Minggu, 10 Agustus 2014

Celetuk


WARNING!!!
Ini murni curhatan seorang penulis, jikalau ada yang merasa tersinggung, ya mungkin kamulah yang memang melakukan, dan jika tidak mau membuang waktu, lewatkan saja post ini!
Gitu aja kok repot
;)

Saat yang berat adalah ketika harus menjaga banyak perasaan tapi perasaan sendiri (terpaksa) diabaikan
(saputri, 2014)

Ada banyak tipe orang di dunia ini, banyak pula orang yang mengelompokkan tipe-tipe orang, lebih simpelnya mungkin saya akan ikut mengelompokkan, menjadi tipe orang yang benar-benar baik dan orang yang berusaha baik.

Dua bulanan yang lalu, ada yang ragu saat memberi saya tanggung jawab. Saat itu kalimatnya kalau misalnya dimasukin hati, ngejleb banget.
Tapi diantara sekian banyak opini yang saya cari, dari sekian banyak tamparan atau elusan yang saya dapat, saya dapat satu quote yang keren,
Buktikan kalau kamu  bukan seperti apa yang dia ragukan!
Lalu saya membuat quote sendiri
Jika kamu marah atau bahkan sampai mundur karena keraguan atau pendapat yang ditujukan untukmu, saat itulah kamu membenarkan keraguan atau pendapat itu.

Dan karena merasa saya bisa, maka saya juga harus membuktikan kalau keraguan itu salah, pastinya, itu tidak mudah lah, tapi saya berusaha semaksimal mungkin.
Paling tidak, kalau belum maksimal, adalah perubahan yang menunjukkan kalau ada usaha, bukan hanya niat 

 sumber: DP contact di BBM, namun saya lupa siapa

Sering banget memperbaiki tiap kali dianggap salah
Sering banget mencoba lagi tiap kali dianggap gagal
Sering banget hampir menyerah, tapi tak ingin semua selesai
Alhamdulilah semua bisa terlewati
Meski sering jungkir balik, meski sering nangis, meski sering dapat jackpot
Hingga akhirnya saya mendapatkan pengakuan dari pemberi tanggungjawab itu.
Sejujurnya, bukan itu yang saya cari, tapi saat ada yang mengakui, bohong banget kalau saya ndak bahagia
Alhamdulilah

Pengakuan itu bukan akhir segalanya, malah awal, awal pembuktian apakah pengakuan itu bisa dipertanggungjawabkan atau bukan
Apakah akan terlena dengan pengakuan sampai berhenti berusaha
Atau mau lanjut usaha karena memang tujuan usahanya  bukan hanya sebatas pengakuan
#tsaah
 
Benar saja, cobaan pertama datang,
saat muncul satu kalimat mak jleb orang itu sedang dipuji, biasa dia lagi cari muka.
Dan saya, nangis dong dengernya
*Sambil mojok di ujung perpustakaan*
Ah, hati saya ini, masih kayak anak kecil aja, dikatain langsung nangis.

Bukan tentang muka saya yang ilang, tapi tentang sampai keluarnya kalimat itu
Ah berada di posisi ini ndak segampang dia nyeletuk itu
Dia tahu ndak ya seberapa sering saya memperbaiki
Kalau logikanya jalan, mungkin kalimat itu bisa tak muncul
Alhamdulilah kalimat itu muncul, saya jadi (agak) percaya dengan suatu tulisan,
  sumber: DP contact di BBM, namun saya lupa siapa

Tapi ingin revisi juga sih,
Ketika kamu berhasil, teman-temanmu akhirnya tahu siapa kamu, dan kamu juga bisa tahu mana yang benar-benar teman kamu

Ketika mau menyerah saja, saya ingat kembali dengan quote saya sendiri
Sudahlah, bukan penilaian dia tujuan saya, jadi biar dia berkata apa, kan katanya anjing menggonggong, yang cantik tetap cantik, eh anjing menggonggong kafilah berlalu
Sudahlah, mau sesakit apapun celetukan yang ada, kalau itu tidak benar untuk apa saya sakit hati?
Sudahlah, meskipun ada orang yang bahagia dengan keberhasilan saya, tapi pasti ada juga yang tidak bahagia dengan kesuksesan saya
Dan terakhir, sudahlah, kalau kamu mau, saya mau kok tukeran tempat :)


Paling akhir, meski mungkin tidak merubah apa-apa, hanya ingin mengkonfirmasi,
muka saya ndak hilang kok, tapi terimakasih mengingatkan kalau kelakuan saya seperti orang yang kehilangan muka

Tidak ada komentar: