Jumat, 25 Januari 2013

Taken 2-Taken-Jamila dan Sang Presiden

Ini bukan tentang review film-film itu, tetapi sesuatu yang saya rasakan setelah melihat film-film itu. Awalnya saya melihat taken 2, jadi ceritanya pas itu lagi suntuk dan pengen nonton, kebetulan partner nontonnya lebih suka film action, jadi dengan sedikit terpaksa akhirnya milih film ini.
Benerankan, isinya tembak-tembakan semua.
Sereeem, bukan masalah tembak-tembakannya si, masalah segampang itu gitu mati karena ditembak. Ya meskipun mungkin yang ditembak juga jahat si, tapikan serem gitu, bagi saya si serem

Singkatnya, karena ini film sekuel, jadi masih berhubungan dengan film sebelumnya, di film ini, keluarga beberapa orang yang dibantai di film pertama membalas dendam ke tokoh utamanya, mereka menculik tokoh utama dan istrinya, serta mengiris leher istri tokoh utama di depannya, agar si tokoh utama merasakan apa yang dirasakan orang-orang ini. Ya akhirnya tokoh utama dan istrinya si selamat, tapinya jadi banyak yang mati juga. Bahkan sahabat si tokoh utama yang di film pertama tidak membantu tokoh utama juga ikut teraniaya
*pak, nitip doa dong*
*eh?:p

tapi saya suka sama beberapa kalimat yang dikatakan peran utama di bagian akhir, pas adegan hanya dia dan otak pembalasan dendam, kalo ndak salah begini,
Apa kamu memilili anak?
Iya, dua, kenapa
Kalau aku membunuhmu, apa mereka akan membunuhku?
Iya, pasti mereka mengejarmu
Dan aku juga akan membunuh mereka, kamu bisa mengubahnya, aku tidak akan membunuhmu, kamu bisa pulang dan menjalani hidupmu dan menikmati hidupmu dengan anakmu dan cucumu
Tapi anakku Marko sudah kau bunuh, apakah aku harus melupakannya?
Tidak, kau hanya harus menjalaninya, seperti orangtua gadis-gadis yang diculik oleh anakmu
  
Ada dua hal yang saya rasa sesuatu dalam percakapan itu
Pertama saat sang tokoh utama secara ga langsung mengajarkan seseorang untuk menerima hal buruk yang terjadi padanya atau keluarganya dan tidak perlu membalas dendam, karena pembalasan dendam tidak akan pernah berakhir, aku membalasmu, kamu membalasku, aku membalasmu lagi, dan begitulah seterusnya
Yang kedua adalah ketika si tokoh utama menyarankan si pembalas dendam itu untuk menerima kenyataan, bukan melupakannya, kalo saya yang nangkep si, dia harus menerima anaknya dibunuh karena anaknya menyebabkan banyak gadis ilang, yang artinya ada lebih banyak orangtua sepertinya juga. Jadi satu-satunya jalan adalah menerima semuanya dan menjalani kehidupan selanjutnya tanpa mengungkit yang kemaren, karena hidup masih akan terus berlanjut.

Akhirnya meskipun terasa serem karena banyak kematian disini, akhirnya saya bangga dengan kalimat si tokoh utama di bagian akhir itu. Dan jadinya pengen nonton film pertamanya.

Film pertamanya, dengan judul sama, ternyata diputer sekitar 2008, banyak tembak-tembakan juga disini, tapi di film yang pertama ini, menurut saya, lebih sesuatu, mungkin karena saya cewek kali ya.
Taken menceritakan kalau anak si tokoh utama, kebetulan perempuan, sedang berlibur dengan sahabat perempuannya di Paris, dan ternyata di Paris lagi in, jadi turis-turis wanita di Paris diajak untuk patungan naik taksi, lalu setelah tahu tempat tinggal si wanita, komplotan penculik ini langsung menculik wanita-wanita itu, wanita yang sudah tidak perawan disuntikin dengan narkoba dan dijual di sebuah prostitusi terselubung, sedangkan yang masih perawan dijual dengan harga yang lebih tinggi. Di film pertama ini jelas banget bagaimana wanita-wanita ini dipaksa dijual dan juga ada bekas-bekas suntikan di tangan mereka. Mereka sengaja disuntik narkoba biar mau dan mampu dijual. Meski akhirnya anak perempuan tokoh utama selamat, tapi sahabatnya meninggal, kayaknya si overdosis narkoba
Serem ga si?
Niatnya liburan, ketemu cowok ganteng yang mau patungan naek taksi, eh ujung-ujungnya diculik dan dijual, pake disuntikin narkoba lagi.
Keliatan banget kejamnya orang-orang yang nyulik wanita ini dan mencekoki mereka. Jadi serem kalo mau pergi-pergi sendirian. Mereka terorganisir lagi, ada yang bagian nyari alamatnya, bagian nyulik, bagian jual, bagian nyekokin narkoba, bagian jagain jualan dan semuanya, serem.
Dan sebagai penonton cewek ni ya, saya lumayan setuju lah sama apa yang dilakukan tokoh utama, yang bagian nembakin para penculik itu, apa ya, dia udah menghancurkan hidup banyak wanita gitu, daripada dia hidup kemungkinan masi bisa kumat, mending mati aja, toh kalo mereka ga ditembak pasti mereka yang nembakin tokoh utamanya.
*eh?

Lalu, apa hubungannya dengan Jamila dan Sang Presiden?
Sebenernya si ga tahu kalau ternyata taken dan Jamilah ini setipe filmnya, pas itu lagi pengen liat aktingnya atiqah aja, eh tahunya filmnya setipe, yang ini lebih parah sepertinya, lebih bikin saya serem sendiri.
Singkatnya, Jamila adalah sebuah pekerja seks komersial yang secara tidak sengaja membunuh seorang menteri, dia langsung dicap pembunuh dan dihukum mati, ada kata sang presiden di judulnya adalah karena Jamila meminta grasi pada presiden tetapi tidak dikabulkan, Jamila juga dianggap ga bermoral dan semacamnya lah karena pekerjaannya bahkan di demo tiap hari, padahal ni ya, saat diceritakan tentang kehidupan jamilah, kayaknya ga harus de jamilanya dihukum mati.
Jamila ini, masih kecil sudah dijual sama ayahnya, dia sempet bisa kabur, lalu dia dititipkan ibunya ke sebuah keluarga di jakarta, nggak tahunya, entah suami atau anak laki-laki di keluarga ini menyebabkan jamila hamil, dan tetiba mereka mati, entah jamila entah istrinya yang membunuh mereka. Lalu Jamila kabur dan pas kabur ditangkap petugas dan dia ketemu mucikari lagi dan dijual. Jamila ini, bukan dia lo yang pengen bekerja seperti ini. Dan Jamila, punya seorang adik, namanya fatimah, dia bilang ke ibunya saat ibunya menitipkan Jamila ke keluarga di Jakarta agar fatimah dijauhkan dari ayahnya,, Jamila tidak ingin adeknya bernasib sama dengan dirinya. Hingga akhirnya Jamilah menemukan fakta bahwa ada baju berceceran darah milik adeknya, Jamila tahu bahwa adeknya dijual di kalimantan, dan dia sangat amat menyesal karena tidak bisa menyelematakan adeknya. Oia, di salah satu perkataan Jamila, dia juga menyebutkan bahwa wanita-wanita yang dijual, dicekoki oleh narkoba agar mereka bisa tahan samapi pagi.
Lebih serem karena jumlah wanita yang diperdagangkan terlihat jauh lebih banyak di film ini dibanding di taken, dan di film ini, nggak ada tokoh utama seperti di taken, yang mampu membunuh para penculik itu, yang berarti sampai sekarang, perdagangan manusia masih banyak. 
Memang si Jamila membunuh menteri, jadi (mungkin) pantes buat dihukum, tapi kenapa ya ga ditanya dulu, kenapa menterinya ada di hotel bareng Jamila?
Dan disini juga diliatin kalo demo-demo yang ada itu kadang cuma suruhan dan dibayar, jadinya ga perlulah peduliin demo-demo gitu
*eh?

Coba ya tokoh utamanya taken ada di Jamila dan Sang Presiden ini, mungkin perdagangan perempuan bisa lumayan berkurang
*sumpah ini impian geje saya*

Tidak ada komentar: