Minggu, 25 November 2012

Kucur Kita Kala Itu #pretest


Kucur, pertama denger kata ini pikiran saya adalah ke salah satu kue yang cukup saya sukai, dengan bentukan bulat dan melonjong di tengahnya dan menipis di pinggirnya.
Tapi ternyata, ini bukan tentang makanan, tapi tentang sebuah pengalaman, pengalaman berharga bagi saya, karena ada banyak hal yang bisa saya dapatkan dan pelajari disini

Kucur adalah salah satu desa di kecamatan Dau, kecamatan Malang. Di desa inilah nantinya, saya dan 6 teman saya akan ”kuliah”. Dalam sebuah mata kuliah yang bersambung, nama kerennya si PIPPG, kalo nggak salah singkatan dari Perencanaan dan Implementasi Program Pelayanan Gizi, kalo nggak salah lo ya, kalo salah ya maap!=D
PIPPG season 1 terdiri dari pencarian dan penyimpulan data kesehatan, khususnya kesehatan bayi dan batita, dan PIPPG season 2 adalah saatnya implemetansi beberapa program gizi yang direncanakan setelah menyimpulkan data-data dari season 1.
Oia, inilah kelompok kucur mania itu!:)

Ini foto sudah pada episode PIPPG season 2

Di mata kuliah ini, 60 orang dibagi menjadi 8 kelompok dan 1 kelompok menempati 1 desa untuk direncanakan program gizinya, ya kurang lebih seperti itu. Saat pertama tahu saya ada di Kucur, belum ada rasa apa-apa, rasa apa-apa itu mulai muncul saat kita survei lokasi. Jadi saya dan beberapa teman menyusuri 8 desa itu bersama-sama dan melihat tempat kita tinggal nantinya. Saya baru tahu kalau ternyata Kucur itu letaknya pucuk gunung, iya Kucur ada di ujung dari semua desa, menurut saya si ini paling jauh dari semua desa, secara memang ini di pucuk gitu.
Mulai de sifat dasar manusia saya muncul
Jujur saya iri sama kelompok lain, kelompok lain itu desanya masih lumayan agak kota, dan dekat dengan kota, ndak banyak utan dan mucuk gunung kayak gini, apalagi tempat tinggalnya tampak lebih nyaman.
Oia, kelompok kucur mania ini, sebenernya banyak konflik juga si, mulai dari pergantian anggota, pertengkaran anggota satu sama lain dan lain-lainnya. Makanya saat itu saya merasa iri dengan kelompok lain yang tampak lebih kompak.
Ya, namanya juga manusia

Pertama kali ke Kucur, saya sempet mbatin, kok bisa ya ada orang yang bisa hidup disini, ehm, lebih tepatnya saya kagum gitu, ada kehidupan yang sekilas saya lihat cukup baik dan teratur di daerah pucuk gunung gini. Padahal ini jauh sekali dari kota, ya sekitar 15km lah. Nggak ada pasar, nggak ada angkot dan nggak rame sama sekali.
Belum lagi saat dosen pembimbing kelompok kami terkenal paling killer diantara yang lain, laporan aja minimak satu rim, keliatan kurang serim pilihannya adalah tambahi atau kalian dapet C!T_T

Perasaan dan pertanyaan inilah yang nantinya menyadarkan saya akan sesuatu.

Tidak ada komentar: