GANTUNG
Kata yang menurut saya cukup serem si, secara seringnya gantung itu menyebabkan kematian. Tapi gantung tak selalu berarti gantung diri ko, meski kadang yang terlintas di pikiran kita jika kata itu terucap adalah gantung diri yang menyebabkan kematian.
Gantung, menurut saya adalah sesuatu yang belum lengkap, belum selesai atau belum2 yang lainnya. Dan yang lagi in dan suka bikin galau sekarang adalah di"gantung"in hubungan oleh seseorang. Gantung dalam hal hubungan ini ga mandang bulu, BB, gender dan lain-lain. Mau orang itu berbulu, mau orang itu gendut atau mau orang itu ayu atau ganteng, bisa saja mereka digantungin. Kalo dipikir2 ya, kayaknya si suah nggantung orang gendut (like me, red), tapi ternyata itu mudah lo, ga seberat beras 5kg (ga penting, red).
Semua orang pasti ga ada yang mau digantungin, biasanya si lebih mengacu ke cewek, cewek ndak begitu suka digantungin, kenapa? Karena dia akan jadi susah melangkah. Di satu sisi si cewek ingin meninggalkan yang nggantungin, di sisi lain ada satu alasan yang bikin dia ga mau meninggalkan orang itu dan menikmati saja penggantungan itu. Tapi ni ya, menurutku (jadi kalo nulis daftar pustaka, saputri, 2012), penggantungan itu hanyalah alasan untuk membuat kita mengakhiri sendiri sebuah hubungan, karena kalo penggantung itu yang mengakhiri, pasti kita merasa penggantung itu yang jahat, jadi dia mencari celah agar kita yang mengakhiri kisah ini, dengan kata lain, penggantung ini sebenernya pengecut.
Oke, pertama saya ingin menceritakan tentang yang digantung atau tergantung. Berasa ngerjain karya ilmiah aja, ada variabel tergantung!:D
Jadi orang yang digantung itu ndak enak banget lo, berasa ada sesuatu yang mengganjal langkah. Saat kita mau maju, ada sesuatu yang buat kita merasa kita ga bisa maju. Keta seolah-olah tertahan ditempat kita berdiri sekarang. Ndak bisa maju atopun mundur. Kita baru bisa berjalan kalo gantung nya sudah selesai. Beda sama kalo lagi di traffic light, kita bisa maju kalo lampu uda ijo, pas kita digantung, mau bulan ato tahun bahkan musim berganti, jika kita ga mau mengakhiri gantungan ini, kita tetep ndak bisa maju. Bisa si maju, tapi pasti ada perasaan ndak enak, semacem kayak ketinggalan sesuatu yang bisa buat kita kepikiran terus ketika mau maju. Dan menurut siwi, 2012, satu-satunya langkah yang untuk mengakhiri dan membuang rasa itu adalah dengen tegas pada diri sendiri. Menegaskan kalau orang yang baik itu pasti akan melepas kita baik2 jika memang itu terbaik, bukan menggantung kita selama waktu yang tidak ditentukan karena si penggantung tidak berani mengambil langkah. Pendapat itu konsisten dengan pendapat saya, bahwa memang untuk mengakhiri penggantungan adalah dengan tegas pada diri sendiri dan memberanikan diri serta membuang rasa gengsi untuk meminta si penggantung ini mengakhiri kisah penggantungan ini. Berat memang, karena belum tentu si penggantung mau kompromi untuk menyelesaikan kisah ini, tapi jika kita bener2 mau maju, kita harus memaksa si penggantung itu, dan jika dia tidak mau, yasudahlah, kita sendiri bilang saja, okei, kisah kita berakhir sampai disini, terima kasih telah membuat kisah ini, dengan duka dan suka didalamnya. Lagi-lagi, butuh ketegasan dari diri sendiri. Dan untuk semua orang yang digantung, ayo, kamu bisa, bisa untuk maju dan menutup kisah penggantungan yg suram itu. U must trust if u can life without him, life must go on, if our story is not with him, there r must be the best other him, although we not meet the best yet!:)
Ato dalam bahasa singkatnya, jika memang dia bukan untukmu, lepaskan dia, suatu saat ada yg jauh lebih baik dari dia, dan jika dialah yang terbaik untuk kamu, biarkan dia yang mencarimu lagi, bukan kamu yang meminta dia datang kepadamu!:)
Next chapter, saya akan mencoba untuk membahas tentang si penggantung atau variabel bebas ini.
Jujur ni ya, saya itu ndak tahu dimana kebenaran si penggantung ini, dalam artian, menurut saya penggantung ini adalah orang yang salah, apapun alasannya. Tapi ndak boleh juga menghakimi seenaknya gitu ya, baiklah, kita tinjau dulu alasan2 yang mungkin bagi si penggantung ini. Kalo alasan mereka karena belum siap, belum siap apa si? Belum siap untuk meninggalkan orang yang baik jadi digantung aja gitu? Okei, kalo misal kamu bisa meyakinkan dirimu dan orang yang kamu gantungin kalau akhir kisah ini nantinya happy ending, ya ndak papa jika lebih milih nggantung daripada terikat. Tapi, biasanya, semakin orang merasa ndak siap terhadap sesuatu, yang ada malah akan semakin banyak alasan yang membuat kamu semakin ndak siap untuk melakukan sesuatu itu! Jika kau belum siap, mantapkan hatimu untuk memutuskan, kamu pasti tahu mana yang baik dan buruk, jadi kamu bisa mengambil keputusan. Akan lebih baik kamu mengakhiri kisahmu sekarang jika menurutmu banyak buruknya, daripada kamu menyakiti orang dengan menggantungnya, kamu bikin dia nggak bisa maju karena penggantungan itu tahu! Dan menurut siwi, 2011, janganlah jadi kayak bebek, yang ndak bisa mundur, kamu itu harus berfikir maju, dan jangan menggantungkan orang cuma karena keegoisanmu saja. Manusia punya makhluk yang sempurna, meski nggak ada orang yg punya sifat sempurna, tapi kita punya akal yang bisa membuat kita memikirkan mana yang terbaik, dan yang pasti harus diingat untuk para penggantung ini, adalah akan lebih baik menyakiti orang sekarang dengan keputusan yang mungkin menyakitinya sekarang daripada kamu menggantungnya, dan akhirnya keputusanmu padanya menyakitinya. Dan jika alasannya belum mantep, emangnya yakin ya kalo setelah menggantung itu kamu bakal mantep? Akan lebih baik kalau kamu mengatakan apa yang ada di pikiranmu dan menyerahkan keputusan pada yang akan digantung itu, kalo kayak gitu, meski sepertinya masih ada proses penggantungan, tapi kamu bukanlah orang yang menggantung dia, kamu membiarkan dia sendiri memutuskan untuk membiarkan kisah kalian berakhir atau menunggumu sampai kamu yang mampu membuang rasa ragu yang membuatmu ga mantep dan ga siap itu.
Bagaimanapun, saya paling ndak suka sama yang namanya penggantungan, so jika memang akhirnya kita di berada dalam prores penggantungan, move on, cari kepastian dan segera selesaikan penggantungan ini. Kita ga idup sendirian, meski kepastian itu sakit, akan banyak obat yang bisa menyembuhkannya, teman dan keluarga merupakan obat paling mujarab. Menurut mayangsari, 2011, mau seberapa banyak air mata dan mau nangis sampe jempalikan, ga penting, yang penting tak ada lagi ketidakpastian, nangis dan sedih itu pasti, tapi akan lebih senang jika kita tahu pastinya gimana. Dan semua kisah memang harus berakhir, jika kisah kita tak berakhir sesuai yang kita inginkan, tetaplah ikhlas. Akhir kisah yang menyakitkan akan lebih baik daripada menggantungkan kisah!:)