Jumat, 26 Desember 2014

Desember 2014

Jarang banget mikir renungan akhir tahun itu penting, karena mikirnya yang paling penting adalah hasil renungan itu, mau cuma dibiarin atau diperbaiki. Apalagi waktunya, banyak orang pada punya resolusi tahun baru, kalau saya pribadi, ya kalau mau punya resolusi, nggak perlu nunggu tahun baru lah ya.

Tapi akhirnya, tahun ini, kayak nelen ludah sendiri, bikin juga renungan akhir tahun.

Ada teman baik yang menyebut salah satu bulan (saya lupa bulan apa, red) adalah bulan-bulan terberat, karena tiga tahun terakhir, di bulan yang sama dia merasakan sedang dicoba

Kalau misalnya saya harus mengeluarkan statement serupa, mungkin saya menyebut desember 2014 adalah bulan terberat
Atau sekalian 2014 ya? :p

Banyak konflik yang berat rasanya memang,
Sampai berada di keadaan males semalesmalesnya males
*nah loh kayak apa itu*

Tapi perbincangan dengan seorang menyadarkan saya
Alhamdulilaah Allah ngasih saya kesempatan untuk bertemu dia
Alhamdulilaah dia selalu menyediakan waktu untuk mendengar keluhan2 saya
Terimakasih ya kamu
Iyya kamu
#eh?

Satu pertanyaan kepada dia yang dia jawab tanpa perlu waktu yang lama, menyadarkan saya atas "keberatan" bulan ini

Bukan tentang mereka, tapi tentang saya
Yang kurang bersyukur

Kalaupun saya tidak disini, tidak ada yang menjamin kalau saya tidak akan mengalami seperti yang dialami sekarang

Kalaupun saya tidak disini, tidak berarti juga saya akan selalu baik-baik saja

Kalau saya tidak disini, terus saya dimana dong?
#eh?

Kalaupun harus kecewa karena berpisah dengan seseorang,
Tidak perlu menyalahkan pertemuan, atau mengeluhkan kenapa pertemuan harus berakhir dengan perpisahan. Tapi yang harus dilakukan adalah bersyukur, bersyukur karena pernah dipertemukan.
Karena langsung tidak langsung, baik tidak baik, pasti ada pelajaran dari setiap pertemuan.
Ambil saja baiknya, lupakan yang tidak baiknya

Kalaupun harus kecewa karena keegoisan seseorang.
Tidak perlu dicari bagaimana membalasnya, bagaimana menyadarkannya atau bagaimana menghindarinya. Tapi mungkin harus pakai jurus cuek bebek. Cukup tahu sifatnya, jangan diambil hati, apalgi diambil jantungnya. Apapun yang dilakukan seseorang, pasti ada balasannya kok.

Kalaupun harus kecewa karena merasa tidak dihargai. Senyum sajalah, yang paling penting bukan pandangan atau "harga" dari orang lain, yang paling penting adalah melakukan semua dengan baik dan benar, sesuai ketentuan agama pastinya.


Kamu
Iyya kamu
Terimakasih ya
Untuk harapan barunya

Kamu
Percakapan itu
Tempat itu
Dan harapan baru itu
Menutup desember dan tahun ini dengan indah dan penuh syukur

Terimakasih

2 komentar:

Unknown mengatakan...

ini ngomongin bebek?

dhiyan kisno mengatakan...

ehm, bebek bukan ya?