Kamis, 15 September 2011

Life Must Go On

tulisan ini hanya beberapa kalimat yang menceritakan perasaan saya sekarang, akhir-akhir ini tepatnya.

Saya, sejak tanggal 12 lalu, menjadi salah seorang dari 15 orang beruntung yang memiliki ksempatan untuk belajar dan berusaha bersama untuk mendapatkan gelar master. Ada disini sebenarnya bukan mutlak keputusan saya, jika dipersenkan, mungkin 55% keinginan orang tua saya dan 45% keinginan saya. Mungkin saya juga masih mengambil presentase yg besar, karena saya juga lah yang menentukan master apa yang saya inginkan dan dimana saya ingin meraihnya.

Tapi jujur dari lubuk hati paling dalam, saya tidak 100% menginginkan ini.

Mungkin banyak orang yang menginginkan posisi saya sekarang, tapi justru saya yang mendapatkan posisi ini ingin melepasnya. Mungkin memang saya kurang bersyukur. Astagfiruloh, ya Allah, ampuni aku.

Bukan saya tidak bersyukur, saya hanya sedang butuh tambahan semangat dan keyakinan yang bisa membuat saya bisa benar-benar percaya diri untuk melangkahkan kaki di jalan ini.

3bulan yang lalu, saya masih menikmati pekerjaan saya, menikmati uang yang saya dapatkan dengan jerih parah saya sendiri, menikmati hidup sebagai seorang karyawan. Meneruskan pendidikan master memang ada dalam pikiran saya. Pertama karena orang tua saya menginginkannya, dan sebagai anak yang masih mempunyai kewajiban untuk berbakti dan menyenangkan orangtua, saya merasa harus melaksanakan keinginan orang tua saya, toh juga keinginan ini positif. Tapi, sama sekali tak terpikirkan jika akan secepat ini. Sekali lagi, saya masih menikmati hidup saya sebagai seorang karyawan. Kedua, karena memang saya merasa butuh kemampuan master, karena terselip keinginan untuk menjadi seperti orang tua saya, dosen, dan untuk itu, akan lebih baik jika telah memiliki gelar master. Ketiga, karena jika hanya menjadi sarjana di bidang saya, saya merasa lapangan kerja masih minim. Setahun berkelana, yang saya dapatkan jika dunia lebih membutuhkan diploma atau sarjana kesehatan yang lain. Tapi sekali lagi, pekerjaan saya saat itu, sudah membuat saya nyaman dan tak memikirkan saya akan menempuh master dalan waktu secepat ini.

Saat itu, seorang teman mengajak saya untuk melanjutkan master, hampir bersamaan dengan orang tua saya yang menanyakan kapan saya melanjutkan master. Untuk itu, sambil refreshing, (refreshing di kampus, hanya orang-orang aneh yang menganggap ini refreshing), saya mencari informasi tentang program master ini. Sebenarnya, ketika itu, pendaftaran resmi program ini sudah ditutup, tetapi karena ada pengunduran jadwal, akhirnya pendaftaran masih dibuka sampai seminggu setelah saya menanyakan info itu.
Ya, waktu saya untuk memenuhi semua syaratnya hanya seminggu, meski ada beberapa syarat yang boleh menyusul.
Legalisir ijazah dan transkrip, foto dan beberapa syarat lain, sudah ada. Selanjutnya, surat rekomendasi dari dosen yang minimal memiliki golongan 4. Umumnya, beberapa calon mahasiswa akan mengejar dosen yang dulu membimbingnya pada tugas akhir atau bahkan sekjur atau kajur mereka, tapi saya, dengan santainya menggunakan rekomendasi dari ayah dan ibu saya yang kebetulan juga dosen golongan 4, meski orangtua saya memiliki latarbelakang bidang yang berbeda dengan saya.
Dan inilah yang membuat saya merasa saya termasuk orang beruntung, karena saya, termasuk dalam 15 orang dari 19orang pendaftar yang diterima di program ini. Tapi menjadi beruntung tak semata-mata membuat saya merasa saya memang pantas disini. Karena saya masih merasakan nyaman dengan status karyawan, bukan mahasiswa.

Boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu.
Ayat Al Qur'an ini cukup memotivasi dan meyakinkan saya bahwa yang terbaik bagi saya memang ada disini. Tapi tetap saja, ada sesuatu, yang mengganjal dalam hati saya, yang membuat saya ingin pergi dari sini. Saya tahu itu mungkin hanya kemungkinan kecil. Tapi sekecil apapun, masih saja kemungkinan itu bisa terjadi. Dan saya tak ingin kemungkinan itu terjadi, hingga saya masih merasa iingin kabur dari sini.

But, life must go on, saya harus memikirkan dan merencanakan apa yang harus saya lakukan sekarang dan besok. Tidak hanya berkutat dengan pertanyaan mengapa saya ada disini saat ini. Pertanyaan itu, sampai saat ini masih berputar dalam pikiran saya. Saya tahu jawabannya, yaitu karena ini jalan yang terbaik bagi saya, tapi saya masih butuh extra semangat untuk meyakinkan saya dengan jawaban itu.
Life must go on!
Tapi rasanya saya tak ingin go lewat jalan ini.
Ya Allah, sama sekali tak pernah terfikir untukku untuk tak bersyukur dengan jalanMu ini, aku hanya ingin aku benar-benar bisa meyakini ini yang terbaik Ya Allah.

Tidak ada komentar: