Minggu, 06 Oktober 2013

Menyesal

Terkadang punya keinginan untuk menyesali sebuah sesuatu, tapi tiap kali ingin menyebut kata menyesal, tiap kali pula sadar, bukan keadaan yang membuat kata itu muncul, tapi justru sikap dari diri sendiri yang membuatnya ada.
Ndak mungkin juga mau nyalahin penemu kata menyesal karena membuat kata itu pernah ada.

Ada satu hal dengan beberapa kejadian yang membuat saya ingin mengungkapkan penyesalan, yaitu pertemuan. Pertemuan dengan 2orang pada 3 dan 2tahun yang lalu.
Bukan salah mereka mungkin salah saya, saya yang membuat pertemuan itu berubah menjadi perpisahan yang rumit hingga akhirnya membuahkan penyesalan.
Tapi saya ingat sama kata 2orang teman kemarin, yang saya gabungkan jadi kurang lebih kalau dia bener-bener sayang sama kamu, kalau dia bener-bener berniat baik pada kamu, dia tak akan menjelek-jelekkanmu dan dia tak akan membuatmu dalam situasi rumit seperti yang kamu alami sekarang, meskipun mungkin situasi yang sekarang itu karena kesalahanmu, jangan terlalu menyalahkan diri sendiri, tapi cobalah memperbaiki yang sudah terjadi, minta maaflah, tapi kalo semua tidak merubah apa-apa, maka tinggalkan dia, dia bukan orang yang berniat baik padamu, jangan buang waktu untuk orang seperti itu.

Mungkin petuah itu bener, atau bahkan memang petuah itu bener, tapi tetap saja kalau kenyataan yang sekarang adalah adanya penyesalan mengenal dua orang itu.

Orang pertama adalah seorang yang dulu jadi teman berbagi kegiatan, berbagi cerita dan beberapa pelajaran hidup. Dia sering mengingatkan dan mengoreksi apa yang saya lakukan, hingga entah kenapa tetiba dia tak melakukannya lagi. Kenapa?
Saya juga ndak tahu, dan karna saya ndak mau nyalahin orang, maka saya menganggapnya mungkin karena salah satu yang ada dalam diri saya, yang entah apa.
Sakitnya pasti, kenapa sakit yang saya juga tidak mengerti, mungkin karena kehilangan suatu kebiasaan, entahlah tapi karna sakit inilah saya sempat mbatin, saya menyesal ketemu dia

Orang kedua adalah teman satu perjuangan, berjuang mencapai tujuan hidup yang salah satu tujuan kita sama, meski kita beda jalan dan beda cara mewujudkan yujuan hidup kita yang ini, tapi kita berusaha bersama untuk mencapainya. Kita saling bantu untuk bisa ada di posisi saat ini, saya kira semua atas dasar ikhlas dan sayang, tapi kenyataan membuat saya menepis pemikiran itu. Dulu saya sering minta "ijin" ke dia, mau ini mau itu apa boleh? Dia bilang pada saya boleh, baru saya bertindak. Karena salah satu tujuan kita sama, jadi ada part dimana saya dan dia harus melewati proses yang sama. Sampai suatu saat saya ingin sedikit berlari maka saya ijin pada dia untuk memulai lebih dulu, dia mengiyakan, karena saat itu dia sedang ada tujuan lain jadi mengesampingkan tujuan ini. Sejak saat itu saya merasa ada yang berubah, sms jarang dibales, telfon jarang diangkat dan sebagainya. Saya masih merasa tak ada yang salah saat terakhir dia bilang kalau dia hanya sedang banyak pikiran, meskipun saat itu saya bener2 penasaran dengan sikapnya.
Sampai beberapa saat kemudian, ada seorang teman menyampaikan pesan kalau dia kecewa sama sikap saya yang ini, saya disuruh minta maaf, tapi maaf saya lewat sms ndak direspon, semua sosmed saya juga sudah diblok sama dia. Selanjutnya teman ini bilang, dia sudah ndak kecewa sama kamu.
Tidak berhenti disitu, besokannya dia ngadu ke temen yang lain, tentang kecewa sama saya, alasannya beda dengan alasan ke orang pertama, saya berusaha diam.
Beruntungnya teman yang ini tahu saya seperti apa, jadi dia tidak menjudge saya salah seperti teman yang pertama.
Makin lama serangan makin banyak, dia bilang ke teman satunya dengan alasan beda lagi, ke teman yang lain dengan alasan yang juga beda, sampai akhirnya saya menyerah.
Ada teman yang bilang, kalau orang ini sudah malas dengan sikap saya, jadi ga bakal ngerespon apapun yang saya lakukan.
Saya sedih lah pastinya, bahkan dulu sempet mikir mau nabrakin diri ke mobil pas lagi jalan di kampus, mikirnya kali aja kalo ketabrak saya bisa ndak mikir apa-apa lagi. Untungnya pas itu segera sadar, saya belum nyiapin ttg kematian, kasian keluarga saya kalo saya mati sekarang, kalau langsung mati, kalo kudu dirawat di rs berhari-hari malah lebih kasian lagi keluarga saya dan dia mungkin akan bahagia.
Mulai saat itu saya bersikap, kalau selama ini saya diam, selain karena saya males manjangin masalah, tapi saya juga berusaha membuat ini jadi urusan saya sama dia bukan urusan buanyak orang, saya sekarang akan membalas dia. Bukan dengan membalas fitnah dia, tapi saya akan menjelaskan apabila dia salah menyampaikan kebenaran. Orang pertama yang ada di cerita ini mengajari saya tidak untuk membalas perlakuan buruk orang dengan hal yang sama, jadi menghadapi orang kedua ini saya berusaha begitu.
Sekarang tujuan orang kedua ini sudah dicapai, bahkan dia "lebih sukses" dari saya. Saya ikut senang, tapi saat ingat dia sekarang sudah tidak "menganggap" saya, bahkan saya dijadikan dalam posisi ini, saya langsung merasa menyesal pernah mengenalnya.

Sekarang mungkin hubungan saya sama dua orang ini sudah tak seperti dulu? Salah siapa? Anggap saja salah saya, tapi saya juga sudah berusaha meminta maaf dan belum ada respon yang enak. Sempet si berespon baik, tapi setelah itu tidak ada respon lagi dari dia. 
Haruskah saya menyesal?
Ketika saya ingin menjawab harus, saya mulai berfikir kalau saya lah yang mungkin membuat semua seperti ini, jadi kenapa saya harus menyesal? Padahal menyesal berarti saya menyalahkan sesuatu atau seseorang lain.
Tapi ketika saya menjawab tidak harus, rasanya semua ini cukup membuat saya sakit hati. Tapi (lagi) karena (tiap) manusia punya hati, ya wajar suatu saat ngerasain sakit hati. Paling tidak saya belajar banyak dalam hubungan dengan dua orang ini, belajar bersikap, belajar tidak dendam, belajar cuek dan beberapa pelajaran kecil lainnya.

Penyesalan itu adalah ketika kita tak bisa mengambil sisi positif dari sebuah kejadian yang telah terjadi, jadi selama kita masih bisa bersyukur dengan apapun yang terlah terjadi, InsyaAllah tidak akan pernah benar-benar menyesal. Tapi bukan berarti saya membenci penemu kata menyesal atau jarang menyesal, hanya saja meminimalisasi penggunaannya.

Tidak ada komentar: