Senin, 10 November 2014

Berantakan


Pulang kemarin bener-bener dalam keadaan yang ”nggak banget”
Jiwa belum benar-benar fit, raga ikut-ikutan nggak fit
Tangan kanan terkilir, kaki kiri memar sampe biru gara-gara ketatap (kepentok, red)  tatakan kaki motor, jerawat lagi pada panen di muka

Sebenernya sudah amat tahu kalau pulang dalam keadaan seperti ini pasti ibu akan “marah”
Tapi biarin ah, udah bosen ini di perantauan

Benar saja, ibu langsung protes dengan keadaan saya
Ibu : Kamu kenapa?
Me: Biasa Bu, males dicampur biyayak’an
Ibu : Gara-gara masalah sama seseorang?
Me: Enggak Bu, ini tangan kekilir gara-gara angkat galon, kalo kaki ketatap, jadi waktu itu buru-buru, takut telat ngantornya kan, jadi pas cepet-cepetan ketatap, kalo muka, ya memang lagi banyak kerjaan aja, ga sempet  bersihin muka
Ibu : Punya badan dirawat dong Nduk, wong dikasih sempurna sama Allah tinggal ngejaga aja kok nggak mau
Me : Iya Bu, ini dijaga kok
Ibu : Ya kalau dijaga nggak mungkin sehancur itu, gara-gara bermasalah sama seseorang ya? Kamu kenapa bermasalah sama seseorang?
Me: Dia kok Bu yang cari masalah, orang punya punya kesepakatan, nggak ada angin nggak ada ujan timbul itikad megingkari kesepakatan, tanpa penjelasan, ya dia dong yang salah
Ibu : Kamu sudah nyoba nanya kenapa??
Me: Buat apa? memastikan dia tidak beritikad baik?
Ibu: Kamu itu jangan emosian to Nduk, tiap orang punya alasan untuk melakukan sesuatu, jangan mudah ngajak orang berantem, kan kalian juga pernah punya kesepakatan, berartikan diawalinya baik-baik, masak iya berakhirnya gini? Kayaknya kamu tahu deh penyelesaian masalah yang baik-baik itu gimana
Me : Aku sudah mencoba menyelesaikan dengan baik-baik ya Bu, ancen dianya aja yang ndak bisa diajak baik, emang udah dari sononya kayaknya dia begitu, diajakin baik-baik ndak mau
Ibu : Kamu kali yang terlalu egois, ndak bisa atau ndak mau  mengerti orang lain
Me: Ibu kok belain dia?
Ibu : Ibu hanya ingin mengajarimu melihat dari sisi dia, kadang sesuatu harus dibicarakan sejelas-jelasnya lho Nduk
Me: Ibu, kalau dia beritikad baik, dia lah yang pastinya akan menjelaskan, atau paling ndak dia meminta penjelasan, pro aktif gitu, ndak cuma diem dan menerima aja nyatanya? Dia biasa aja, memang tidak beritikad baik dianya, dianya ndak tanggungjawab Ibu
Ibu : Yaudah, sabar, lain kali jangan berharap terlalu tinggi sama orang, kalau orang mau berharap sama kamu dengan kemampuanmu tidak apa-apa, jangan sebaliknya. Kalau kamu bisa selesaikan sendiri, ya ndak papa selesaikan sendiri, tapi jangan pernah ngeluh, kan kamu sendiri yang pengen sendiri.
Me : iya Bu

Memang, masalah dengan orang ini sempat membuat saya berantakan
Berkali-kali nolak kenyataan
Berkali-kali nyoba untuk nyari celah kemungkinan harapan terkabul
Ah, manusia, terkadang terlalu banyak jenis sifatnya
Terlalu susah mencari sikap yang tepat untuk mengatasinya

Fase denial kadang masih terasa sampai sekarang
Bedanya sekarang sudah bisa menerima

Nggak mungkinkan Allah ngasih jalan yang tidak terbaik?\

Mungkin wajar sesaat merasa, ini bukan terbaik
Tapi terbaik itu memang kadang tidak bisa dirasakan LANGSUNG
Apalagi kalau sebelumnya penilaian terbaik kita beda dengan kenyataan
Saya ingat saat sahabat saya bilang, apa yang membuat kamu nangis sekarang, pasti akan jadi alasan kamu tersenyum suatu saat nanti

Satu kalimat dari adek saya yang membuat saya menyesal menyebut kata hidup saya berantakan,
Tidak ada yang namanya hidup berantakan itu. Semua orang itu hidupnya rapi, kalau berantakan berarti menghina yang membuat hidup

Mak jleb
Tapi saat itu juga saya sadar kalau saya salah besar
Salah untuk tidak menyukuri orang yang tidak baik pergi dari hidup saya segampang ini
Salah untuk tidak menyukuri kalau orang yang bertahan adalah orang yang benar-benar sayang

Saya memang berharap, sambil berdoa kalau misal seseuatu akan merubah kemauan dan kemampuan seseorang
Tapi ternyata kalau orangnya ndak mau, ya mungkin ndak cukup ampuh
Jadi yasudah
Yang bisa dirubah adalah harapan
Berharap kalau urusan dengan orang lain, belum tentu berakhir seperti kalau kita yang melakukan sendiri
Kita tahu kemauan dan kemampuan sendiri
Tapi tak pernah tahu pasti kemauan dan kemampuan orang lain
Mungkin yang berantakan hanya sebuah rencana, kayak lagunya sheila on 7
Lihat apa yang terjadi
Dengan semua rencanaku
Hancur semua berantakan
Dia berjalan keluar dari semua dari lingkaran hidupku
Bebas kulepaskan dia

Tidak ada komentar: