Pengkhiatan
Mungkin kata ini terkesan terlalu jahat, tapi saya masih
belum menemukan sinonim kata ini.
*keliatan de dulu bahasa indonesia-nya dapet berapa jaman
sma*
Saya sudah sering dikhianati, tapi sesering itu pula saya
menyayangi penghianat itu
Entah ini berkah atau musibah, tapi saat saya menyayangi
seseorang, saat itu pula saya akan membagi semua yang saya punya padanya,
jikalau nanti dia hanya memanfaatkan saya, entah untuk apapun itu, saya hanya
bisa terdiam dan bilang, oh ternyata dia
seperti itu
Mungkin bukan maksud mereka berkhianat, mungkin hanya
saya yang terlalu tinggi berharap pada mereka, jadi saat mereka tak sesuai
harapan saya, saya merasa ada yang berkhianat
Jadi mungkin akan lebih baik saya menyebutnya ”tak
sesuai”
Tahun lalu, ketidaksesuaian pertama yang merubah hidup
saya
Yah mungkin dari sekian banyak ketidaksesuaian yang
pernah saya terima dan saya masih bisa mengontrol diri saya, inilah
ketidaksesuaian pertama yang membuat saya hampir tak mampu mrngontrol diri
Tahun lalu, saya menemukan saudara baru
Dia baik, bahkan sejak awal bertemu dia sudah menganggap
saya adek, dan sayapun sudah menganggapnya kakak dan menyayanginya dengan
sepenuh hati. Hingga akhirnya ada seorang yang ada di kehidupan kita dan mulai
masuk ke hati. Intinya orang ini membuat kakak saya ini merasa saya sebagai
musuh dalam selimutnya, padahal niat saya hanya ingin mengingatkan kakak saya
kalau orang ini bukan orang yang baik untuknya. Dan seperti kebanyakan niat
baik yang disalahartikan, begitu juga niat baik saya saat itu.
Sejak saya dianggap musuh dalam selimut, kakak saya ini
melemparkan banyak pikiran negatifnya tentang saya di lingkungannya, bahkan
hingga saya takut melihat tatapan orang-prang disekitarnya.
Dulu kita bisa sangat saling menyayangim tapi hanya
karena kesalahpahaman kita seperti orang yang sudah lama bermusuhan
Semua tentang saya dimatanya salah
Semua tentang saya disalahartikan
Dan semua kompor yang ada disekitar kita, membuat
hubungan ini semakin panas
Sampe saya speechless
Dan hampir putus asa
Yang saya ingat hanyalah ketika saya sangat menyayanginya
hingga saya tak ingin membuatnya terluka lagi, biarlah dia melakukan semua
sesukanya dan saya hanya bisa menerimanya.
Sakit sih memang, nangis sering, emosi lebih sering,
perang kata-kata hampir tiap hari, tapi saya hanya ingin kita bisa balik
seperti dulu, kakak-adik yang akur, sampai akhirnya saya menyadari satu hal
Sekeruh apapun
keadaan sekarang, saya tak akan bisa menjernihkannya, saya tak akan bisa
mengubah pikiran orang lain tentang saya, apalagi pikiran orang-orang yang
sudah mendengar tentang keburukan saya dari orang lain, jadi kalau saya membalasnya
dengan kata-kata yang membela saya, hasilnya percuma. Biarlah orang berfikir
semau mereka tentang saya, tugas saya hanyalah berlaku biasa karena sikap biasa
itulah yang nantinya akan membuktikan seperti apa saya, saya memang bukan orang
baik, tapi saya berusaha memperbaiki diri
Untungnya banyak orang disekitar kita yang lebih percaya
saya, dan ada yang selalu menyemangati saya untuk tetap tegar dan merasakan
tiap perkataan dari kakak saya itu sebagai saran untuk memperbaiki diri
Hingga akhirnya masalah tiba-tiba berakhir dan sekarang,
kita baik-baik aja looo
Emang lagi kebanyakan kompor aja pas itu, jadinya apa
yang kecil jadi besar
Apa yang bener terlihat salah
Alhamdulilah
Kebenaran pasti akan terungkap, bukan waktu saja yang
menjawab, tapi kita juga yang mencari dan mengungkapkan kebenaran itu
Ketidaksesuaian yang kedua, awal bulan ini
Kali ini saya sampe ndak napsu makan bahkan sempet nangis
guling-guling di kamar
*ekspresi lebay*
Masih sama, ketidaksesuaian dari seorang yang saya
sayangi, sahabat saya, dulu, saya ndak tahu masih bisa menganggapnya sahabat
atau tidak, bukan karena saya dendam, tapi tentang apa yang dilakukannya.
Setahu saya sahabat yang baik tidak akan menyebarkan aib sahabatnya, seburuk
apapun sahabatnya itu.
Kali ini tidak ada orang lain, hanya tentang saya dan dia
Saya yang tak mampu mengimbangi dia
Kepinterannya
Kekayaannya
Kesuksesannya
Kemanisannya
Keramahannya
Keteguhan memegang prinsipnya
Dan semua tentang dia
Saya tak bisa menempatkan diri saya untuk selalu
menerimanya, tapi saya berusaha keras melawan diri saya, ketika saya berani
untuk menyayanginya, ketika itu pula saya berani sakit karenanya. Ketika saya
meyakinkan diri menyayangi orang sekeras dia, ketika itu pula saya siap sakit
karenanya.
Tapi saya ternyata tak bisa memegang omongan saya sendiri
Saya ternyata tak mampu mengimbanginya, tak mampu selalu bisa menerimanya, dan tak mampu
untuk bisa disisinya
Ego saya masih tinggi ketika saya merasa saya juga ingin
dimengerti, bukan hanya mengerti
Karena persahabatan itu saling
Saat saya berontak ingin dimengerti, saat itu pula saya
tahu kalau dia mengerti saya dengan cara yang tak sesuai dengan yang saya
inginkan, dan saya tak paham dengan cara itu
Yang lebih membuat saya tak paham adalah ketika dia
menceritakan pemberontakan saya ke semua orang, hingga kesannya saya orang yang
tak tahu terimakasih.
Saya ingin menangis saat itu, bukan, bukan ingin, tapi
sudah menangis
Saat saya mendengar omelan dari setiap orang karena
”kekurangterimakasihnya saya”
Saat saya tahu semua orang memojokkan saya
Ketidak sesuaian yang kali ini membuat saya tak mampu
berkata bahkan berbuat apa-apa
Terlihat semakin banyak orang yang tak menyukai saya
Terlihat semakin banyak orang yang menertawai kebodohan
saya
Dan semua keliatan2 itu, sakit saat saya merasakannya,
tapi saya lebih memilih untuk diam dan menerima semua kritik dari mereka dan
membuatnya sebagai saran saya untuk memperbaiki diri
Mungkin saya memang kurang berterimakasih
Mungkin saya memang egois
Mungkin saya memang sesuai seperti yang dia katakan
Dan saya, tak akan bisa mengubah pikiran mereka tentang
saya, masih sama seperi ketidaksesuaian yang pertama,
Sekeruh apapun
keadaan sekarang, saya tak akan bisa menjernihkannya, saya tak akan bisa
mengubah pikiran orang lain tentang saya, apalagi pikiran orang-orang yang
sudah mendengar tentang saya dari orang lain, jadi kalau saya membalasnya
dengan kata-kata yang membela saya, hasilnya percuma. Biarlah orang berfikir
semau mereka tentang saya, tugas saya hanyalah berlaku biasa karena sikap biasa
itulah yang nantinya akan membuktikan seperti apa saya, saya memang bukan orang
baik, tapi saya berusaha memperbaiki diri
Saya diam bukan karena saya menerima, saya hanya tak
ingin masalah kecil ini semakin besar
Mungkin saya memang looser, tapi lebih baik jadi looser
daripada membuat masalah kecil ini menjadi besar
Lebih tepatnya, saya hanya tak ingin
semakin banyak orang yang menyalahkan saya. Saya tak akan membela diri,
percuma.
Yang saya ingin tegaskan adalah akan
lebih baik saat kita mendengar satu berita tentang dua orang, janganlah hanya
mendengarkan dari satu orang saja, coba dengarkan dari satu orang lainnya dan
simpulkan mana yang benar setelah kita mendengar dari keduanya.
Yang saya tahu hanya satu
Jikalau dia teman yang baik, tak akan dia menyebarkan aib
saya
Itu saja
Jikalau itu masih sebatas kesalahpahaman dan dia masih
menyayangi saya seperti katanya, kenapa dia lebih memilih untuk melibatkan
banyak orang daripada menanyakannya pada saya?
Mungkin itu cukup membuktikan siapa dia.
Kali ini, hanya ada dua orang yang percaya saya, bahkan
orang yang dekat dengan kita mengatakan saya yang salah
Iya, sayapun juga akan bilang saya yang salah kalau saya
mendengar cerita versi dia
Kali ini tak ada yang menemani dan mendukung saya seperti
saat ketidaksesuaian yang pertama
Intinya saya melewati ketidaksesuaian ini sendiri,
melawan ego saya sendiri, mendengar kritikan pedas itu sendiri dan mengubahnya
menjadi saran sendiri, membela diri saya sendiri.
Dan saya pun hampir putus asa, saya tak mampu melewati
semua itu sendiri. Hingga akhirnya saya sadar, hanya diri kita sendiri yang
mampu menolong kita, hanya diri kita sendiri yang bisa menyembuhkan sakit kita,
dan hanya diri kita sendiri yang bisa membuat kita berdiri dan berlari sesering
apapun kita terjatuh
Tapi dari semua itu saya belajar,
Jikalau satu cerita mampu membuat semua berubah, termasuk
penilaian orang terhadap kita.
Sakit saat apa yang kita rasa benar ternyata dianggap
salah oleh orang lain
Sakit saat kita yang merasa tersakiti ternyata orang lain
menganggap kita yang menyakiti
Tapi sakit itu bisa tak dirasakan
Karena anggapan orang lain tentang kita bukanlah sesuatu
yang mutlak adanya
Yang penting kita tak menyalahi aturan Allah, itu aja
Dan saat kita dikritik, dicela, dipandang sebelah mata
atau sejenisnya
Buktikan saja dengan perilakumu kalau niatmu bukan
seperti itu, tunjukkan kalau semua kritikan, celaan dan pandangan sebelah mata
itu salah dan jadikan itu semua sebagai bahan koreksi untuk memperbaiki dirimu.
Saya percaya sama omongan seseorang,
Musuh tak selalu
orang yang jahat, mereka justru baik, selalu mengoreksi tiap kata dan sikapmu
yang salah, dan memberikanmu kesempatan untuk mempebaiki dirimu dan TANPA DIBAYAR
Iya, kesannya musuh adalah orang yang selalu mencari
kesalahan kita, tapi saat kita menyadari, kitalah orang paling beruntung,
karena ada orang yang mau dengan ikhlas dan tanpa dibayar memerhatikan kita
sebegitunya, bahkan lebih perhatian dari sahabat kita mungkin, dan dia, secara
tidak langsung memberi kita kesempatan kita untuk memperbaiki diri.
Ya kesel dan sakit si denger kata mereka, tapi yang saya
tahu, saat ada orang mencela kita dan kita marah, berarti celaannya bener dan
kemarahan kita bukan karena sakit ati, tapi upaya membela diri dari kesalahan
kita yang membuat kita dicela seperti itu.
Mbulet ya
Contohnya si saat ada yang mencela kita belum mandi dan
bau, kalo kita marah, berarti emang kita belum mandi dan kita membela diri
karena kita merasa sudah menyamarkan kita yang belum mandi itu
Tapi saat kita diam, ya mungkin emang karena kita tahu
diri, usaha penyamaran udah mandi ternyata sia-sia.
Ya kalo kita uda mandi, ga perlulah marah-marah, buat
apa, orang yang dia omongin hanya fiktif belaka, ngapain ngurusin fiktif, jawab
aja, emang bau ya? Padahal kan aku tadi uda pake parpum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar