Jumat, 08 Februari 2013

Permen Karet

Permen karet itu awalnya punya rasa, biasanya si manis, tapi nanti kalo uda nggak ada rasanya dibuang.
Mirip pepatah atau kalimat habis manis sepah dibuang.
Kenapa ya harus dibuang? Kenapa ga ditelen aja kayak permen lainnya?
Kalo ditelen namanya chewy candy kali ya, bukan permen karet
#apasi

Jadi permen karet itu gimana ya rasanya?
Seneng karena bisa bikin orang merasakan rasanya
Ato justru sedih karena saat rasanya ilang dia dibuang?
Kayaknya permen karet bisa milih deh, mau membuat dirinya jadi berharga dengan merasa kalo keberadaannya itu sangat berfungsi bagi orang, ato mau mebut dirinya terasa sia-sia karena menyesali nasibnya yang dibuang setelah dia tak berasa.

Yup, rasa itu pilihan
Suka atau duka
Tangis atau tawa
Bahagia atau terluka
Kalo saya si percayanya, semua itu seimbang, dalam tiap suka ada duka juga, begitu juga dalam tiap duka, pasti ada suka juga.
Saat menyukai sesuatu, bisa jadi sesuatu itu juga bisa membuatmu berduka, semacem itulah

Mungkin semua orang pernah juga merasa jadi permen karet, sakit jelas pasti lah kerasa. Tapi bukannya memang permen karet itu diciptakan tujuannya cuma diambil manisnya aja?
Dan bukannya kalo tujuan sudah tercapai bisa disebut sukses? Means, kalo kita jadi permen karet berarti kita sudah sukses membuat orang lain merasakan manis?
Kalo gitu, masi harus nangis sambil guling-guling kah saat merasa jadi permen karet?
Boleh kok nangis, tapi abisnya itu bahagia ya, minimal bangga lah, bisa jadi orang yang berguna bagi orang lain. Meski mungkin orang lain udah ga peduli lagi sama kita, meskipun orang lain melupakan kita, biarkanlah. Paling tidak kita pernah berguna bagi dia, meski mungkin ga berguna-guna banget si.
Mungkin dari jadi permen karet kita diajak untuk belajar ikhlas. Ikhlaskah kita membantu orang lain. Kan kalo ndak salah ada kalimat, ikhlas itu adalah ketika kita berbuat baik dan kita melupakannya. Jadi saat merasa jadi permen karet, kita lagi diuji, kita ikhlas atau masih pamrih saat bantu orang lain.

Tapi ga berarti saya memperbolehkan menjadikan orang lain permen karet lo!
Saya hanya ingin meyakinkan kalau saat kita merasa jadi permen karet, kita ndak boleh terpuruk atau bahkan jadi ngungkit2 apa yang pernah kita lakuin ke orang itu. Dan kalau bisa, jangan pernah bikin orang di sekitar kita merasa mereka jadi permen karet kita. Ingatlah mereka jangan hanya ketika kita merasa pahit dan butuh sesuatu yang manis dari mereka, tapi ingatlah juga mereka ketika kita juga merasa manis. Karena manis+manis itu ndak selalu bikin diabetes kok
:)

Dan silaturahmi itu, indah

Tidak ada komentar: