Senin, 22 Agustus 2011

DULU

Tulisan ini sebenarnya adalah sebuah puisi, yang disertai dengan alas an dan kejadian yang melatarbelakngi pembuatan puisi itu sendiri. Tulisan ini ingin menceritakan perasaan hati orang yang mengilhami adanya puisi ini dan beberapa opini yang ada ketika melihat orang yang mengalami kejadian ini.
Dan puisi ini hanyalah untaian kata yang asih berantakan yang tidak dijamin keindahannya.

DULU

Aku tak peduli
Penilaian kurang baik mereka padamu
Aku tak ambil hati
Cacian mereka terhadapmu
Meski kadang perlakuanmu
Menguatkan itu
Aku tetap menunggumu
Hingga kau penuhi janjimu
Aku percaya padamu
Walau semua orang meragukanmu
Dan bila aku harus menyesal nanti
Biarlah itu menjadi pelajaran untukku

Puisi ini berisi sedikit rasa seseorang yang mau membuang-buang waktunya untuk menunggu seseorang, sebenernya puisi ini masih belum lengkap, karena belum ada alas an kenapa dia tetep dengan pendiriannya untuk menunggu.
Puisi ini berjudul dulu karena memang itu terjadi di waktu dulu, dan kejadian waktu sekarangnya adalah sebuah penyesalan karena kebutaannya di saat dulu.

Mungkin banyak orang yang pernah menunggu seseorang dalam hidupnya. Puisi ini ingin menggambarkan bahwa seorang yang mau menunggu seseorang, bukan berarti dia orang bodoh yang hanya membuang waktunya untuk sesuatu yang belum jelas akhirnya dan menurut kebanyakan orang, adalah sia-sia. Puisi diilhami dari beberapa cerita tentang penungguan seseorang.

Menunggu, kalau melihat di http://kamusbahasaindonesia.org/menunggu, definisinya adalah[v] (1) tinggal beberapa saat di suatu tempat dan mengharap sesuatu akan terjadi (datang): dia ~ ibunya yg sedang ke pasar; (2) tinggal sementara untuk merawat, menjaga (barang-barang, rumah, orang sakit, dsb); menunggui: suami istri itu tinggal ~ dan memetik hasil ladangnya; (3) menantikan (sesuatu yg mesti dating atau terjadi); menunggukan: hidup di dunia hanyalah ~ giliran dipanggil Tuhan; (4) mengharap: sebenarnya sudah lama saya ~ uluran tangan Anda; (5) mendiami; menghuni; menunggui: dialah yg ~ rumah saya selama dua tahun; hantu yg ~ pohon beringin itu sudah dipindahkan.
Untuk kasus ini, menurut saya definisi yang tepat adalah yang pertama, tapi untuk orang ini, sebut saja namanya warten (menunggu dalam bahasa jerman) definisi yang tepat adalah yang nomer 3.

Warten sedang menunggu seseorang yang pernah menanyakan suatu hal padanya dan dia menjawab iya untuk pertanyaan itu. Tanpa warten sadari, jawabannya saat itu adalah awal dia melakoni sebuah kegiatan yang menurut banyak orang membosankan, yaitu menungu.

Seorang lainnya, sebut saja gemu (dari kata gemutlich, dalam bahasa jerman berarti nyaman), menanyakan, lebih tepatnya setelah sharing tentang mertua-menantu dengan warten, dan warten menggoda gemu sampai akhirnya gemu menanyakan, emang mau tak ajak nikah? ak wis g duwe modal apa2 gini.  Warten kaget saat itu, iya, meskipun dari lubuk hati paling dalam warten ingin langsung menjawab iya, tapi dia masih ingin melihat keseriusan dari gemu. Dia membiarkan gemu menunjukkan keseriusannya malam itu. Dan dengan kesimpulan warten sendiri, dia menyimpulkan ada unsur serius dari ajakan gemu waktu itu, sehingga keesokan harinya, dia menjawab gemu dengan jawaban, iya, aku mau.

Gemu dan warten adalah dua orang yang tinggal di 2 kota yang berbeda (LDR ni ceritanya) mereka dekat 2 bulan ini, meski mereka sudah saling mengenal sejak 7 bulan yang lalu, gemu terlihat jelas sangat perhatian ke warten. Pernah suatu saat, ketika warten sedang emosi karena suatu hal, gemu bisa menenangkannya, padahal selama ini, tak ada yang bisa menenangkan warten saat dia emosi. Dan karena kejadian ini, warten merasa nyaman kepada gemu. Berdasarkan pengakuan warten pula, pernah suatu saat Gemu bilang padanya ingin menemaninya di kala suka dan dukanya.

Menurut warten, dia tidak punya perasaan sayang kepada gemu, dia hanya merasakan nyaman dan tenang dengan keberadaan gemu. Disadari atau tidak, gemu membawa perubahan dalam hidup warten, warten jadi lebih sabar dan tenang ketika mendapatkan masalah. Warten merasa menemukan seorang yang mampu mengeremnya saat dia berjalan dalam kecepatan tinggi dan mampu mengajaknya untuk mempercepat langkahnya ketika dia mulai melambat.

Ajakan gemu saat itu, bagi warten adalah sesuatu yang serius, sehingga dia sendiri menganggap bahwa hatinya sekarang hanya untuk gemu dan menutupnya untuk yang lain. Beberapa saat setelah pertanyaan itu dilontarkan gemu, tak ada masalah antara keduanya. Mereka tetap dekat seperti sebelumnya. Gemu masih setia untuk memberikan morning call  kepada warten. Tapi, mereka juga belum bertatap muka langsung setelah kejadian itu. Tepat sebulan setelah kejadian itu akhirnya mereka bertemu. Nothing special, sampai akhir pertemuannya gemu tidak menyinggung sama sekali ajakannya kali itu. Warten sebenarnya merasa aneh, dia merasakan kalau gemu tidak serius dengan ajakannya ketika itu. Tapi warten mengabaikannya.

Hari-hari berikutnya gemu seolah menghilang, bahkan untuk sekedar say hello untuk warten pun tidak, namun saat warten menghubunginya, gemu masih menyempatkan untuk membalasnya. Dan ketika warten berada di kota yang sama denan gemu, gemu bahkan tak menyempatkan diri untuk bertemu dengan warten. Gemu bilang, dia sedang sibuk melakukan kewajibannya kepada orangtuanya, yang memang deadlinenya beberapa bulan kedepan. Warten percaya itu, dan memberikan semangatnya kepada gemu. Dari sini, banyak orang terdekat warten mengingatkan bahwa gemu adalah seseorang yang tidak serius kepada warten, gemu adalah orang yang tidak pantas mendapatkan orang setulus warten. Menurut beberapa dari mereka, Warten salah mengiran Gemu itu serius, liat saja, Gemu tak pernah lagi menyempatkan untuk say hello  padanya, Gemu juga tak ada waktu untuk menemuinya dan bahkan Gemu sudah menghilang dari kehidupannya.
Warten mencoba memahami dan memikirkan perkataan teman-temannya. Logis menurutnya, tapi entah dorongan darimana, yang ada di benaknya hanyalah aku ingin tetap menunggu gemu, sampai akhirnya dia sendiri yang menyatakan ajakannya saat itu tidak serius. Warten berkata, dia tidak bisa meninggalkan gemu karena dia sudah terlanjur bilang iya untuk ajakan gemu. Dia tidak ingin suatu saat nanti gemu terluka karena warten mengingkari kata-katanya. Masih menurut mereka, warten tidak akan  menyakiti gemu jika dia meninggalkannya sekarang, karena memang gemu lah yan sudah menyakiti warten, dan karena gemu, tidak pantas ditunggu. Dan sekali lagi, warten meyakinkan teman-temannya, aku tetap menunggunya.

Salah satu cerita tentang penungguan. Konyol, mungkin itu yang terlintas saat membaca kisah mbak warten ini. Kok mau gitu menunggu orang yang jelas-jelas sudah keliatan tidak serius, kalau aku jadi dia, pasti udah tak tinggal cowok yang tidak jelas itu.
Ok, untuk warten, perhatikan beberapa poin ini:
§  Jika dia sayang padamu, dia akan menyempatkan waktunya untuk memberimu kabar
§  Jika dia sayang padamu, dia tidak akan menyia-nyiakan kesempatannya untuk bertemu denganmu
§  Dan jika benar dia serius dengan ajakannya, dia tak akan membuatmu seperti gantungan baju, eh membuatmu merasa seperti digantung.
Namun, menurut mbak warten ini, dia juga punya alas an sendiri untuk tetap menunggu mas Gemu. Katanya,
§  Mas Gemu lagi sibuk dengan kewajibannya, jadi bener donk kalau dia gag sempet kasih kabar atau bahkan menemuinya
§  Mas Gemu ndak pernah menggantung aku, hanya aku saja yang memang ingin menunggu dia untuk mengatakan ajakannya saat itu secara langsung padaku, ini hanya tentang perasaanku yang merasa aku telah mengiyakan ajakan seseorang dan sampai kita sendiri mengakhirinya.
Dia pernah bilang mau menemaniku di saat suka dan dukaku, dia juga pernah bilang ingin jadi matahari untuk semua orang, dan dia pernah mengajakku berjamaah dalam sholatku. Ini yang jarang aku dapetin dari semua laki-laki yang mungkin mendekatiku. Aku nyaman ketika aku di ”samping”ku, rasa yang sudah lama tak kurasakan. Cerita mbak warten. Kamu ndak akan pernah ngerti karena kamu ndak mengalaminya. Mungkin menurutmu kisahku, khususnya keputusanku konyol, tapi jika kau tau ”rasa” yang kurasakan saat aku didekatnya, kau pasti tahu kenapa aku mengambil keputusan ini, lanjutnya.

Rasanya saya tak mampu berkata-kata apalagi. Mungkin memang hanya orang yang menunggu yang tahu rasanya. Dan semoga secuil puisi ini bisa menggambarkan rasa hati mbak warten.

Aku tak peduli

Penilaian kurang baik mereka padamu
Aku tak ambil hati
Cacian mereka terhadapmu
Meski kadang perlakuanmu
Menguatkan itu
Aku tetap menunggumu
Hingga kau penuhi janjimu
Aku percaya padamu
Walau semua orang meragukanmu
Dan bila aku harus menyesal nanti
Biarlah itu menjadi pelajaran untukku

Mereka tak pernah tahu
Kenyamanan yang kau beri padaku
Mereka tak kan mampu pahami
Rasa yang ada dalam diri
Kau yang mampu membuka
Pintu hati yang tlah terkunci lama
Kau juga yang mampu memberi
Apa yang diingini hati ini
Kau juga yang bisa mengingatkan
Untuk sesuatu yang mungkin terlupakan
Meski kini kau tak ada lagi
Tapi aku ingin tetap disini
Menantimu,,,
Menunggumu selesaikan janjimu
Walaupun aku mengerti
Ternyata itu tak ubahnya sebuah mimpi
Karena kau yang kini
Terasa bukan yang dulu lagi

Penyesalan itu pasti
Kecewapun ada dalam diri
Sakitpun rasanya tak mau pergi
Tapi seperti ketika terjatuh saat lomba lari
Aku harus berusaha tetap berlari
Sambil menahan rasa pedih ini
Meski semua luka bisa terobati
Tetap saja butuh waktu untuk recovery

Tidak ada komentar: