Secara umum, aksara jawa itu seperti ini, sebelumnya maaf
kalau harus melihat tulisan manis saya
#gagalnarsis
Aksara jawa itu kebanyakan ditujukan untuk vokal a, tapi
aslinya, berdasarkan logat jawa, a itu oengucapannya o, jadi misal tulisan
dina (hari, red) tulisannya memang
menggunakan vokal a, tapi dalam pengucapannya menjadi dino, seperti ini
Beda dengan tulisan podho (sama, red), karena tulisan dan
pengucapan sama, maka aksara jawanya jadi
Untuk penulisan vokal lain, dalam aksara jawa perlu
ditambahkan tanda-tanda ini
Aksara jawa ini agak susah lo, kalau misalnya ada huruf mati
apa ya namanya, pokoknya yang memakai huruf mati saja tanpa huruf hidup setelah,
maka nulisnya harus pakai pasangan, jadi kalau misal kita mau nulis ngasta (membawa,
red) jadinya
Emang sih, kalau nulis aksara jawa lebih baik tulisannya
dalam bahasa jawa, jadi kalau mau ingat-ingat aksara jawa, kudu ngerti bahasa
jawa juga. Meski namanya aksara jawa, tapi saya ndak mengerti apa benar di
seluruh pulau jawa aksara jawa sama seperti ini. Selain menggunakan pasangan,
ada beberapa konsonan yang memang sudah ada dalam aksara jawa, jadi saat
menuliskannya tak perlu pakai pasangan, konsonan itu yaitu
Jadi kalau misal mau nulis lidah, ngerti dan kesel jadinya
Ada lagi perkecualian untuk beberapa konsonan seperti
Susah juga ya aksara jawa?
Memang sih, makanya kadang saya ndak apal atau lola kalau
baca aksara jawa, tapi kalau lagi di jogja, bisanya saya gampang bacanya,
karena biasanya nama jawalan di jogja ada aksara jawa dan tulisan latinnya,
mirip sama palang jalan di kepanjen ini
Lalu kenapa tetiba bahas aksara jawa?
Aksara jawa ini mampu membuat saya tersenyum jaman masih
galau karena proposal yang bikin tiap malam di bulan november saya diisi dengan
alergi yang selalu kumat. Saat itu, seseorang mengingatkan saya kalau jawa
memiliki peninggalan budaya yang perlu dilestarikan, karena jaman sekarang
sudah banyak yang lupa aksara jawa, jadi dia ngajakin untuk melestarikan budaya
jawa ini. Awalnya sih dia nantangin apa
saya masih bisa baca dan nulis aksara jawa, ujung-ujungnya saya bisa tapi
dianya ngaku ndak bisa.
Hiyaaaaaaaa
Pengen bilang, tiwas
aku ngapalno dan ngebiasakno baca tulis aksara jawa, eh kamunya mek bilang kamu
ndak bisa
Tapi ndak jadi deh, ndak ada kata tiwas atau terlanjur yang
merupakan ekspresi menyesal karena ada unsur sia-sia. Karena meski akhirnya dia
ndak bisa baca atau ndak mau baca atau ndak ngerti maksud aksara jawa yang saya
tuliskan, paling endak saya masih bisa nulis aksara jawa (lagi), masih ngerti
kalau aksara jawa itu sulit.
Herannya, adek saya mahir gitu aksara jawa, awal-awal
belajar (lagi) nulis aksara jawa, saya masih banyak salah, yang harusnya pakai
pasangan saya malah pakai pangkon, yang unilah, itulah, adek saya ngerti maksud
saya tapi dia juga marahin saya kalau saya salah nulis, haha
Berkat belajar aksara jawa ini, alergi jadi ndak sering
kumat lagi, karena tiap mulai seteres mikir tesis, saya nyari hiburan dengan
belajar ini. Seru lo mempelajari sesuatu yang dulu kita bisa tapi sekarang lupa
ini.
Jadi buat kamu, baca yaa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar