi gondok ke anak SD, pemeriksaan apakah anak SD ini mengalami gondok
7)     Menyimpulkan hasil kuesioner itu dan menyajikannya
8)     Merencanakan program gizi berdasarkan data yang ada
Di saat yang sama, kita harus menyelesaikan proposal dan tugas akhir kita, kebetulannya dari 7 orang ini tidak ada yang tergabung dalam satu kelompok penelitian tugas akhir, jadi kita punya kesibukan sendiri di luar tugas kelompok ini.
Daaaaan, dosen pembimbing kita, sebut saja papi, adalah orang yang sangat lapangan sekali, buaya lapangan yang tidak bisa dikadalin, saya masih ingat ketika kita berusaha menutupi suatu data dan beliau bilang, kalian mau ngadalin buaya?
Kitanya malah ngakak dikatain seperti itu!=D
*mahasiswa konyol*

Oia lupa, jadi sebelumnya, anggota kucur mania itu bukan yang terpampang dalam tulisan kucur kita kala itu #pretes, tapi dua orang ini adalah ganti dari dua orang sebelumnya. Pergantian ini, tahu sih bikin berapa banyak orang kesel, saya ndak mau ngurus dan inget-inget lagi ah, nanti esmosi, haha.
Alhasil kelompok kucur mania akhirnya terdiri dari 7 orang ini, dengan 3 motor pasti yang bisa dipake dan 1 motor galau, galau karena belum tentu bisa dipake.
Dari sini sebenernya udah keliatan ada masalah si, 7 orang Cuma dengan 3 motor, pasti akan ada 1 orang terlantar, haha. Semoga dia masih dipelihara negara seperti kata salah satu pasal dalam UUD 1945
#eh?

Kucur sendiri ada 7 dusun, dengan satu dusun letaknya menjauh dari 6 dusun lainnya. Dan 2 dusun dengan mitos menyeramkan, katanya dua dusun ini banyak anjingnya, dan saat ada orang asing biasanya anjing akan mengejar mereka, seremkan?:p
Simpelnya si satu orang ”megang” satu dusun, tapi ini adalah idealis, karena intinya nggak mungkin satu orang hanya mencari data di satu dusun itu, kenapa? Karena selain satu dusun terlalu besar untuk satu orang, ndak mungkin juga satu orang itu hanya dikenal di satu dusun tapi ndak dikenal di dusun lain. Alhasil kita ”bekerjasama”.
Sasaran kita kali itu adalah balita usia 6-36 bulan sejumlah 111 orang.
111:7=15,86
Idealnya, satu orang harus mencari data 16 balita usia 6-36 bulan, pengennya si ideal, tapi karena satu dan lain hal, semua jadi geje, dan jangan bilang nggak ada konflik, konflik semua lah. Secara ada yang cuma bisa dapet 10 data, yang berarti ada juga yang terpaksa dapet 26 data. Njomplang banget kan?
Konflik inilah yang paling sering muncul, kenapa, saat ada anggota yang bekerja sangat keras, saat itu pula ada yang mungkin lagi kencan sama kasurnya (negatif ting-ting, jangan ditiru, red).
Yah itu pikiran terburuk saya saat saya yang kebagian jatah data dari anggota yang lain.
Yang saya pikirkan adalah data cepat terkumpul jadi bisa cepat dianalisa, jadi saat itu meski dengan sedikit banyak nggak ikhlas saya tetep aja nyari data.
*jangan tiru adegan ini*

Yah, point satu dan dua tugas pada mata kuliah ini saja konfliknya udah beragam, apalagi yang lainnya!=D

Untuk tugas point ketiga, nggak terlalu banyak konflik si, lebih mudah, mentok si Cuma capek karena semua dokumentasi desa ini dalam bentuk papan di kantor desa, jadinya kita harus mencatatnya sebelum mengetiknya.

Tugas point keempat setipe dengan tugas point ketiga, kita hanya mengorek dari bidan dan kader-kader tentang permasalahan disini, susahnya hanya ketika bu bidan tidak bisa ditemui atau bu kader lagi sibuk, selanjutnya untuk perilaku masyarakat, bisa dilihat seiring dengan seringnya kita mencari data

Tugas point kelima ini, konfliknya mungkin hampir sama dengan tugas point satu dan dua. Tapi tugas ini dikerjakan setelah tugas poin satu dan dua selesai, jadi konflik masih bisa diminimalisasi.

Nah, tugas point enam ini konfliknya malah besar sekali, haha
Waktu itu, kalo ndak salah ingat, kita berkonflik Cuma gara-gara konsumsi, simpel ya, tapi efeknya besar lo
Keputusan kelompok adalah untuk memberikan konsumsi kepada anak-anak SD yang akan di palpasi, waktu pengambilan keputusan, saya tidak ada, jadi saya Cuma menerima keputusan. Diputuskan kalau konsumsinya berupa puding, dan saya, sebenernya nggak setuju sekali dengan ini, dan ternyata benar kalo banyak konflik disini
Kata yang punya ide, puding itu bikinnya mudah, murah, dan menarik.
Kenyataannya
Untuk tempat dan sendok puding ini ternyata ”mahal” dan susah nyarinya
Untuk bikin puding ga semudah yang dibayangin, mudah sih kalo Cuma nyampur gula, bahan puding instan dan air, susahnya adalah ketika membagikannya ke tempat puding, belum lagi nyimpennya.
Dan saat hari H, sejak pagi konflik sudah mulai
Dimulai dari teman-teman saya yang tidak segera berangkat, dan saya mulai esmosi, karena memang saya orang yang suka on time, dan saat itu saya langsung mengajak seorang untuk pergi duluan. Di tengah perjalanan, saya baru ingat ada anak terlantar, kenapa terlantar karena setelah dihitung, dia nggak ada tumpangan ke kucur. Saya berenti sejenak dan menelpon anak terlantar itu lalu memastikan kalau dia bisa berangkat dengan tenang.
Ternyata dia nebeng anggota lain dan si empunya ide bikin puding yang juga punya motor galau datang pake motornya bareng calon suaminya, eh suaminya deng
Palpasi selesai, evaluasi dimulai
Saya mulai protes dengan ide puding ini dan si empunya ide juga semakin protes, kenapa, karena tidak ada yang membantunya membawa 200an cup puding, dan kita malah ninggalin dia untuk berangkat de Kucur duluan.
Sebenernya saya malah ngakak, bahkan ngapok-ngapokin, siapa suruh bikin ide macem-macem, makanya kalo ngide itu yang panjang mikirnya
#uuppsss

Tapi baiknya kelompok ini adalah ketika kita selesai evaluasi dan saling protes plus marah-marah, kita bisa janjian untuk memperbaiki kesalahan dan mmemaafkan satu sama lain!=)
#hug

Point selanjutnya adalah analisa data, saya pikir konflik selesai, tapi ternyata belum, buat analisa data saja nggak bisa dibagi adil, masih ada kejomplangan disana sini, ada yang ngerjakan dan ada yang nggak selesai-selesai yang akhirnya semua orang membantu tugasnya

Inti konflik season ini adalah ”ketidakadilan”, jangan tanya berapa kali orang berantem, berapa kali orang ngambek, berapa kali orang marah, karena jawabnya berkali-kali.
Tapi dari sekian banyak konflik, intinya si Cuma dua, idealis dan egoisme, terutama saya.
Iyalah, terkadang yang paling bisa dipercaya adalah diri sendiri, makanya tiap orang pasti punya sisi egois sendiri-sendiri. Dan tiap orang pasti punya pendapat sendiri, yang pastinya menurut dia pendapat itu paling benar karena pastinya dia telah memikirkan matang-matang tentang pendapatnya itu.
Termasuk saya. Iya, saya ngaku dosa, dulu saya orangnya keras sekali, sensitif, gampang marah, dan semuanya. Mungkin lingkungan yang membuat saya seperti itu.
*nyalahin lingkungan*

Waktu itu, saya merasa kalau kelompok ini masih berpikir pendek, masih hanya mikir satu kegiatan selesai. Dan saya, merasa kalau ini bukan jangka pendek dan tentang satu hal, karena ini berkelanjutan. Saya mencoba mengajak, atau mungkin terkesan memaksa teman-teman untuk memikirkan bahwa ini akan berkelanjutan, tapi mereka lebih memilih untuk menyelesaikan satu
baru memikirkan yang lain.
Terbukti kan dengan insiden puding palpasi?
:p

Belum lagi saat ternyata kebiasaan kerja teman-teman saya berbeda dengan saya, saya yang ingin segera selesai dan menyelesaikannya.
Dan saat ketua kelompok ini, yang sekarang menjadi sahabat terbaik saya, ternyata kurang bisa tegas saat itu, yang terkesan terlalu nyantai saat itu, semakin membuat saya semakin egoisme.
Dulu, kita tidak sadar kalau misalnya dijabarkan, tugas utama kita adalah 8 point diatas, kita hanya menyadari kalau tugas kita mencari data, data apa saja itu akan kita pikirkan seiring berjalannya waktu. Makanya saya merasa kalau ketua kita, sebut saja papa, tidak tegas dan nggak tahu langkah apa yang diambil. Dan saya dengan pedenya merasa bisa lebih tegas dan tahu kemana dan apa saja yang harus dilakukan.

Wiii, saya jadi merasa bersalah
Pasti pas itu teman-teman saya tersiksa dengan keadaan ini, keadaan dimana saya memaksakan mereka seperti yang saya inginkan sementara mereka belum tentu mau tapi terpaksa mau.
Bahkan saya pernah perang dingin sampe ndak mau ngomong sama papa, hanya karena merasa papa ndak bisa tegas, saat itu kelompok ini terkesan pecah
Ada yang ngikuti saya, adapula yang ngikuti papa
Tapi saya tahu sebenernya mereka lebih memilih papa, tapi karena muka saya serem, beberapa dari mereka ada yang mengalah untuk mengikuti saya
Maaf ya
Untungnya dan semoga kita benar-benar saling memaafkan setelah semua selesai.

Disini saya belajar
Jikalau idealis dan egoisme ndak selalu harus dipertahankan

Tentang idealis,
Masing-masing individu pasti punya ideal sendiri, tapi ideal itu ndak bisa dipaksakan terjadi, kenapa, karena ada beberapa hal yang membuatnya harus bergeser
Sebenernya ndak mau nyalahin situasi atau kondisi, tapi memang kenyataannya situasi dan kondisi lingkungan memang sangat mempengaruhi idealisme ini.
Siapa si yang nggak idelis? Nggak ada, pasti semua ingin yang terjadi sesuai dengan ideal menurut diri kita sendiri
Tapi saat situasi dan kondisi tidak memungkinkan, apa iya kita akan bisa tetap idealis?
Seperti tadi, idealnya satu anggota kelompok harus dapat 16 data, tapi kalo situasi dan kondisi ”memaksa” salah satu anggota hanya bisa mendapatkan 10 data, apa iya anggota lain nggak akan membantunya?
Bukan tentang ukuran ikhlas nggak ikhlas, tapi tentang kerja tim.
Karena saat berkeja dalam bentuk tim, yang dilihat bukanlah apa yang sudah kamu lakukan, melainkan apa yang sudah tim kalian lakukan?
Disinilah kita belajar ikhlas dan saling membantu, karena kita adalah tim!
Idealisme mungkin bisa kita terapkan untuk diri sendiri, tapi saat kita bekerja dalam tim, kita harus mampu menggeser idealisme kita jikalau memang idealisme itu ”bertabrakan”
Karena tim bukan hanya tentang kita.
Dan buat semua orang yang bekerja secara TIM, tolong jangan terlalu idealis, karena dalam TIM bukan hanya berisi tentang idealmu

Tentang egoisme,
Memang, orang  yang paling bisa kita percaya adalah diri kita sendiri, makanya tak jarang kita egois. Seperti saat saya memaksa teman-teman untuk mengikuti dan mengiyakan pemikiran saya tanpa saya tanya tentang pendapat dan pemikiran mereka. Hanya gara-gara saya yang merasa mereka kurang cepat tanggap dan berpikir pendek dan karena merasa pernah salah ambil keputusan ketika tidak melibatkan saya, saya merasa paling benar diantara mereka.
Mungkin menurut mereka saya ada benarnya, tapi saya sadar, kalo saya hanya bisa menjadi sosok yang tegas diantara mereka, bukan sosok yang paling benar.
Saya sadar kalo egois saya membuat semua orang menjadi bertopeng saat ada di depan saya
Saya sadar kalo egois saya hanya menyakiti semua orang meski mungkin membahagiakan saya
Saya sadar kalo point kerja tim bukan hanya tentang keberhasilan tugas tim, tapi tentang kebahagiaan tiap anggota tim.
Buat apa saya bahagia dan tertawa jikalau anggota lain tersiksa dan terpaksa karena saya
Saya menyadari kalau egois itu juga bisa berubah, dan merekalah yang telah menyadarkan saya
Semoga mereka juga masih memaafkan saya
Dan buat orang yang egois, coba pikir ulang, orang-orang yang tertawa disekitarmu, yang tampak mendukungmu, apa benar mereka melakukannya tidak dengan terpaksa?
Kamu mungkin bisa tersenyum ketika semua yang kamu inginkan tercapai, tapi kalau kamu masih punya hati, kamu pasti akan sedih ketika kamu tahu dibalik senyummu banyak yang terluka dan tertekan. Kalo kamu masih punya hati sih, karena biasanya orang egois uda ketutup pintu hatinya
#uppsss

Bersama mereka saya belajar memperbaiki diri
Semoganya bukan saya saja yang belajar, tapi semua, saya belajar dari mereka dan mereka belajar dari saya.
Maafkan saya untuk semuanya
*saya udah nerima karmanya lo sekarang*
Dan terimakasih untuk pelajaran berharganya
#bighugforallkucurmania

Kucur Kita Kala Itu #pretest


Kucur, pertama denger kata ini pikiran saya adalah ke salah satu kue yang cukup saya sukai, dengan bentukan bulat dan melonjong di tengahnya dan menipis di pinggirnya.
Tapi ternyata, ini bukan tentang makanan, tapi tentang sebuah pengalaman, pengalaman berharga bagi saya, karena ada banyak hal yang bisa saya dapatkan dan pelajari disini

Kucur adalah salah satu desa di kecamatan Dau, kecamatan Malang. Di desa inilah nantinya, saya dan 6 teman saya akan ”kuliah”. Dalam sebuah mata kuliah yang bersambung, nama kerennya si PIPPG, kalo nggak salah singkatan dari Perencanaan dan Implementasi Program Pelayanan Gizi, kalo nggak salah lo ya, kalo salah ya maap!=D
PIPPG season 1 terdiri dari pencarian dan penyimpulan data kesehatan, khususnya kesehatan bayi dan batita, dan PIPPG season 2 adalah saatnya implemetansi beberapa program gizi yang direncanakan setelah menyimpulkan data-data dari season 1.
Oia, inilah kelompok kucur mania itu!:)

Ini foto sudah pada episode PIPPG season 2

Di mata kuliah ini, 60 orang dibagi menjadi 8 kelompok dan 1 kelompok menempati 1 desa untuk direncanakan program gizinya, ya kurang lebih seperti itu. Saat pertama tahu saya ada di Kucur, belum ada rasa apa-apa, rasa apa-apa itu mulai muncul saat kita survei lokasi. Jadi saya dan beberapa teman menyusuri 8 desa itu bersama-sama dan melihat tempat kita tinggal nantinya. Saya baru tahu kalau ternyata Kucur itu letaknya pucuk gunung, iya Kucur ada di ujung dari semua desa, menurut saya si ini paling jauh dari semua desa, secara memang ini di pucuk gitu.
Mulai de sifat dasar manusia saya muncul
Jujur saya iri sama kelompok lain, kelompok lain itu desanya masih lumayan agak kota, dan dekat dengan kota, ndak banyak utan dan mucuk gunung kayak gini, apalagi tempat tinggalnya tampak lebih nyaman.
Oia, kelompok kucur mania ini, sebenernya banyak konflik juga si, mulai dari pergantian anggota, pertengkaran anggota satu sama lain dan lain-lainnya. Makanya saat itu saya merasa iri dengan kelompok lain yang tampak lebih kompak.
Ya, namanya juga manusia

Pertama kali ke Kucur, saya sempet mbatin, kok bisa ya ada orang yang bisa hidup disini, ehm, lebih tepatnya saya kagum gitu, ada kehidupan yang sekilas saya lihat cukup baik dan teratur di daerah pucuk gunung gini. Padahal ini jauh sekali dari kota, ya sekitar 15km lah. Nggak ada pasar, nggak ada angkot dan nggak rame sama sekali.
Belum lagi saat dosen pembimbing kelompok kami terkenal paling killer diantara yang lain, laporan aja minimak satu rim, keliatan kurang serim pilihannya adalah tambahi atau kalian dapet C!T_T

Perasaan dan pertanyaan inilah yang nantinya menyadarkan saya akan sesuatu.

My Sosial Network


Saya tanpa sosial network? Pasti aneh, saking udah terbiasanyanya
Tapi seminggu mungkin lebih tepatnya 8 hari kemaren saya sempat melakukannya, tanpa sosial network.
Saya kesepian. Tinggal di kosan cowok yang anak-anaknya sibuk dengan acara mereka sendiri kadang membuat saya semakin merasa kesepian. Bagaimanapun, bercerita dengan cowok dan cewek beda rasanya. Saya terkadang merasa iri saat ada teman saya bercerita tentang mbak kos atau teman kos cewek mereka, tapi saya juga lebih sering bersyukur saya tinggal di kosan cowok, meski sebenerenya dalam h ati masih ingin tinggal di kosan cewek saja.
Rasa kesepian inilah yang membuat saya ngeksis di sosial network. Saya merasa punya banyak teman disana, meski mungkin teman itu tak nyata ada di dekat saya.
Facebook, twitter, ym, bbm dan whatsapp. Inilah sosnet yang paling sering saya sabangi tiap hari. Sampe suatu hari, di facebook dan twitter saya ada updetan dari seseorang yang membuat hati saya cukup berkecamuk sendiri. Inginnya si sedih dan nangis guling-guling, tapi saya tahu itu sia-sia.
Jadi untuk menghindari semakin sakitnya saya, saya mulai menutup sosnet saya
Facebook saya deactivate, dan twitter saya tidak saya buka, kalopun buka twitter, saya pake account satunya yang memang hanya memfollow situs berita dan teman terdekat saya,
Selanjutnya saya unisnstal whasapp saya dan saya masukkan bb saya ke dalam lemari, padahal paketan bbm masih berlaku sampe akhir bulan.
Berat?
Pastilah, secara sebelumnya sering banget saya menyapa sosnet

Dan pertanyaan yang muncul, termasuk saya yang bertanya pada diri saya, saya kenapa?
Dan diri saya menjawab, saya ndak tahu, yang saya tahu adalah saya mencoba untuk tidak menyakiti hati saya, meski saya juga ragu benarkah caranya seperti inii.

Saya tahu, ini konyol, Cuma gara-gara satu orang saya (mungkin) jadi merugikan banyak orang.tapi saat itu, beneran deh, Cuma ini cara yang saya rasa cukup tepat.
Mungkin bisa saja saya mengeblok atau mengunfollow atau menutup semua apdetan dari orang yang membuat saya sakit itu, tapi tidak semudah itu, karena saat saya tidak tahu tentang dia, saya justru  takut kejadiannya akan semakin jauh dan menyakiti saya.
Dia, kapan ya bisa melakukan sesuatu yang tidak seenaknya sendiri, tau mungkin lebih tepatnya, kapan ya dia akan memperhatikan apa yang saya rasakan karena perilakunya?
Ato mungkin dibalik saja, kapan ya saya bisa hidup tenang tanpa harus peduli apapun yang dia lakukan?
Haha
Kalau saya tak bisa merubah dia, jadi biarlah saya yang berubah, biarlah saya yang mulai untuk tidak peduli apapun yang dia lakukan, meskipun saya mash meyayanginya dan menginginkan dia memperbaiki dirinya, tapi saat usaha saya untuk itu tidak membuahkan hasil, saya hanya bisa menerima kalau dia tak akan bisa berubah, jadi biar saya saja yang berubah. Berubah untuk tak peduli padanya. Dan menyayanginya, dalam hati saja.
Meski bagi saya nggak ada mantan sahabat, tapi kalau kenyataannya lebih baik jalan sendiri-sendiri, yasudahlah, biar doa saja yang selalu menyertai perjalanan kita masing-masing.

Saat saya menonaktifkan semuanya, berarti saya hanya mengijinkan kenalan saya menghubungi saya hanya lewat sms. Saya pikir awalnya ini biasa, toh sbeelum semua sosnet itu ada, kita juga berhubungan via sms. Tapi ternyata saya salah, saya merasa egois ketika saya tahu saat kenalan saya meng-sms saya berarti mereka harus mengeluarkan pulsa mereka, padahal jikalau sosnet saya masi aktif, mereka tidak perlu keluar pulsa lagi karena sosnet mereka sudah paketan.
Saya teringat salah satu kalimat dalam sebuah ftv, saat itu ceriitanya tentang seseorang yang merasa nyaman dengan penampilan nyelenehnya dan akhirnya berubah menjadi berpenampilan sesuai yang diinginkan sekitarnya, kata si tokoh utama si, dia ndak mau egois, karena dia hidup dengan banyak orang, maka dia harus  juga memperhatikan apa yang diinginkan orang lain padanya, jikalau orang lain memang tidak nyaman dengan penampilan nyelenehnya, maka dia merubahnya.
Bukan mengajari untuk tidak menjadi diri sendiri, tapi mengajari untuk beradaptasi dengan lingkungan.
Ada kalanya kita nyaman dengan apa yang kita kenakan, tapi jikalau lingkungan menganggapnya ga nyaman, bukannya kita perlu introspeksi dengan apa yang kita kenakan itu?

Saya sadar, sejauh apapun saya mencoba berlari dari kenyataan, bahkan sampe menjadi bukan diri saya sendiri karena satu orang, itu tak akan merubah kenyataan.

Apalagi jaman sekarang, semua serba online, masak iya saya yang malah kebiasaan online jadi offline Cuma gara-gara seorang?
Ehm, salah satu saya online twitter adalah saya baca berita online, jadinya meski ndak berlangganan koran dan liat berita di tipi, saya masih apdet dengan kejadian yang ada.

Dan untuk kenyataan yang inginnya saya ndak terima, saya mensugesti diri saya, dan meyakinkan kalau ada prinsip eimbang ada habis gelap terbitlah terang.
Saya yakin, saat saya merasakan sakit, pasti akan ada senyum yang tercipta di saat yang sama jika saya mau mencarinya
Saya juga meyakinkan, selama apapun gelap datang, akan ada terang yang mengakhiri kegelapan itu. Mungkin sekarang masih gelap yang saya rasakan, tapi saya yakin, entah besok, lusa, seminggiu, sebulan atau bahkan setahun lagi, terang itu akan datang.

Dan untuk sakit ini, biar saya yang merasakannya, karena tiap rasa pasti akan ada hikmahnya!=)

My November


November ini, ga kerasa banget si?T_T
Kemana November saya?
Hari ini sudah tanggal 25 November, oia, selamat 23 tahun 7 Bulan!:)
*nyelametin diri sendiri*

Dari 25 hari di bulan ini, yang saya ingat hanya tanggal 11 November, bukan tentang tanggal galau saya, bukan pula tentang ulang tahun seseorang, tapi tentang pengalaman pertama saya nyetir mobil ke Kediri lewat jalanan pujon yang berliku tajam itu
T_T
Siapa yang ga tegang, mana pas berangkat saya sudah berniat mau tidur selama perjalanan, eh malah sayanya yang disuruh nyetir, mana penumpangnya pada tidur semua pas di jalanan yang berliku itu, blum lagi saya nyetir mobil orang, kijang kalo ndak salah, mana pernah saya nyetirin kijang, gimana saya makin ga tegang?
Perjalanan yang biasanya saya selalu dengerin musik, saya malah sholawatan, takut kejadian apa-apa.
Yang saya ingat hanya satu, pesan mas Ari, teman kantor saya yang pernah saya curhati kalo saya ndak berani nyetir di jalanan yang berliku, dulu kata Mas Ari, gampan kok nyetir, kamu tinggal ngikutin jalanannya, kalau dia belok ya kamu beloko, suahlah jangan  mikir macam-macam. Dan saya, berusaha ndak mikir macam-macam, paling ekstrim adalah pemikiran kalo arah ke kediri, kiri jalannya bukan jurang, jadi ga bakalan jatuh
#eh?
Sedang tegang-tegangnya, dan saat semua tertidur kecuali si oon, yang tampaknya dia kelaperan jadi ndak tidur, di depan saya mobil berenti mendadak. Ternyata ada kecelakaan, kalo ndak salah mobil ditabrak motor dan body mobil ringsek, ringsek banget malah, tambah wes tegang saya. Boleh ndak sih bukan aku aja yang nyetir?
*pengen nangis darah*

Berangkat jam 12an sudah disambut macet sejak di depan gang sampe daerah sekitar pom bensing tlogo Mas, ya, kalo misal mau belajar nyetir mobil baru sekaligus belajar sabar, yang diperlukan adalah nyetir dalam keadaan macet seperti ini. Sampai di Kediri sekitar pukul 3an, lama ya? Iyalah, sopirnya amatir gini, gag tahu jalan lagi, gimana bisa cepet?
Sampe kediri ini, si oon langsung makan abis 3 piring, saya mah makan sepiring aja uda kenyang, tapi bergetarnya tangan saya masih kerasa meski saya sudah kenyang. Di Kediri ini dalam rangka khitanannya anak dari anaknya adiknya eyang putri saya, nah lo, berarti apa saya?
*mikir*
Sepupu ya?
Ya mungkin itu lah!=D

Yang ngeselin dari perjalanan ini adalah ketika berada di daerah kediri ndak sampe satu jam, belum juga ilang gemeternya, udah di ajak pulang, mana sopir pas balik ke Malang adalah adek saya lagi, mana bisa saya merasa tenang, yang ada tegang lah seharian.
Belum lagi mikir kalau besok saya mau konsultasi proposal dan sampe sore ini belum saya selesaikan proposalnya. Huaaaaaaa, ini hari apa si?
*masih pengen nangis darah*

Adek saya ini, nyetirnya masih terkesan sakkarepe dhewe, makanya jarang saya meninggalkan dia tidur kalo nyetir, jalanan bojonegoro-malang atau sebaliknya ada masih suka ngawur-ngawur geje, apalagi jalanan ini, huaaaa, semakin memperbanyak sholawat saya
T_T
Sebelum pulang ke Malang, tante mengajak untuk mampir ke rumah adeknya eyang putri saya. Jadi kediri ini adalah asal eyang putri saya, almarhumah, dan Pare adalah asal eyang kakung saya, yang juga sudah almarhum.
Betewe ya, ini pertama kali saya jalan-jalan bersama tante sekeluarga, biasanya saya jarang mau ikut acara tante dan keluarga seperti ini.

Setelah mampir ke rumah eyang putri kecil, kita melanjutkan perjalanan, masih dengan adek saya sebagai supir. Saat sampe daerah sekitar Pare, om tetiba bilang, disini ada yang laper ndak? Kalo ada kita mecel yuk, eh makan pecel yuk, katanya ada warung pecel enak, warung pecel mbak Jum, di depan kiri jalan sana
Sampe di daerah itu, adek mulai memelan jalannya, ada tulisan warung mak Jum, lalu kita nanya, ini kah om?
Om jawab, bukan Mak Jum, tapi Mbak Jum, masih di depan kok kayaknya
Tante nyeletuk, ya siapa tahu sekarang Mbak Jum uda tua jadi namanya Mak Jum
Saya dan adek senyum tipis, ini ternyata sama saja om dan tante!=D
Setelah kenyang makan pecel Mbak Jum yang recommended banget  ini, perjalanan berlanjut, dan masih dengan adek saya supirnya, dan om nyeletuk, enak ya Pecelnya ternyata, aku aslie yo belum pernah makan disana, mek kata orang-orang enak.
Glodaaaaaaaaaaak
Om tenyata bisa ngelawak juga.
Saat sampai di simpang lima, jadi simpang lima ini adalah perlimaan, yang ditengahnya dibangun seperti monumen begitu lah, ada lima arah, saya lupa arah mana saja, tadi pas berangkat, saya sempet nyeletuk, nanti kita foto-foto sama keliling disini ya, kayaknya seru. Dan ternyata beneran kejadian.
Om salah mengarahkan, harusnya kita belok di belokan ketiga, tapi kata om belokan kedua kita harus belok. Menyadari kesalahan, kita langsung balik arah, dan ketiga om mengarahkan untuk belok di belokan ketiga, saya sama adek saya debat kalo belokan ketiga ini adalah belokan kedua tadi, jadi adek saya ndak belok malah muterin simpang lima sampe beberapa kali hingga akhirnya dia yakin itu bener belokan ketiga
Ternyata ya, seru juga jalan-jalan sama keluarganya Om, meskipun saya jadinya ndak tidur mulai pagi sampe jam 11 malem!T_T

Kembali ke my november
November ini, meski uda jalan 25 hari, tapi beneran deh yang bener-bener saya rasakan Cuma dua hari, sisanya saya ndak berasa.
Bahkan saya baru sadar saat keluar semalem, kalo selama 24 hari ini saya ndak pernah keluar malem. Malem-malem saya kalo ndak tidur ya diisi dengan alergi ato biduren.
Jadi ya, meski mereka berdua intinya sama, gatel-gatel, tapi kerasa bedanya
Alergi itu gatelnya kadang ndak berasa, tiba-tiba sudah muncul bentol-bentol disana-sini, biasanya kalo nggak karena abis maem nasi goreng, katanya si di nasi goreng itu ada udangnya, ato  karena keringetan dan saya ndak ganti baju, ini biasanya kejadian kalo saya dikampus mulai pagi sampe sore. Pasti malemnya langsung gatel ato bentol2, kalo alergi ini, dia kena air ndak berasa nyelekit-nyelekit.
Kalo biduren, kena air gitu langsung nyelekit-nyelekit rasanya, biasanya karena saya seteres ato banyak pikiran gitu.
Jadi malem saya itu mesti isinya di kasur doang kalo alergi ato biduren ini kumat!T_T
Ga elit ya sakit saya
Oia, kenapa saya jadi alergi nasi goreng? Padahal nasi goreng adalah makanan terenak menurut saya,  tapi apa daya, sekarang kal abis ngenasgor, saya sering alergi!T_T

Tapi saya menikmati alergi dan biduren itu, bukan tentang gatel dan bentolnya si, tapi tentnag istirahatnya, karena tiap kali mereka kumat, pasti jam 7 saya sudah terlelap, dean jam 3 bangun dengan keadaan bentol-bentol ilang. Dan saya masih bisa ngerjain tugas ditengah malam itu hingga menjelang pagi.
Karena semua seimbang, tiap sakit pasti ada hikmah atau sesuatu yang menarik di dalamnya.

Pagi sampe sore di bulan november ini kebanyakan isinya seteres, kenapa, intinya si karena saya ndak siap. Ndak siap kalo penelitian saya sudah selesai sementara saya ndak tahu analisanya bagaimana, belum lagi beberapa analis ada yang kurang bisa diajak kerjasama yang bikin saya semakin seteres. Katanya manusia, kenapa si ndak mau saling membantu dengan baik?
Tapi prinsip keseimbangan masih terjadi
Terkadang saat saya seharian seteres sampe biduren malem harinya, besoknya pasti saya mampu tersenyum karena ada bantuan dari orang lain. Saya jadi menemukan eh salah, saya jadi setuju dengan kalimatnya Ibu Kartini, habis gelap, terbitlah terang, dan saya menambahinya menjadi, karena terang akan selalu datang meski gelap terasa tak akan pergi!=)

Ga keitung berapa kali saya ingin menyerah karena tesis ini, ga keitung berapa kali saya ingin guling-guling di rampal bulan ini, tapi saat saya merasa di titik tergelap, saat itu pula terang mulai datang dengan caranya.
Alhamdulilah
Saya yakin, saat ada orang yang mungkin sulit bekerjasama dengan kita, disaat itu pula akan ada orang baik yang au membantu kita!=)
Selama kita juga baik dengan tulus ke orang lo tapi

Oia, baru sadar, salah satu yang menyebabkan saya merasa kehilangan November saya adalah karena saya memang sempet menghilang dari ”dunia” yang biasa saya hidupi, dan hidup di dunia baru.
Tulisan lain saja lah

Semoga sisa 5-6 harian ini bisa saya rasakan dan bisa membuat saya tersenyum dan nggak buat alergi atau biduren ini kumat lagi!=)

Hello November!=)

Kamis, 22 November 2012

Perjodohan gagal

Ini cerita tentang rencana iseng si trio wek-wek terhadap saya
Alkisah di sebuah pagi yang cerah, saya dan trio wek-wek ikut shp atau yang disebut seminar hasil penelitian, yap, salah satu syarat ujian tesis adalah ketika kita menghadiri shp minimal 12x, trio wek-wek yang memang belum memenuhi kuota pagi ini berencana datang mencari tandatangan, dan saya yang sudah lebih-lebih tandatangannya, datang di shp ini untuk cari makan
*beda niat*
Dan mungkin ini adalah hari keberuntungan saya, karena dari 20 kotak makanan yang tersedia, hanya ada 10an yang dipake, sisanya, ya buat saya lah, eh salah, sisanya saya dan trio wek-wek lah yang ngambil
:p

Bukaaaan
Cerita ini bukan tentang nyolong makanan di shp, tapi tentang rencana perjodohan dari shp ini. Jadi di tengah shp, datanglah seorang mahasiswa libia. Di program studi ini, hampir tiap angkatan ada juga angkatan mahasiswa dari luar negeri, kebetulan dari Libia, biasanya sekelas ada tiga orang dan selalu cowok.
Mahasiswa Libia ini kalao ngomong masih kentel logat arabnya, meski dia ngomongnya pake bahasa inggris sih, jadi saat dia ngomong, saya bawaannya ngaminin aja
*jangan tiru adegan ini*

Eh bentar, betewe, saya sebenernya ndak ngerti lo Libia dimana, ya dulu kan saya jurusan IPA pas sma, jadi ga menguasai geografi
*ngeles*

Mahasiswa libia ini, saya lupa namanya, sebut saja mas lib aja ya, mas lib ini duduk di sebelah saya waktu shp dan saat shp belum selesai, dia pamit ke saya, dia pamit pake bahasa inggris,
Excusme, i have a class, so i blablabla to mas yayan and then blablabla
Sumpah, dia ngomongnya kecepeten, jadi saya ndak begitu jelas dengernya, tapi saya tahu intinya. Dan saya, dengan oonnya hanya ngeliat muka dia, saya ngerti si maksud kalimatnya, tapi yang saya rasakan adalah mendengarnya, menulisnya dan mengartikannya dalam pikiran saya, sumpah saya oon, dan saya tidak menjawab kalimatnya hanya menundukkan kepala tanda saya mengerti.
*bodoh*

Dan saat saya nongkring di tempat biasa, mas lib ini selesai kuliah dan berada di tempat yang sama, dan dia menyapa saya, padahal saya sudah berusaha tak melihatnya
Assalamualaikum, my card? Blablabla mas yayan?
Saya, kembali kumat oonnya, Cuma ngeliatin muka mas lib ini dan menjawab dengan kalimat, iya
Eh diakan libia, mana tahu iya, sayapun menganggukan kepala lagi, dan dia pergi sambil bilang
Thank you

*beberapa hari kemudian*
Saya sedang bersama trio wek-wek lagi kali ini, dan ketemu sama si mas lib ini, lalu sang juraan nyeletuk,
Yan, kamu dicari tuh, yeapa lek kamu tak jodohin sama dia
Iyawes, kalian cocok, wingi lak wes omong2an a!” lanjut istri juragan
Ya, mas, mbak, dia ngomong apa aja aku gag mudeng, mana bisa aku sama dia, lagian ya, bukannya rasis, ngeliat mukanya itu aku jadi inget sama penjahat di film taken 2, bukannya rasis sih mas, tapi jadi ngakak aja bayangin dia tembak-tembakan gitu! Jawabku
Eh tapi lak lumayan yan, lek kamu sama dia, kamu bisa dibawa ke libia sana! Trio wek-wek satunya menambahi
Plis deh Mbak! Saya mulai merasa terpojok, nih ya, pasti ujung-ujungnya geje kalo sama mereka
Mahasiswa Libia itu kemudian diajak ngomong sama dosen yang ada di sebelah saya, yang kemudian beliau menjadi dosen penguji saya, abaikan, red
Dari perbincangan singkat itu, yang saya ndak menyimaknya, tetiba trio wek-wek ini kecewa
Lhooo yan, gag sido wes proyek perjodohannya! Kata juragan
Opoo Mas? Tanyaku bingung
Iku mau lo, kamu ga krungu a? Lanjut juragan
Opo seh mbak? Tanyaku pada bu juragan
Jadi dia itu ditayain apa rencanamu setelah lulus, kan dia jawab balik ke libia dan menikah, jadie diakan wes punya calon ! jawab Bu juragan
Saya speechless
Bukan karena mas lib uda punya calon, tapi karena trio wek-wek ini beneran bikin proyek perjodohan, terlebih proyekl ini gagal, jadi kespechlessan saya ini karena kaget dan pengen ngakak guling-guling

jadi ya, pernah tahu proyek gagal total?
Ini salah satunya
*nahan ngakak*

Dan sekarang, tiap kali ketemu mas lib ini, saya bawaanya mau ngakak guling-guling
Haha

Oia, betewe, trio wek-wek ini adalah sepasang suami istri dan satu rekan kerjanya yang kebetulan berjenis kelamin perempuan. Karena formasinya dua perempuan dan satu laki-laki, mereka menyebut dirinya trio wek-wek

Dan saya, sejak lama ga jurnal reading dan menggandrungi bahasa jawa, jadi oon saat ada orang ngomong pake bahasa inggris!