Rabu, 21 Maret 2012

Mimpi

Semua orang berhak bermimpi, bahkan terkadang wajib punya mimpi, karena dalam hidup, manusia berusaha mewujudkan mimpinya itu.
Ada yg bilang, siapa yang bersungguh-sungguh, dialah yang berhasil. Tapi jangan asal mengartikannya. Dalam artian, kita bisa bersungguh-sungguh untuk menggapai sesuatu, tapi pastikan bahwa yang kau gapai itu benar-benar yang terbaik untukmu, jangan hanya mengedepankan egomu untuk meraih sesuatu yang menurutmu terbaik untukmu tapi ternyata itu bukan terbaik untukmu.

Mimpi, usaha, doa dan berserah diri.
Menurut saya alurnya seperti itu, dimulai dari kita yang memiliki mimpi, pastinya kita akan berusaha yang diiringi juga dengan doa untuk menggapainya, dan setelah usaha itu MAKSIMAL, barulah kita berserah diri, menyerahkan semua kembali ke keputusan Allah.
Tapi, bagaimana jika mimpi kita itu tak bisa kita gapai?
Salah gue? Salah temen-temen gue?
Eh salah fokus, maksud saya, jika memang mimpi itu tidak bisa kita gapai, pasti ada alasannya, dan akan lebih baik jika kita bisa mengambil hikmah dan pelajaran dari tiap proses mimpi itu sendiri.

Saat kita bermimpi, tak ada yang melarang kita untuk mempunyai mimpi yang besar atau tinggi yang mungkin bagi orang lain tak mungkin bisa digapai. Tapi akan lebih baik jika kita juga melihat kemampuan kita. Saya tahu, semakin besar atau tinggi mimpi kita akan semakin besar pula keinginan kita menggapainya yang akan menyebabkan meningkatkan kemampuan kita. Tetapi, kita juga harus ingat, bahwa kita ini juga manusia biasa, yang sama-sama makan nasi, yang sama-sama mandi dua kali sehari, intinya, kita sama-sama manusia, yang memiliki kemampuan yang sama, jadi janganlah terlalu besar atau tinggi dalam bermimpi, bukan untuk melarang punya mimpi yang besar atau tinggi, tapi hanya mengingatkan jika manusia juga punya keterbatasan kemampuan. Menurut saya si, daripada nanti akhirnya menyesal, stres dan semacamnya, lebih baik mundur di awal, toh kita mundur bukan karena kita ga bisa maju, tapi kita tahu jika jalan maju adalah jalan buntu!:)

Proses kedua, berusaha dan berdoa.
Tiap orang punya kesempatan yang sama untuk bisa menggapai mimpinya. Berdoa pasti harus dilakukan, usaha yang tanpa doa sama sia-sianya dengan doa tanpa usaha. Jadi seimbangkanlah keduanya. Dan pastikan dalam usaha meraih mimpi, kita telah melakukannya dengan MAKSIMAL. Bukan karena tombol capslok saya kepencet, tapi saya sengaja menulis kata MAKSIMAL dengan huruf besar karena kadang kita sudah merasa MAKSIMAL padahal sebenernya belum. Mundurlah jika memang sudah tidak ada jalan untuk maju, dan janganlah mundur hanya karena kamu merasa tidak bisa maju. Dalam artian, pastikan jika memang usahamu itu sudah pol mentok natap, atau usahamu itu sudah benar-benar maksimal, jangan hanya karena kamu merasa usahamu banyak, itu berarti sudah maksimal. Misalnya saat kamu bermimpi untuk makan burger malam ini tapi hujan deres sejak tadi pagi dan kamu ga punya jas ujan ataupun payung. Mimpi yang aneh si, tapi namanya juga misalnya, jadi ya ndak papa lah! #pembelaan.
Kalau dalam keadaan seperti itu, mungkin kita merasa hanya dengan pinjem payung dan jas ujan ke temen sekos merupakan usaha yang maksimal, tapi apa memang seperti itu?
Mimpinya makan burger, dan usahanya dengan cara mencari sampai ke tempat burger dalam keadaan hujan deres.
Saat pinjem payung atau jas ujan dan ternyata ga ada yg bisa meminjami, apa berarti kita memang ga ditakdirkan untuk makan burger? Sudah pol mentok natapkah usaha ke tempat burger hanya dengan mencari payung atau jas ujan? Menurut saya belum, kita hanya malas mencari jalan yang lain. Sudahkan kita meminjam payung atau jas ujan ke semua orang? Biasanya kita hanya menanyai orang2 yang kita anggap bisa membantu, bukan ke semua orang yang ada disekitar kita. Selain itu, bukannya kita juga punya banyak teman yang bisa diajak kesana? Kalopun akhirnya kita tak bisa mengajak teman satupun, bukankah ada banyak alat transportasi kesana? Dan jika kita ada transportasi yang bisa kita gunakan, bukankah masih ada delivery? Rada maksa si option terakhirnya, tapi maksud saya hanya untuk menilai dan meyakinkan kita jika mungkin kita belum berusaha maksimal. Dalam kasus burger tadi, memang tidak harus kita makan burger, tapi saya hanya ingin menunjukkan, saat dimana kita ndak bisa maju, bukan saat kita ndak bisa mencapai tempat burger dalam keadaan tidak basah, tapi saat kita tidak bisa makan burgernya. Emang ada larangan kita makan burger dalam keadaan basah? Gag ada, sebagian besar mungkin berfikir hujan-hujannan menyebabkan sakit, tapi apa benar begitu? Memang membiarkan tubuh dalam keadaan basah dan waktu yang lama tidak baik efeknya, tapi bukan berarti ndak bolehkan? Karena jika memang kita ndak mau sakit, pasti setelah hujan-hujanan itu sendiri kita akan melakukan hal untuk recoverynya, misalnya mengusapkan minyak kayu putih, minum minuman hangat atau langsung istirahat. Tubuh kita adalah sesuatu yang ajaib, dia bisa membentengi segala jenis penyakit, dia akan mengeluarkan antibodi untuk tiap antigen yang ada, jika kita tidak berniat untuk menjaga tubuh kita, ya akhirnya, teparlah yang ada.
Jadi, seimbangkan doa dan usahamu serta pastikan jika memang sudah tidak ada jalan untuk maju, bujan karena kamu merasa tidak ada jalan untuk maju.

Terakhir, berserah diri apapun yang terjadi.
Bukan pasrah, karena pasrah menurut saya adalah terima nasib yang tanpa usaha. Jika berserah diri adalah kita telah berusaha MAKSIMAL dan menyerahkan hasilnya pada Allah. Jika masih dikaitkan dengan contoh burger tadi, kita sudah berusaha mencapai tempat burger, tapi ternyata tempatnya tutup. Berarti memang mungkin kita tidak ditakdirkan untuk makan burger. Berat memang, saat mimpi sudah diusahakan dan didoakan tapi ternyata masih belum bisa tergapai. Tapi, lihatlah, pasti kita tidak bisa makan burger saat itu memang karena bukan saatnya kita makan burger. Dalam artian, mungkin menurut Allah yang terbaik adalah tidak makan burger saat itu, untuk mengapanya, pasti saat kita mencari karena apanya, akan ketemu. Misalnya, mungkin saat itu kita sudah terlalu banyak makan junkfood, atau mungkin kita lebih baik menghindari makanan yang dibakar-bakar gitu, atau mungkin waktunya kita dateng ke mas lalapan daripada ke tempat burger. Dan jangan pernah merasa usahamu sia-sia, karena pasti Allah menyisipkan hikmah di tiap usahamu mencapai mimpimu.
Dan ingatlah jika Allah tidak akan memberikan cobaan diluar kemampuan manusia. Jadi, jangan takut bermimpi, jangan berhenti berusaha dan berdoa dan berserah dirilah untuk tiap usahamu.
Bedakan mana mimpi yang memang terbaik untukmu dan idealismu. Karena mimpi yang terbaik untukmu, pasti akan dimudahkan jalannya selama kamu berusaha dan berdoa, dan idealismu adalah sesuatu yang ingin kau capai, tapi terlalu banyak jalan buntunya. Menurut saya si!:)

1 komentar:

Unknown mengatakan...

man jaddda wa jadda, siapa yg bersungh-sungguh ia akan sukses... sebuah landasan supaya kita berani mengambil sebuah keputusan untuk meraih mimpi yg telah kita ukir.