*sebelumnya, tulisan ini adalah sebuah cerita nyata dan sama sekali tidak ada hubungannya dengan salah satu judul film yang hampir mirip dengan judul ini. Ini adalah sebuah kisah geje dari seorang mahasiswa (waktu itu masih terdaftar sebagai mahasiswa, red) geje pula. Tulisan ini dibuat hanya untuk cerita semata, bukan untuk keperluan lain*
5 Juli 2010
hari ini adalah hari penentuan untukkum bisa dibilang, apa yang saya lakukan sejak 4 tahun yang lalu ditentukan hari ini, ya ini adalah hari ujian skripsi atau kalau di jurusanku masih menyebutnya dengan TA atau Tugas Akhir.
Tingkat Kepuasan dan Daya Terima Pasien pada Penyelenggaraan Makanan di Rumah Sakit Aisyiyah Bojonegoro, begitulah judul TAku (setelah mengalami beberapa kali perubahan tentunya). Untuk itu, dosen pembimbingku adalah dokter yang berkecimpung dalam bidang kesehatan masyarakat dan dosen yang sudah sangat mahir akan penyelenggaraan makanan.
Sebenernya tanggal bersejarahku adalah tanggal 28 Juni atau 2 Juli, tapi karena dosen penguji berhalangan, akhirnya diganti menjadi tanggal 5 Juli, untungnya masih ada ruangan. Dan karena inilah cerita ini ada.
Pengunduran jadwal ujian memang sudah sangat biasa, tapi jadi luar biasa kalau ada miss komunikasi.
Waktu penyerahan naskah TA ke penguji, tiba2 penguji bilang kalau beliau minta ujianku diundur karena beliau ada pelatihan di luar kota, beliau memberikan alternatif tanggal 5 Juli.
Dengan berat hati dan sedikit rasa bingung plus beberapa butir rasa kecewa, akhirnya menemui dosen pembimbing 2 yang kebetulan satu tempat dengan dosen penguji, beliau bilang bisa untuk tanggal 5.
Alhamdulilah lancar,,,
:)
Selanjutnya menemui pembimbing pertama, yang juga kebetulan adalah seorang dokter. Saya seneng sama beliau, selalu memberikan semangat untuk segera menyelesaikan TA ini, selalu m\bersedia membantu dan menjelaskan sesuatu yang kadang saya juga gag mengerti, padahal seharusnya sebagai pembuat TA, eh penulis TA, saya harus menguasai semuanya.
Saat menawarkan untuk menguji pada tanggal 5, beliau berkata bisa, tapi jam9 atau diatas jam1. Lalu saya menawarkan bagaimana kalau jam 9 saja Dok? kataku. Beliau mengiyakan dengan syarat menanyakan dulu ke petugas TA apakah ada ruangan yg bisa digunakan untuk ujian di hari dan jam itu.
Segera saya lari eh, gag lari2 juga seh, cuma berjalan agak cepat menuju sekretariat TA, dan ternyata saya bisa ujian pada 5 Juli 2010 jam 9 pagi.
Seharusnya, setelah memastikan ke petugas TA , saya kembali ke dosbing (dosen pembimbing, red) 1 untuk memastikan bahwa saya ujian pada tanggal, hari dan jam yang tadi, tetapi karena merasa sudah malas jalan2 lagi, saya langsung pulang saja. Ah, dokter itu pasti sudah tahu kalau saya jadi ujian, pikirku. Seharusnya pula, H-1 ujian, mahasiswa yang baik mengingatkan dosennnya untuk ujian, tetapi itu juga tidak saya lakukan.
-The day-
Dengan membawa bekal doa dari orang tua dan adik saya tersayang serta sms doa dari, jam 7.30 saya sudah sampai di kampus tercinta .
Bukan karena terlalu semangat, tetapi waktu itu saya janjian sama mas2-mas yang akan mengantarkan konsumsi untuk ujian saya jam segitu. Dan sama dengan yang dirasakan oleh beberapa mahasiswa yang juga akan ujian, deg-degan juga saya alami, tapi alhamdulilah ada 2 teman baik saya yang menambah semangat saya dan mengurangi rasa deg-degan saya saat itu. Mereka pagi-pagi sudah sampai kampus, selain untuk menyelesaikan urusan mereka, mereka menyempatkan diri untuk melihat persiapan saya. Thengs 4 coming!
Terimakasih juga untuk semua teman yang mendukung saya. Oia, saat itu juga ada seorang yang memberikan semangat dan mengingatkan saya untuk sholat sebelum saya masuk ruang ujian. Thengs juga Mas. (Kok jadi ucapan terima kasih begini?)
Jam 8 lebih sedikit, konsumsi beres, administrasi juga sudah tuntas. Waktunya mmastikan dosen penguji dan dosbing.
Pertama, telepon dosbing 1, tidak diangkat, baiklah 5 menit lagi saya akan coba lagi.
Kedua, telepon dosen penguji, diangkat dan beliau mengatakan sudah mau otw ke kampus bersama dosbing2. Lumayan, irit pulsa, ga perlu telepon dosbing 2,, pikirku. Selanjutnya telepon lagi dosbing 1, masih belum diangkat. Sampai sekarang saya masih belum merasakan kejanggalan. Nanti saya telpon lagi, piker saya.
Jam 8.45, dosen penguji dan dosbing 2 sudah datang, dan saya masih belum berhasil menghubungi dosbing 1, setelah pamit keluar ruangan, saya mencoba meghubungi dosbing 1 saya, diangkat, alhamdulilah, berikut percakapannya, dengan sedikit perubahan, karena saya lupa detail percakapannya,
M (Mahasiswa) : Dok, maaf mengganggu, saya mahasiswa yang ujian jam 9 ini, dokter dimana ya?
DB1 (dosbing 1) : lhoh, kamu ini siapa?
M : menyebutkan nama, jurusan, dan jam ujian
DB 1 : lhoh, kamu jadi ujian hari ini to? Kok gag bilang ke saya? Saya gag tau kalau kamu ujian, ini saja saya masih di rumah. Sudah 15 menit lagi, saya tiwas nyantai2, ini aja saya masih keramas. Yeapa seh kamu ini? Ujian kok gag bilang2. Yasudah, saya usahakan datang jam 9 di kampus, nanti kalau sampai nunggu saya kelamaan, ujiannya bisa dimulai dulu, dan ijinkan ke penguji kalau saya terlambat, kamu ini, yeopo seh!
percakapan selanjutnya hanya tentang permohonan maaf mahasiswa konyol itu.
Hiya, baiklah, telepon ini membuat saya bingung, takut, dan pastinya semakin deg-degan. Kemalasan yang hamper saja membuat saya tidak jadi ujian. Pengen nangis tapi juga ngapain nangis, pengen ketawa kok ya rasanya tidak mendukung situasinya. Terima nasib wes.
Saat itu, untung ada roby, dengan kekonyolannya, dia tetap bisa membuat saya tersenyum pagi itu. Dengan kocaknya dia menirukan gaya orang lagi keramas dan pake hair dryer.
Ya, hamper seperti gambar diatas lah dia menirukan dosbing 1 saya yang mungkin sedang melakukan seperti itu. Dan dengan itu pula dia berhasil membuat saya tertawa pagi itu.
:-D
Akhirnya ujian dimulai sebelum dosbing 1 saya datang. Alhamdulilah ujian lancar, meski akhirnya dosbing 1 saya datang terlambat dan pulang duluan. Semua pertanyaan bisa dijawab, revisi juga tidak terlalu banyak. Semua lancer kecuali tragedy dokter keramas itu.
Meskipun saat itu dosen penguji belum sempat mengatakan selamat Anda lulus, tetapi saya tahu kok kalau saya sudah lulus, PD mode on.
Dan pelajaran yang bisa diambil dari kisah ini adalah, jangan lupa untuk tetap mengingatkan dosen, baik dosen penguji atau dosen pembimbing H-1 ujian, agar tidak mengalami tragedy dokter keramas seperti saya.
Oia, setelah ujian selesai, saya dengan penuh rasa bersalah, menunggu dosbing 1 saya di depan ruangannya. Sejam, dua jam, masih belum ketemu, beliau kemana ya?, piker saya. dan setelah beliau datang, saya langsung meminta maaf sebesar-besarnya, menjelaskan dengan alasan operator eror, akhirnya beliau memakluminya. Dan yang sangat membuat saya bangga dan bahagia dengan beliau, adalah beliau masih saja tersenyum meskipun, menurut saya, sudah mengalami kejadian yang menjengkelkan. Sekali lagi, maafkan saya Dok, dan terimakasih untuk bimbingannya selama ini.
*tulisan ini baru bisa ditulis sekarang karena penulis betermu lagi dengan "dokter keramas" itu lagi dan sepertinya bu Dokter sudah melupakan kejadian itu, terbukti dengan dokter itu tidak mengenali mahasiswa konyol itu!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar