Aku tahu untuk datang dan pergi ke suatu tempat, termasuk ke kehidupan orang lain adalah sebuah hak. Yang berarti kita bisa seenaknya, tidak harus untuk datang tapi juga boleh pergi kapan saja. Tapi bukannya hak orang, bahkan hak asasi seseorang itu juga harus memperhatikan hak orang lain ya?
Memangnya saat kamu dateng ke kehidupan seseorang, kamu bisa gitu seenaknya pergi dari kehidupan orang itu?
Ok, kamu punya hak untuk itu, tapi bukannya kamu juga punya hati ya? Apa kamu nggak ngerasain apa yang akan dirasain orang itu kalau dengan gampangnya dateng dan pergi dari hidupnya?
Saat seseorang datang ke kehidupan kita, baik dengan niatan baik atau jahat sekalipun, pasti kita akan memberikan respon untuknya. Sedikit mengaitkan kejadian datang dan pergi seseorang dalam hidup kita dengan sistem kekebalan tubuh kita. Saat antigen atau bahan asing yang masuk ke tubuh kita, sistem kekebalam tubuh kita sudah memiliki mekanisme yang akan merespon antigen atau bahan asing itu, bila antigen atau bahan asing itu dikenali sebagai kawan, maka dia akan masuk ke tubuh dengan baik, tapi bila antigen atau bahan asing itu dikenali sebagai lawan, maka sistem kekebalan kita akan berusaha dengan kerasnya hingga antigen atau bahan asing tidak menyebabkan infeksi atau penyakit bagi tubuh kita.
Tapi apa perasaan seseorang mampu melakukan mekanisme seperti sistem kekebalan kita?
Sistem kekebalan yang dimiliki manusia ada dua, sistem kekebalan alami dan adaptif/didapat. Sistem kekebalan alami akan memproses semua jenis antigen atau bahan asing, dia tidak bisa spesifik dan tidak punya memori terhadap antigen atau bahan asing yang pernah dia proses. Berbeda dengan sistem kekebalan adaptif/didapat, dia spesifik terhadap 1jenis antigen atau bahan asing dan punya kemampuan memori atau mengingat antigen atau bahan asing yang pernah dia proses. Jadi, jika sekarang ada antigen atau bahan asing yan masuk, kemudian diproses oleh sistem kekebalan adaptif/didapat, saat esok antigen atau benda asing itu datan lagi, sistem kekebalan adaptif atau didapat akan langsung mengenalinya dan memprosesnya.
Jika ada orang yang datang dalam kehidupan kita, siapapun dia, baik atau kurang baik, kita anggap mereka sama dan kita memperlakukan mereka dengan sama pula, mungkin kita mengikuti cara kerja sistem kekebalan yang alami.
Tapi apa bisa kita berlaku seperti itu?
Jika yang datang adalah orang yang kurang baik, dan kita tahu itu, apa bisa kita tetep bersikap baik padanya?
Seseorang pernah berkata padaku, seorang bisa saja berubah, mungkin sekarang dia bukan orang baik, tapi apabila kita tetap baik ke dia, mungkin dia akan menjadi baik. Mereka munkin butuh waktu untuk berubah, dan akan lebih baik bila kita memberikan kesempatan itu. Jadi tidak ada salahnya kita tetap berbuat baik padanya, seperti yang disarankan oleh pendahulu kita, bila ada seseorang yang menyakitimu, maka maklumi dia, maafkan dan doakan dia.
Kembali ke masalah datang dan pergi, billa kita mampu menerima semua jenis orang dan tetap memperlakukannya dengan baik, bagaimana jika dia pergi?
Ada banyak jenis orang yang datang dan pergi dalam hidup kita, munkin bisa dikelompokkan menjadi seperti berikut:
§ Jika dia datang dengan baik maka akan pergi dengan baik pula, meski tidak ada yang menginginkan perpisahan, tapi saya yakin, sesakit apapun perpisahan ini, akan ada hikmah dibalik itu. Dia termasuk orang baik dan bila dia benar-benar orang baik, maka dia akan meninggalkan nilai-nilai yang juga baik dalam hidup kita.
§ Jika dia datan dengan niat baik, namun pergi dengan keadaan atau cara yang kurang baik, yang dengan gampangnya menggunakan haknya untuk bisa datang dan pergi sesuka hatinya, maka dia menjadi orang yang kurang baik, tidak menutup kemungkinan kamu yang menyebabkan dia seperti itu.
§ Jika dia datang dengan niat kurang baik namun mampu pergi dengan keadaan atau cara yang baik, berarti sekarang dia adalah orang baik, kamu mampu membuatnya sadar, dan secara tidak langsung kamu telah membagi nilai yang baik padanya.
§ Jika dia datang dengan niat kurang baik dan pergi dengan keadaan atau cara yang kurang baik pula, maka munkin dia meman tipe oran yang kurang baik, berkesempatan ketemu dengan dia tidak merubah apapun dalam hidupnya dan hidupmu.
Bagaimanapun cara seseorang datang dan pergi dari hidup kita, ketika dia datang, ada respon dalam perasaan kita, entah suka atau tidak suka, kita akan menata perasaan kita, hingga akhirnya kita memutuskan apa respon kita padanya. Tak ada yang memaksa kita melakukan itu, namun kita sendiri yang melakukannya. Begitu pula ketika dia pergi, kita juga akan meresponnya.
Bila respon terhadap kedatangannya baik, bisa saja respon terhadap kepergiannya juga baik, tapi jika kepergiannya dengan cara yang kurang baik, menurut saya, kita akan sulit meresponnya. Bila kita merespon baik, hati kita mungkin tak sependapat, karena luka sempat ada di hati. Tapi jika kita merespon kurang baik, hati kita mungkin masih tak sependapat, karena sesuatu yang baik, janggal rasanya bila berakhir dengan kurang baik.
Dan respon untuk kepergian ini, akan terasa lebih berat daripada respon kedatangan.
Lalu, setelah respon kepergian diputuskan dan mampu dilewati dengan baik, bagaimana jika dia datang lagi? Apa untuk kedatangan yang kedua ini respon kita akan sama dengan kedatangan yang pertama?
Jika menganut prinsip sistem kekebalan adaptif/didapat, yang memiliki sistem memory, maka respon akan sama dengan pertama kali datang.
Bagaimana dengan perasaan kita?
Ada yang bilang kepada saya, just let go, yang dulu-dulu diikhlaskan saja, tidak ada guna juga sakit hati, semakin kita memaafkan, hati kita semakin lapang. Saya setuju dengan kalimat ini. Keikhlasan, iya, hanya itu yang mampu melunturkan semua rasa sakit, mampu memaafkan sesuatu yang mungkin sulit untuk dimaafkan, namun, sangat sulit untuk dilakukan. Tidak semua orang mampu ikhlas, tapi bagaimanapun itu, jika kita bisa ikhlas, memang akan ada rasa tenang dalam hati ini! Try it! J
Ada pula yang berkata, dia pernah menyakitiku dengan caranya seperti itu, datang dan peri seenaknya, luka itu belum kering. Tapi aku sudah memaafkannya, hanya tak ingin menerima kedatangannya lagi. Saya sebenarnya tidak begitu paham dengan ini. Kalau memang sudah memaafkan, kenapa tak mau menerima kedatangannya lagi? Atau dia belum benar-benar ikhlas? Aku tak tahu. Tapi jika saya coba merasakan, mungkin bukan karena belum ikhlas, hanya saja dia takut ketika seseorang itu datang lagi ke kehidupannya, hanya untuk membuatnya luka kembali, seperti ketika itu.
Dia, atau siapapun, termasuk saya sendiri, memang berhak untuk datang lagi, tapi mengapa?
Mengapa jika memang dia tetap ingin ada dalam kehidupan ini, mengapa dia harus pergi?
Jangan sebutkan hanya karena tantangan sebagai jawabannya, karena itu pasti menyakitkan.
Jangan sebutkan karena ingin melihat sikapmu yg sebenarnya sebagai jawaban, karena itu bukan caranya
Dan jika jawabanmu adalah karena itu caramu menguji kesetiaannya, maka kau justru akan menyakitinya.
Kau boleh datang, pergi, datang lagi, pergi lagi, begitu seterusnya, sesukamu.
Itu hakmu.
Tapi perlu kau tau
Itu bisa menyakiti
Dan jika kau tahu rasa sakit itu
Kau pasti tak akan mau merasakannya
Hidup adalah pilihan, kita sendiri yang menentukan pilihan itu. Denan menimbang-nimbangnya pastinya. Akan lebih baik, jika pilihan hidup kita berhubungan denan hidup orang lain, kita mampu memilih pilihan yang mampu membuat kita bahagia, tanpa menyakiti orang lain itu. Meskipun setiap orang punya sisi keegoisan sendiri-sendiri, tak ada salahnya jika kita tetap mencoba merasakan apa yang dirasakan orang lain ketika berhadapan dengan kita, sehingga kita mampu untuk berjalan dengan baik, tanpa harus menyakiti orang lain. Jika kita ingin berjalan baik namun tak mau melihat perjalanan orang lain yang mungkin berhubungan dengan perjalanan kita, kita benar-benar orang yang egois.
Tak ada salahnya bicara dengan orang yang ada dalam hidup kita untuk membahas jalan terbaik dalam hidup kita, dan kalaupun nantinya jalan terbaik adalah dengan sedikit menyakitinya, paling tidak, kita sudah mencoba mencari jalan terbaik bersama dia.