Minggu, 25 November 2012

Kucur Kita Kala Itu #Season 1


WARNING: Ini cerita agak panjang, jadi kalo males mending jangan baca!=D

Season 1 ini, isinya lebh banyak konfliknya daripada seru dan bahagianya, makanya saya banyak lupa, karena memang males mengingat konflik-konflik itu

Dalam mata kuliah ini, terutama season 1, kita diberi tugas untuk
1)     Membuat kuesioner yang nantinya hasilnya bisa digunakan untuk menyimpulkan keadaan kesehatan balita, khusunya usia 6-36 bulan di desa ini
2)     Mengisi kuesioner itu, dengan cara wawancaralah pastinya, kebetulan sampel yang dibutuhkan 111 balita
3)     Mencari data sebanyak-banyaknya tentang desa ini, letak geografis, batas desa, demografi dan lainnya
4)     Mencari kebiasaan dan keadaan desa, kalo ini tugas tambahan dari papi (panggilan sayang kita pada dosen pembimbing)
5)     Membuat kuesioner tentang pengetahuan sikap dan perilaku kader dan mengisinya lah tentunya
6)     Palpasi gondok ke anak SD, pemeriksaan apakah anak SD ini mengalami gondok
7)     Menyimpulkan hasil kuesioner itu dan menyajikannya
8)     Merencanakan program gizi berdasarkan data yang ada
Di saat yang sama, kita harus menyelesaikan proposal dan tugas akhir kita, kebetulannya dari 7 orang ini tidak ada yang tergabung dalam satu kelompok penelitian tugas akhir, jadi kita punya kesibukan sendiri di luar tugas kelompok ini.
Daaaaan, dosen pembimbing kita, sebut saja papi, adalah orang yang sangat lapangan sekali, buaya lapangan yang tidak bisa dikadalin, saya masih ingat ketika kita berusaha menutupi suatu data dan beliau bilang, kalian mau ngadalin buaya?
Kitanya malah ngakak dikatain seperti itu!=D
*mahasiswa konyol*

Oia lupa, jadi sebelumnya, anggota kucur mania itu bukan yang terpampang dalam tulisan kucur kita kala itu #pretes, tapi dua orang ini adalah ganti dari dua orang sebelumnya. Pergantian ini, tahu sih bikin berapa banyak orang kesel, saya ndak mau ngurus dan inget-inget lagi ah, nanti esmosi, haha.
Alhasil kelompok kucur mania akhirnya terdiri dari 7 orang ini, dengan 3 motor pasti yang bisa dipake dan 1 motor galau, galau karena belum tentu bisa dipake.
Dari sini sebenernya udah keliatan ada masalah si, 7 orang Cuma dengan 3 motor, pasti akan ada 1 orang terlantar, haha. Semoga dia masih dipelihara negara seperti kata salah satu pasal dalam UUD 1945
#eh?

Kucur sendiri ada 7 dusun, dengan satu dusun letaknya menjauh dari 6 dusun lainnya. Dan 2 dusun dengan mitos menyeramkan, katanya dua dusun ini banyak anjingnya, dan saat ada orang asing biasanya anjing akan mengejar mereka, seremkan?:p
Simpelnya si satu orang ”megang” satu dusun, tapi ini adalah idealis, karena intinya nggak mungkin satu orang hanya mencari data di satu dusun itu, kenapa? Karena selain satu dusun terlalu besar untuk satu orang, ndak mungkin juga satu orang itu hanya dikenal di satu dusun tapi ndak dikenal di dusun lain. Alhasil kita ”bekerjasama”.
Sasaran kita kali itu adalah balita usia 6-36 bulan sejumlah 111 orang.
111:7=15,86
Idealnya, satu orang harus mencari data 16 balita usia 6-36 bulan, pengennya si ideal, tapi karena satu dan lain hal, semua jadi geje, dan jangan bilang nggak ada konflik, konflik semua lah. Secara ada yang cuma bisa dapet 10 data, yang berarti ada juga yang terpaksa dapet 26 data. Njomplang banget kan?
Konflik inilah yang paling sering muncul, kenapa, saat ada anggota yang bekerja sangat keras, saat itu pula ada yang mungkin lagi kencan sama kasurnya (negatif ting-ting, jangan ditiru, red).
Yah itu pikiran terburuk saya saat saya yang kebagian jatah data dari anggota yang lain.
Yang saya pikirkan adalah data cepat terkumpul jadi bisa cepat dianalisa, jadi saat itu meski dengan sedikit banyak nggak ikhlas saya tetep aja nyari data.
*jangan tiru adegan ini*

Yah, point satu dan dua tugas pada mata kuliah ini saja konfliknya udah beragam, apalagi yang lainnya!=D

Untuk tugas point ketiga, nggak terlalu banyak konflik si, lebih mudah, mentok si Cuma capek karena semua dokumentasi desa ini dalam bentuk papan di kantor desa, jadinya kita harus mencatatnya sebelum mengetiknya.

Tugas point keempat setipe dengan tugas point ketiga, kita hanya mengorek dari bidan dan kader-kader tentang permasalahan disini, susahnya hanya ketika bu bidan tidak bisa ditemui atau bu kader lagi sibuk, selanjutnya untuk perilaku masyarakat, bisa dilihat seiring dengan seringnya kita mencari data

Tugas point kelima ini, konfliknya mungkin hampir sama dengan tugas point satu dan dua. Tapi tugas ini dikerjakan setelah tugas poin satu dan dua selesai, jadi konflik masih bisa diminimalisasi.

Nah, tugas point enam ini konfliknya malah besar sekali, haha
Waktu itu, kalo ndak salah ingat, kita berkonflik Cuma gara-gara konsumsi, simpel ya, tapi efeknya besar lo
Keputusan kelompok adalah untuk memberikan konsumsi kepada anak-anak SD yang akan di palpasi, waktu pengambilan keputusan, saya tidak ada, jadi saya Cuma menerima keputusan. Diputuskan kalau konsumsinya berupa puding, dan saya, sebenernya nggak setuju sekali dengan ini, dan ternyata benar kalo banyak konflik disini
Kata yang punya ide, puding itu bikinnya mudah, murah, dan menarik.
Kenyataannya
Untuk tempat dan sendok puding ini ternyata ”mahal” dan susah nyarinya
Untuk bikin puding ga semudah yang dibayangin, mudah sih kalo Cuma nyampur gula, bahan puding instan dan air, susahnya adalah ketika membagikannya ke tempat puding, belum lagi nyimpennya.
Dan saat hari H, sejak pagi konflik sudah mulai
Dimulai dari teman-teman saya yang tidak segera berangkat, dan saya mulai esmosi, karena memang saya orang yang suka on time, dan saat itu saya langsung mengajak seorang untuk pergi duluan. Di tengah perjalanan, saya baru ingat ada anak terlantar, kenapa terlantar karena setelah dihitung, dia nggak ada tumpangan ke kucur. Saya berenti sejenak dan menelpon anak terlantar itu lalu memastikan kalau dia bisa berangkat dengan tenang.
Ternyata dia nebeng anggota lain dan si empunya ide bikin puding yang juga punya motor galau datang pake motornya bareng calon suaminya, eh suaminya deng
Palpasi selesai, evaluasi dimulai
Saya mulai protes dengan ide puding ini dan si empunya ide juga semakin protes, kenapa, karena tidak ada yang membantunya membawa 200an cup puding, dan kita malah ninggalin dia untuk berangkat de Kucur duluan.
Sebenernya saya malah ngakak, bahkan ngapok-ngapokin, siapa suruh bikin ide macem-macem, makanya kalo ngide itu yang panjang mikirnya
#uuppsss

Tapi baiknya kelompok ini adalah ketika kita selesai evaluasi dan saling protes plus marah-marah, kita bisa janjian untuk memperbaiki kesalahan dan mmemaafkan satu sama lain!=)
#hug

Point selanjutnya adalah analisa data, saya pikir konflik selesai, tapi ternyata belum, buat analisa data saja nggak bisa dibagi adil, masih ada kejomplangan disana sini, ada yang ngerjakan dan ada yang nggak selesai-selesai yang akhirnya semua orang membantu tugasnya

Inti konflik season ini adalah ”ketidakadilan”, jangan tanya berapa kali orang berantem, berapa kali orang ngambek, berapa kali orang marah, karena jawabnya berkali-kali.
Tapi dari sekian banyak konflik, intinya si Cuma dua, idealis dan egoisme, terutama saya.
Iyalah, terkadang yang paling bisa dipercaya adalah diri sendiri, makanya tiap orang pasti punya sisi egois sendiri-sendiri. Dan tiap orang pasti punya pendapat sendiri, yang pastinya menurut dia pendapat itu paling benar karena pastinya dia telah memikirkan matang-matang tentang pendapatnya itu.
Termasuk saya. Iya, saya ngaku dosa, dulu saya orangnya keras sekali, sensitif, gampang marah, dan semuanya. Mungkin lingkungan yang membuat saya seperti itu.
*nyalahin lingkungan*

Waktu itu, saya merasa kalau kelompok ini masih berpikir pendek, masih hanya mikir satu kegiatan selesai. Dan saya, merasa kalau ini bukan jangka pendek dan tentang satu hal, karena ini berkelanjutan. Saya mencoba mengajak, atau mungkin terkesan memaksa teman-teman untuk memikirkan bahwa ini akan berkelanjutan, tapi mereka lebih memilih untuk menyelesaikan satu
baru memikirkan yang lain.
Terbukti kan dengan insiden puding palpasi?
:p

Belum lagi saat ternyata kebiasaan kerja teman-teman saya berbeda dengan saya, saya yang ingin segera selesai dan menyelesaikannya.
Dan saat ketua kelompok ini, yang sekarang menjadi sahabat terbaik saya, ternyata kurang bisa tegas saat itu, yang terkesan terlalu nyantai saat itu, semakin membuat saya semakin egoisme.
Dulu, kita tidak sadar kalau misalnya dijabarkan, tugas utama kita adalah 8 point diatas, kita hanya menyadari kalau tugas kita mencari data, data apa saja itu akan kita pikirkan seiring berjalannya waktu. Makanya saya merasa kalau ketua kita, sebut saja papa, tidak tegas dan nggak tahu langkah apa yang diambil. Dan saya dengan pedenya merasa bisa lebih tegas dan tahu kemana dan apa saja yang harus dilakukan.

Wiii, saya jadi merasa bersalah
Pasti pas itu teman-teman saya tersiksa dengan keadaan ini, keadaan dimana saya memaksakan mereka seperti yang saya inginkan sementara mereka belum tentu mau tapi terpaksa mau.
Bahkan saya pernah perang dingin sampe ndak mau ngomong sama papa, hanya karena merasa papa ndak bisa tegas, saat itu kelompok ini terkesan pecah
Ada yang ngikuti saya, adapula yang ngikuti papa
Tapi saya tahu sebenernya mereka lebih memilih papa, tapi karena muka saya serem, beberapa dari mereka ada yang mengalah untuk mengikuti saya
Maaf ya
Untungnya dan semoga kita benar-benar saling memaafkan setelah semua selesai.

Disini saya belajar
Jikalau idealis dan egoisme ndak selalu harus dipertahankan

Tentang idealis,
Masing-masing individu pasti punya ideal sendiri, tapi ideal itu ndak bisa dipaksakan terjadi, kenapa, karena ada beberapa hal yang membuatnya harus bergeser
Sebenernya ndak mau nyalahin situasi atau kondisi, tapi memang kenyataannya situasi dan kondisi lingkungan memang sangat mempengaruhi idealisme ini.
Siapa si yang nggak idelis? Nggak ada, pasti semua ingin yang terjadi sesuai dengan ideal menurut diri kita sendiri
Tapi saat situasi dan kondisi tidak memungkinkan, apa iya kita akan bisa tetap idealis?
Seperti tadi, idealnya satu anggota kelompok harus dapat 16 data, tapi kalo situasi dan kondisi ”memaksa” salah satu anggota hanya bisa mendapatkan 10 data, apa iya anggota lain nggak akan membantunya?
Bukan tentang ukuran ikhlas nggak ikhlas, tapi tentang kerja tim.
Karena saat berkeja dalam bentuk tim, yang dilihat bukanlah apa yang sudah kamu lakukan, melainkan apa yang sudah tim kalian lakukan?
Disinilah kita belajar ikhlas dan saling membantu, karena kita adalah tim!
Idealisme mungkin bisa kita terapkan untuk diri sendiri, tapi saat kita bekerja dalam tim, kita harus mampu menggeser idealisme kita jikalau memang idealisme itu ”bertabrakan”
Karena tim bukan hanya tentang kita.
Dan buat semua orang yang bekerja secara TIM, tolong jangan terlalu idealis, karena dalam TIM bukan hanya berisi tentang idealmu

Tentang egoisme,
Memang, orang  yang paling bisa kita percaya adalah diri kita sendiri, makanya tak jarang kita egois. Seperti saat saya memaksa teman-teman untuk mengikuti dan mengiyakan pemikiran saya tanpa saya tanya tentang pendapat dan pemikiran mereka. Hanya gara-gara saya yang merasa mereka kurang cepat tanggap dan berpikir pendek dan karena merasa pernah salah ambil keputusan ketika tidak melibatkan saya, saya merasa paling benar diantara mereka.
Mungkin menurut mereka saya ada benarnya, tapi saya sadar, kalo saya hanya bisa menjadi sosok yang tegas diantara mereka, bukan sosok yang paling benar.
Saya sadar kalo egois saya membuat semua orang menjadi bertopeng saat ada di depan saya
Saya sadar kalo egois saya hanya menyakiti semua orang meski mungkin membahagiakan saya
Saya sadar kalo point kerja tim bukan hanya tentang keberhasilan tugas tim, tapi tentang kebahagiaan tiap anggota tim.
Buat apa saya bahagia dan tertawa jikalau anggota lain tersiksa dan terpaksa karena saya
Saya menyadari kalau egois itu juga bisa berubah, dan merekalah yang telah menyadarkan saya
Semoga mereka juga masih memaafkan saya
Dan buat orang yang egois, coba pikir ulang, orang-orang yang tertawa disekitarmu, yang tampak mendukungmu, apa benar mereka melakukannya tidak dengan terpaksa?
Kamu mungkin bisa tersenyum ketika semua yang kamu inginkan tercapai, tapi kalau kamu masih punya hati, kamu pasti akan sedih ketika kamu tahu dibalik senyummu banyak yang terluka dan tertekan. Kalo kamu masih punya hati sih, karena biasanya orang egois uda ketutup pintu hatinya
#uppsss

Bersama mereka saya belajar memperbaiki diri
Semoganya bukan saya saja yang belajar, tapi semua, saya belajar dari mereka dan mereka belajar dari saya.
Maafkan saya untuk semuanya
*saya udah nerima karmanya lo sekarang*
Dan terimakasih untuk pelajaran berharganya
#bighugforallkucurmania

Tidak ada komentar: